TINTAKALTIM.COM-Warga Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat khususnya sejumlah RT seperti RT 40 dan sekitarnya protes atas tindakan yang dilakukan PT Pertamina RU V, karena adanya kebijakan yang terlalu arogan dan tidak fleksibel terkait penutupan jalan.
Warga terima saja ada aturan diberlakukan Pertamina. Apalagi itu jalan kompleks dan situasi pandemi covid-19. Hanya dalam prakteknya, warga selalu dipersulit. Dalam hal-hal yang sepele saja dilarang.
“Bayangkan, di situ ada Masjid Al-Fatah. Nah, orang yang ingin salat saja tidak diperkenankan untuk lewat ke masjid lantaran tidak memakai helm. Coba fleksibel,” ujar warga yang sempat melakukan aksi demo dan sekaligus memasang spanduk di pintu masuk kawasan Margomulyo.
Spanduk itu berbunyi: Pengumuman: Untuk Warga Kompleks Pertamina (Komperta) Gn Empat dan Sekitarnya, Mulai Tanggal 1 Januari 2021, Jalan Menuju Gn Empat Akan Ditutup Sampai Batas Waktu yang Tidak Ditentukan. (Tertanda Warga Margo Mulyo).

Warga ingin patuh. Helm menjadi kewajiban. Tetapi, jika harus ke masjid, setidaknya bisa ditoleransi. Termasuk, posisi pos yang juga sangat berbeda aturannya.
Jika warga masuk pos lewat pemakaman Muslimin dekat kompleks BPD, bisa bebas, tetapi ketika di pos dekat ‘bundaran’ sangat ketat. Apalagi kaitan pengetatan helm juga sangat mengganggu warga yang hanya lewat dan ingin menjumpai sanak keluarga atau di sekitar kawasan Gunung Empat atau Telindung.
“Jangan seperti negara dalam negara. Kita ini juga warga Indonesia yang sangat menjaga nilai-nilai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pertamina itu punya negara, ayolah jangan terlalu dipersulit,” pinta warga.
Pihak kepolisian dari Babimkamtibmas Yudi A saat dikonfirmasi membenarkan adanya tindakan protes warga itu. Ia menyebutkan, seharusnya PT Pertamina sepakat dengan hasil rapat yang dilakukan dengan pihak kelurahan dan sejumlah elemen. “Jangan ketat lah. Apalagi itu jalan umum dan jalan khusus. Jadi tidak perlu terlalu ribet,” ujar Yudi.
Menurut Yudi, pihaknya ingin mencari solusi agar ada win-win solution. Tentu lewat pertemuan dan membahas hal-hal yang dianggap sangat urgent. Sehingga, warga tidak dirugikan dan langkah PT Pertamina untuk melakukan pengamanan aset juga bisa berjalan dengan baik. “Ayo kita fleksibel,” pinta Yudi.
TIDAK SESUAI RAPAT
Sementara itu Sekretaris Kelurahan (Seklur) Margomulyo H Abdurachman ketika dikonfirmasi kaitan protes warga membenarkan. Sebab, warga juga merasa jengkel sebab PT Pertamina membuat keputusan tidak sesuai rapat.
Menurut Abdurachman, rapat saat itu tidak pernah membahas helm. Dan tidak ada penutupan. Hanya menggunakan stiker sebagai suatu cara identifikasi. “Tapi ini sangat ketat yang tidak sesuai hasil rapat. Warga tentu saja protes,” ujarnya.
Perlu diketahui kata Abdurachman, jalan di kawasan Batu Butok itu sebagai jalan alternatif warga di Kelurahan Margomulyo dan sekitarnya. Jika hujan deras dan ada kawasan di sejumlah RT banjir, maka warga harus melewati kawasan itu. “Jalan Minyak saja ada proyek besar tidak pernah menutup jalan. Sebab, sadar bahwa itu sudah jadi jalan umum dan jalan khusus warga,” pinta Abdurachman.

Warga tidak akan melakukan tindakan protes, jika kesepakatan dalam rapat terdahulu kata Abdurrachman di lapangan sesuai. Tapi faktanya, tidak demikian.
“Helm tidak pernah dibahas. Sebab, yang harus dijaga kaitan aset Pertamina. Warga akan patuh. Cuma jika helm itu kan urusan polisi lalu-lintas. Petugas yang di pos hanya menjaga aset dan memberikan pemahaman kaitan warga jika melintas di jalur itu,” ujar Abdurachman.
Menurutnya, pihak Kelurahan Margomulyo masih menunggu apa langkah-langkah PT Pertamina khususnya RU V dalam kaitan protes warga ini. “Kelurahan menunggu saja. Ini harus dicarikan solusi agar tidak sampai berlarut-larut,” ungkapnya.
GATE COMMUNITY
Dari catatan media ini, PT Pertamina telah melakukan semacam gate community atau komunitas berpagar. Lebih eksklusif dengan tidak melihat strata di masyarakat. Sehingga, jika langkah-langkah ini tidak ada solusi, ada kecenderungan potensi konflik yang berakar dari kesenjangan yang muncul antara komunitas berpagar dengan komunitas tradisional (kampung).
Sejumlah pihak menyayangkan tindakan gate community PT Pertamina yang terlalu ketat dan tidak mengindahkan warga sekitar. “Coba contoh kawasan-kawasan elit lainnya, masih membuka pintu untuk warga sekitar. Seperti Kompleks Balikpapan Baru yang sudah jadi jalan umum. Padahal itu kompleks elit,” ujar sejumlah warga.
Juga sekarang ada kawasan yang juga dimanfaatkan warga dengan nyaman dan tidak ada proses penutupan total atau melakukan gate community seperti Grand City. Di mana, warga bebas melakukan olahraga pagi dan sore.
“Pertamina harusnya lebih paham. Jangan sampai menyinggung perasaan warga sekitar. Kan, nanti di Kompleks Batu Butok itu ditempati karyawan Pertamina yang juga akan lewat jalan di Gunung IV,” ujar warga yang protes tersebut.
Memang dalam pantauan media ini, mereka yang menggunakan helm dan stiker bebas melintas di tempat itu. Hanya, setidaknya Pertamina juga saat ada penerapan di lapangan harus sesuai hasil rapat, karena sejauh ini tidak sesuai.
Sementara itu, pihak PT Pertamina RU V saat dikonfirmasi media ini, Humas Pertamina Roberth Dumatubun tidak menjawab. Aplikasi telepon WhatsApp yang ditelepon berkali-kali tidak diangkat. Bahkan, SMS yang dikirimkan juga tidak ada jawaban kaitan persoalan yang muncul di masyarakat tersebut, khususnya dalam konteks penutupan jalan. (tig)