TINTAKALTIM.COM-Tawakal itu bukan sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Tawakal itu tak akan pernah gagal sebab hanya bersandar kepada Allah. Jangan pernah mencela tawakal sebab itu pertanda seseorang tidak beriman.
Itulah pesan yang disampaikan Ustaz Abu Umar Abdillah saat pengajian (taklim) bada’ salat Magrib di hadapan puluhan jamaah Masjid Al-Fatah, kawasan Kompleks Pertamina, Gunung IV, kemarin.
Ustaz asal Solo ini mengawali ceramahnya dengan meminta kepada seluruh jamaah terus mengasah ilmu agar kondisi iman selalu terjaga. Sebab, jika tidak, iman itu selalu bertambah dan berkurang. “Al-limanu yazid wa laa yankus. Iman itu kadang bertambah, kadang berkurang, kadang naik dan turun,” ujar ustaz mengutip salah satu hadist.

Tak hanya iman yang naik-turun, manusia hidup di dunia itu ditakdirkan dalam keadaan lemah. Kelemahan fisik, antara cita-cita yang diinginkan jika tidak terwujud, tentu dapat mempengaruhi jiwa manusia atas kelemahannya. Sehingga, sering manusia mencari kekuatan ada yang caranya benar tapi ada yang salah.
Akhirnya, jika mencari pertolongan bukan karena Allah, maka kata Ustaz Abu Umar seperti digambarkan dalam Surah Al-Ankabut. Di mana Allah menyebut, perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.
Ada pelajaran dari Allah kaitan rumah laba-laba. Sehingga, sampai diabadikan dalam satu surah yang bernama Al-Ankabut atau Laba-laba. Mengapa rumah laba-laba digambarkan lemah? Alquran menyebut, dan kalau kita amati rumah laba-laba, tentu indah. Seolah laba-laba menjadi ‘arsitek’ atau ‘insinyur’ bangunan. “Tapi mengapa rumah laba-laba rapuh. Jawabannya ada pada laba-laba itu sendiri,” kata Ustaz Abu Umar.

Secara kasat mata, rumah laba-laba terlihat artistik. Kokoh dan arsitekturnya bagus. Sejatinya, kalau terkena terik matahari, maka tetap panas, kalau hujan ya kehujanan. Juga, ketika ada benda keras menimpa maka rumah itu hancur. “Itulah gambarannya. Jiwa manusia keinginannya selalu tinggi. Mau sukses dan lainnya, jika tak tercapai, akhirnya mencari pertolongan bukan kepada Allah,” ulas Ustaz Abu Umar.
Konteks rumah laba-laba memang jadi kiasan. Hanya punya arti mendalam kata ustaz. Fungsi rumah untuk melindungi, memberi kehangatan dan keharmonisan. Coba, sarang laba-laba itu. Laba-laba betina membangun sarang, tapi laba-laba jantan rela dimakan laba-laba betina. Ini menggambarkan kehidupan rumah tangga yang hancur dan rapuh. “Itulah kehidupan yang kacau balau sesuai ayat Quran surah Al-Ankabut,” contoh ustaz.

Lalu Ustaz Abu Umar mencontohkan salah satu upaya mencari pertolongan selain Allah, di daerah Jawa Tengah ketika peringatan 1 Syuro, ada sebutan Kiyai yang dikeramatkan. Padahal dia bukan manusia. Kiyai itu adalah Kerbau Bule yang dianggap sakti dan membawa berkah.
Anehnya, manusia berebut untuk mendapatkan ‘kotoran kerbau bule’ itu. “Dijadikan bedak dan dioleskan wajah, katanya supaya nggak terlihat tua. Atau, kotorannya ditempatkan di dompet supaya ‘Kaya’ ya benar, ‘Kaya Kotoran’ (seperti kotoran, Red),” ujar Ustaz Abu Umar disambut tawa jamaah yang hadir.
Karena menganggap itu sakti dan terlalu percaya maka diceritakan Ustaz Abu Umar, manusia berbondong-bondong ke Jawa Tengah itu. Tentu saja, antara manusia yang datang dan kotoran kerbau tidak berimbang. Akhirnya ada niat orang di suatu daerah mendatangkan kotoran kerbau itu di-packing atau dikemas diberi merek lalu dijual sebungkus Rp25.000. “Nah lalu kotoran itu dibeli orang-orang yang kehabisan kotoran kerbau tadi katanya keramat. Ini yang edan siapa,” lagi-lagi cerita Ustaz Umar membuat senyum jamaah.

