Catatan: Sugito SH *)
TINTAKALTIM.COM-Kejadian tiket full tujuan tertentu itu sering dialami calon penumpang pesawat. Ini yang dialami penumpang untuk jurusan Makassar-Balikpapan dalam beberapa waktu lalu. Tetapi ada juga jurusan lainnya.
Tiket full. Maklum, ada hajatan nasional Rapat kerja nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi). Ribuan orang ‘tumplek blek’ di Kota Daeng itu. Sehingga, situasinya menjadi peak season atau saat liburan menuju weekend.
Bagi yang tidak booking tiket pulang pergi (PP), tentu banyak risiko dihadapi. Jadwal pulang masuk dalam tentative alias belum pasti. Karena, ketika memastikan pulang bareng dengan kawan-kawannya yang memiliki tiket, maka tiket full.
Anda biasanya searching tiket di kanal-kanal distribusi tiket penjualan online. Seluruh pesawat full. Sehingga, putus asa untuk pulang hari itu. Tunda hari lainnya. Ternyata juga masih full. Berpikir, ingin naik kapal laut saja.
“Lucu bin ajaib. Dibilang tiket full, tapi di bagian belakang pesawat kosong ada puluhan seat. Susahnya cari tiket padahal mi,” kata Andi Welly, penumpang yang berangkat dari Makassar ke Balikpapan.
Berbagai pihak menduga dan menilai, tentu ada permainan. Dulu pernah ramai ada istilah shadow seat atau shadow booking. Istilahnya kursi di-booking untuk ‘kepentingan tertentu’ atau kursi bayangan. Tak ada orang pesan tapi kursinya ada. Dan itu bisa dijual ke penumpang lain dalam interval 40 menit bahkan saat injury time akan boarding pun bisa, asalkan calon penumpangnya ada di bandara.
Media ini pun harus melakukan go show ke bandara. Karena ada perintah begitu dan dapat tiket. Kuncinya harus di bandara atau go show tadi. Kalau berharap menunggu di hotel, tak bakalan dapat.
Naik pesawat itu ada durasi batas waktunya. Seluruh airlines yang menjual tiket di online, juga memiliki limitasi untuk menutup kanal onlinenya karena sudah full. Sebab, 40 menit sebelum take off harus ditutup. Tetapi, terkadang kita heran, sering ada kejadian membingungkan. Tiket full, tetapi saat naik ke pesawat mengapa banyak seat kosong?
Salahsatu petinggi airline yang enggan disebutkan namanya, kepada media ini menyebut, banyak faktor yang terjadi. Misalnya, kaitan sumber daya manusia (SDM) pasca pandemi covid-19.
Di mana, turn over karyawan sangat tinggi (perputaran keluar-masuk karyawan). Sehingga, bisa saja terjadi administrasi calon penumpang disampaikan keliru. Sehingga, bisa human error, maka informasi yang di-publis pun masalah dan salah.
“Ya pekerjaan ini sangat berat. Tak mungkin dikonfirmasi satu-satu penumpangnya. Sehingga, ada penumpang sakit, penumpang berhalangan dan lainnya membatalkan penerbangan. Sehingga, seat kosong dan terlanjur disebut full,” ujarnya.
Selain itu, bagi airlines kaitan ground time atau waktu yang digunakan pesawat selama berada di apron bandara juga jadi pertimbangan. Tak bisa berlama-lama, sekitar hanya 45 menit, sebab harus terbang kembali. Sehingga, tak mungkin berjualan tiket yang waktunya mepet. Dan, seat yang ada akhirnya kosong.
GO SHOW-NO SHOW
Bagi ‘orang bandara’ kedua istilah ini sudah lazim. Terkadang, ketika mencari tiket full, maka ada upaya travel agent tiket pesawat mengarahkan untuk go show yang secara harfiah sebenarnya jika diartikan : go itu pergi dan show itu lihat. Jadi bisa dipersepsikan pergi dan melihat ke bandara.
“Tapi, biasanya ini enggan dilakukan orang-orang tertentu. Meskipun ia sangat ingin berangkat hari itu, karena khawatir tiket tetap tak ada. Dan, ini memang gambling,” kata pejabat airline tadi.
