Penulis: H Sugito )*
TINTAKALTIM.COM-Idul Adha atau Idul Qurban ditandai dengan penyembelihan hewan kurban. Ada makna yang bukan kurbannya atau dagingnya, tapi bentuk refleksi persaudaraan (ukhuwah) juga gotong-royong antar-warga. Itu juga yang dilakukan warga di RT 38 dan RT 39 Kelurahan Margmomulyo Balikpapan Barat.
Usai salat Idul Adha yang dilaksanakan di Masjid Asy-Syifa lingkungan kompleks yang disebut sebagai ‘Kompleks BTN Guru’ ini, tampak di halaman depan masjid, sekelompok warga bergelut dengan hewan kurban.
Ada yang berupaya merebahkan hewan kurban berupa sapi. Terlihat warga berkeringat wajahnya menarik tali pengikat sapi untuk merubuhkan sapi yang terlihat masih ‘liar’ bergoyang-goyang. Mungkin ketakutan melihat ‘Penjagal H Samud’ yang siap memotong leher sapi dengan parang tajamnya.

Warga berkumpul. Dari anak-anak sampai dewasa. Ada ibu-ibu yang membantu ‘menguliti’ sampai memotong hewan kurban. Ada pula yang hanya datang bersama cucu untuk menyaksikan hewan kurban disembelih. Pokoknya semua membaur. Tua-muda dan anak kecil.
“Alhamdulillah, tahun ini kita menyembelih 9 ekor sapi. Semoga semua jadi berkah. Dan ini jadi nilai persaudaraan (ukhuwah),” kata Ketua Masjid Asy-Syifa H Rahmadi kepada Tintakaltim.com saat memantau proses penyembelihan hewan kurban oleh warga.

Memang dalam hadist Rasulullah, hewan kurban itu ada sebutan 1/3 (sepertiga). Ya hewan kurban yang disumbangkan yang melaksanakan kurban atau shohibul qurban, itu dibagi dengan 1/3. Uraiannya, 1/3 untuk sedekah parkir miskin, yatim piatu dan lainnya, 1/3 untuk pengurban atau shohibul qurban dan 1/3 hadiah untuk warga sekitar. Jadi yang kurban boleh dapat. Tapi, kalau dia ingin mengurbankan seluruhnya tanpa mengambil 1/3 juga tak masalah. Sebab, dalilnya kuat dari sahabat Rasulullah.
Penulis tidak ingin membahas fiqih kurban. Sebab, itu domain ustaz. Hanya pengalaman berhaji di tahun 2002 ke Tanah Suci, tentu kurban di Indonesia berbeda dengan Tanah Suci. Kalau di Tanah Suci tidak beramai-ramai memotongnya. Kalau mau potong kambing misalnya, tinggal datang ke rumah potong hewan (RPH) atau istilahnya kalau di Arab Saudi dengan ‘slaughter house’ ada papan petunjuknya. Mudah.
Kita pesan kambing. Lalu, setelah bayar nanti ada struknya. Setelah itu, kita langsung masuk ke dalam untuk menuju lokasi kandang kambing, nah struk ditukar kupon. Lalu kupon kambing ditukarkan kambing mana yang kita pilih. Setelah itu, ya kita diperbolehkan jika ingin memotong sendiri atau kalau tidak, dapat menyerahkan ke petugas jagal.

Lalu bagian pengurban yang 1/3 tadi mana? Nah, di pintu keluar ada loket pengambilan jatah daging untuk kita. Boleh diambil dan boleh tidak. Kalau diambil mau dimasak di mana juga, wong sedang berhaji dan nggak ada kompor? Sebaiknya dibagi ke fakir miskin. He he.
Berbeda toh di Indonesia. Ada makna kebersamaan. Termasuk juga di RT 38 dan RT 39 Kompleks BTN Gunung Empat Margomulyo. Ada suasana gotong-royong di tengah masyarakat. “Benar, ini juga wujud gotong-royong. Warga berbaur saling membantu,” kata Rahmadi.
Semangat itu tentu saja merefleksikan di zaman Rasulullah. Saat itu, Nabi juga mengajak warga Madinah untuk bergotong-royong membangun masjid. Itu pertanda persaudaraan. Sebab, dalam Islam nilai ukhuwah itu lebih tinggi derajatnya di mata Allah.
Nah, Masjid Asy-Syifa sudah memotong hewan kurban. Ada 9 ekor sapi yang terkumpul dari satu keluarga satu sapi dan ada juga yang satu sapi untuk 7 orang lewat patungan. Tentu, kita semua berdoa agar yang berkurban dimurahkan rezeki, sehingga di tahun depan dapat berkurban lagi. Harapannya, warga lainnya pun mendapatkan daging kembali.
Hanya ada makna tersirat dalam Idul Adha kumpul rame-rame sambil menyembelih kurban itu. Warga dapat daging. Ya, dibuat rawon, sate atau semur. Hanya, jangan hilang juga rasa cinta dan kebersamaan lewat gotong-royong di antara warga RT 38 dan RT 39. Jika perlu setiap ada gotong-royong, jumlahnya sama ketika warga berkumpul menyembelih hewan kurban. “Kalau urusan masjidnya, ya jadi cinta masjid. Dan sering salat berjamaah. Itu maknanya. Sebab berkumpul dan bersaudara juga,” kata H Rahmadi yang super sibuk mengurusi penyembelihan.
Jadikan pula daging kurban yang telah dibawa pulang sebagai perekat persaudaraan dan kekeluargaan atau ukhuwah tadi. Sedang sebagian daging lainnya sudah sebagai alat membantu saudara-saudara kita yang memerlukan.
Semoga Idul Adha di lingkup BTN Gunung Empat mengembalikan semangat gotong-royong kita bersama, saling membantu dan menolong. Dan di antara tetangga kita kompak. Selamat Idul Qurban. Mohon Maaf Lahir Batin. Taqoballahu Mina Waminkum.**
)* Dirut Tintakaltim.com, Ketua Kompartemen Hubungan Antarlembaga dan Pemerintah Kadin Balikpapan, Wk Ketua Lembaga Konsumen Nusantara Balikpapan, Wk Ketua Forum CSR Balikpapan