Bukan itu saja, ada juga yang percaya dengan jimat-jimat. Lalu jimat dijadikan sandaran pertolongan. Ini karena hati yang kosong dari iman yang jernih kepada Allah serta kosong ketawakalannya sehingga minta pertolongan selain Allah. “Orang-orang yang semacam ini telah masuk perangkap setan,” contohnya.
Ada juga manusia yang kelakuannya aneh. Minta pertolongan pada jin. Mereka menjalin kerjasama dengan jin. Lalu mengagungkan jin dianggap jinlah yang menyelematkan kehidupannya. Itulah sifat manusia. “Itu tadi, mereka sudah masuk rumah laba-laba. Gambarannya, rumah tangganya nggak harmonis,” tambah ustaz.
Ceramah ustaz makin asyik, ia pun menyinggung tentang dukun. Sebagian orang awam menyebut istilah ‘orang pintar’ karena dianggap punya kekuatan supranatural untuk menyelesaikan masalah. “Jamaah ada yang mengetahui, mengapa disebut ‘orang pintar’?,” tanya ustaz. Ragam jawaban jamaah berkembang. Tapi kata ustaz, jawabannya sederhana, “karena yang datang dan menemui dia adalah orang bodoh,” kelakar ustaz.
Ada juga yang ingin dagangannya laris, terus cari dukun pelaris. Lah, kalau memang dukun itu bisa membuat dagangan seorang laris menurut ustaz, mengapa dia tidak berdagang sendiri. Ini logika sudah terbalik. “Ini namanya kehidupan di mana orang itu sudah terjerat laba-laba. Jadi mikirnya aneh-aneh dan nggak masuk akal,” tambah Ustaz Abu.
Padahal, mendatangi dukun apalagi percaya bahwa dukun dapat memberi solusi, tentu kata ustaz, adalah kelemahan dan kebodohan. Sebenarnya mendatangi dukun itu dapat menjerumuskan seseorang pada kekafiran. “Siapa yang mendatangi dukun lalu membenarkan apa yang diucapkan dukun, maka ia telah kufur terhadap yang diturunkan kepada Rasulullah,” jelas Ustaz Abu mengutip salah satu hadist.
Dalam hal meramal, juga pernah terjadi di Indonesia. Saat itu sejumlah dukun berkumpul untuk menentukan hari kiamat. “Mungkin semacam itjma para dukun atau jumhur para dukun, menentukan kimat pada 21 Desember 2012. Ternyata itu semua tidak benar. Apalagi ada ramalan Mama Loren yang mengatakan, kalau nanti langit ada bercak-bercak hitam, tanda kiamat. Akhirnya bisa dihilangkan dengan lahirnya Mama Lemon,” kelakar ustaz.

Logika tauhid dan keimanan perlu didudukan dalam menjalankan Islam. Jika melihat atau mendengar orang itu memiliki kesaktian, jangan langsung dipercaya. Karena kata Ustaz Abu, Imam Syafi’i pernah menyebut, apabila kita melihat seseorang yang bisa berjalan di atas air, jangan menanggapi itu wali Allah sebelum diukur amalannya dengan Alquran dan As-Sunnah. “Jangan pernah percaya. Kalau yang bisa terbang itu ya Mak Lampir. Tapi kalau yang bisa jalan di atas air ya Wiro Sableng,” kembali ustaz membuat suasana tambah gerr.
Waktu mendekati azan Isya, tetapi Ustaz Abu terus memberikan ceramahnya berkaitan dengan tawakal. Ia lalu menceritakan di Indonesia banyak dukun santet. Katanya dapat nyedot hasil santet. Mbah dukun itu dipersepsikan sakti. Padahal semua tipu-tipu. Katanya bisa menyedot santet menggunakan telur. Nah, telur itu sebenarnya telah diisi dengan bahan-bahan seperti paku, jarum, benang dan lainnya. Ada juga tidur di kuburan. Pokoknya itu semua jangan dipercaya,” pinta Ustaz Abu.
Seorang mukmin itu harus bersandar kepada Allah. Siapa yang tawakal kepada Allah, maka dia mendapat perlindungan paling kokoh. “Allah yang minta agar umat Islam harus tawakal. Ini Quran yang bicara. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya,” kata Ustaz Abu mengutip salah satu ayat Alquran kaitan tawakal.
Keperluan dicukupkan Allah itu ya soal rezeki, selamat dari bahaya dan semua hal yang berkaitan dengan keperluan manusia, Allah menyelesaikannya. Rasulullah dikenal orang yang paling tawakal dengan Allah. Nabi Ibrahim bertawakal saat menghadapi masalah, sehingga ketika dibakar hidup-hidup, dia jadi dingin. “Ada doanya Nabi Ibrahim toh bapak-bapak. “Hasbunallah wa ni’mal wakil. Yang artinya cukuplah Allah penolong kami. Jadi bukan dukun, bukan jimat, bukan jin. Tapi penolong manusia ya Allah SWT,” kata ustaz tegas sambil menambahkan, hal tawakal juga dialami Nabi Musa ketika dikejar 1 juta tentara Fir’aun, tapi selamat dengan tongkatnya membelah laut.
Di akhir ceramahnya, Ustaz Abu Umar memberi contoh binatang yang paling tawakal yakni burung. Kepada jamaah Masjid Al-Fatah, ustaz menegaskan tidak perlu takut hidup di dunia akan kekurangan. Kuncinya tawakal dengan Allah tanpa harus ‘menduakan’ Allah. Hadistnya shahih bapak-bapak. “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki seekor burung pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang,” jelas Ustaz Abu menyampaikan satu hadist kaitan tawakal.
Kuncinya kata ustaz, siapapun umat Islam yang bertawakal pasti tak akan pernah gagal. Pasrah karena Allah. Sambil kerja atau usaha. “Itulah sejatinya tauhid,” tutup Ustaz Abu Umar karena sudah masuk waktu salat Isya. (git)