Jika melihat di aplikasi online tiket pasti full. Maka, disarankan untuk go show, itu bisa saja dapat tiket. Hanya sifatnya tidak banyak. Bisa 2 sampai 5 tiket. Dan, yang mengurai seat kosong itu adalah airline karena mengetahui daftar seat yang kosong. Terkadang juga dapat tiket tapi harus transit dan mahal.
Go show ini jika mendesak ingin berangkat. Karena membeli tiket online atau di travel agent sudah tak mungkin dapat tiket. Sehingga, diperlukan waktu untuk ke bandara. Biasanya harus ada waktu sekitar 3-4 jam sebelum keberangkatan. Apa pasti dapat tiket? Infonya 80 persen sukses, jika tidak ya kembali tidur di hotel lagi.
Tak mudah untuk mendapatkan seat saat go show. Kendati reservasinya sama. Hanya harus dibantu ‘teman’ yang punya kebijakan di airline. Sebab, reservasinya hanya bisa dilakukan staf airline. “Yang mengetahui seat kosong itu airline. Karena, beberapa alasan tadi,” ujar pejabat airline tadi.
Berbeda dengan no show. Kalau no itu tidak dan show melihat. Artinya tidak melihat. Dan ini sering terjadi yang mengakibatkan kursi kosong. Mengapa?
Biasanya menurut pejabat airline tadi, penumpang tidak hadir karena ada alasan tertentu. Penumpang tak datang padahal pesawat mau berangkat. Sehingga, disebut no show. Ada tiketnya, orangnya tak ada.
“Itu yang bisa mengakibatkan seat kosong. Kalau shadow seat karena sistem online, mungkin bisa terjadi dan tidak,” ujarnya.
Seat kosong juga bisa terjadi karena ketidakhadiran itu ada faktor sengaja. Biasanya hanya untuk mendapatkan boarding pass dan tidak berangkat.
“Ini biasanya untuk laporan perjalanan dinas (SPPD). Mungkin tak pulang hari itu dan pulang di hari berikutnya lantaran ada dibayarkan tiket oleh lainnya. Sehingga, tak melapor. Tapi bukti tiket ada,” ujar sumber tadi.
Sementara itu, Ketua Astindo Kaltim Achmad Tauhid membenarkan, jika blocking seat atau shadow seat itu sering dilakukan oleh airline. Gunanya untuk memberikan peluang seat untuk pejabat VVIP. Misalnya, 10 kursi.
Tapi, terkadang ada airline yang transparan tetapi ada yang ‘nakal’. Kaitan blocking seat itu bisa dilakukan dan dijual ke pihak lain. Dan, yang bisa mengeluarkan tiket blocking atau shadow seat ini adalah setingkat station manager airline. Itu setelah setingkat tamu VVIP tak ada.
Biasanya ada kerjasama airline dan travel agent. Membeli tiketnya di kantor airline atau online, tetapi sudah kerjasama dengan travel tertentu. Dan itu bisa diambil dari seat tadi. Hanya, terkadang harganya ‘selangit’ .
“Namanya memanfaatkan opportunity atau peluang tadi. Sehingga, penumpang yang dibebani biaya tinggi. Dan itu sering terjadi,” kata Achmad Tauhid.
Memang katanya, fungsi pengawasan ada pada pengelola bandara terhadap seluruh airline. Tetapi, di saat peak season kejadian tersebut tak dapat dihindari. Kuncinya, blocking seat itu sering dilakukan.
Bagaimana dengan kursi kosong di pesawat dibilang full? Menurut Achmad Tauhid karena interval waktu penjualan tiketnya terlambat. Sebab, harus berangkat hari itu. Dan itu risiko yang harus dihadapi airline.
Tapi, itulah dinamika airlines. Sehingga, ada yang menjual dengan harga tinggi tanpa harus melihat kondisi calon penumpang. “Karena dianggap memerlukan, seberapa harga pun dibeli. Itulah modus yang sering terjadi dalam konteks harga tiket. Makanya tak heran sampai harga 3 bahkan 4 juta. Karena, berbagi keuntungan tadi oleh oknum-oknum tertentu,” ujar Tauhid.**
*) Wk Ketua Media Online Indonesia Kaltim