TINTAKALTIM.COM-Ancaman dan hukuman Allah bagi orang-orang yang sombong tidak main-main. Itu diabadikan dalam Alquran, karena sombong itu dibenci Allah. Orang-orang yang sombong di dunia, pasti akan mendapatkan kehinaan, kenistaan dan celaka.
Itulah yang disampaikan Ustaz Akhlis Marzuki S Ag dalam Taklim Ba’da Subuh di hadapan jamaah Masjid Al-Fatah, Kompleks PT Pertamina Gunung IV, Sabtu (30/8). Ustaz dari Kota Bekasi ini, hadir atas kerjasama Badan Dakwah Islamiyah (BDI) PT Pertamina (Persero) dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Istiqomah.
Ustaz mengawali ceramahnya mengajak jamaah untuk memperhatikan iman, hati, ibadah dan akhlak, sebab itu semua dapat membuka pintu rezeki. Catatannya, perbaiki seluruh rangkaian ibadah seperti salat, puasa dan yang berhubungan dengan muamalah. Dan harus pandai bersyukur, karena itulah prinsip orang beriman.
Kaitan kesombongan, Ustaz Akhlis meminta jamaah merenungkan sikap Ibnu Abbas yang faqih keilmuannya dan punya dedikasi tinggi terhadap Rasulullah, tapi tidak sombong. Tindak-tanduk, pengorbanan dan kesungguhannya menuntut ilmu patut ditiru. Bahkan, Ibnu Abbas yang ponakan Rasulullah ini pernah mengatakan, orang yang berilmu lebih besar ganjaran pahalanya daripada orang yang puasa, shalat dan berjihad di jalan Allah. Itulah ilmu, bahkan ada yang menyebut lebih tinggi ilmu daripada salat 1.000 rekaat.

Hal yang patut untuk jadi muhasabah atau introspeksi diri kata Ustaz Akhlis adalah sikap Imam Bukhari yang gurunya hingga mencapai 1.080 guru. Dia justru tidak sombong, gak pernah mengkafir-kafirkan orang lain. “Ini ada yang merasa ustaz, baru belajar dengan 1 guru saja sudah mengkafir-kafirkan orang, padahal kalau mau lihat sejarah sahabat Rasulullah pasti masuk surga nggak pernah mengkafir-kafirkan orang,” contoh ustaz.
Kesombongan itu harus dikikis dalam hati. Sebab, ancaman Allah sombong sangat besar. Banyak diabadikan dalam Alquran. Bahkan, Rasulullah pernah menyatakan, Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi.
Konteksnya, bahwa sombong itu dilarang. Kapan orang itu sombong? Menurut ustaz, saat memandang dirinya berada di atas orang lian, lebih mulia dari orang lain, lebih sempurna dari yang lain, kemudian memandang selainnya rendah dan hina. “Allah itu maha indah, mencintai keindahan. Kesombongan itu memandang rendah orang lain,” ungkap ustaz, mengutip hadist.
Umat Islam itu harus sabar, lemah lembut dan tidak sampai bangga dengan ilmu, harta atau lainnya. Lalu ustaz mencontohkan sikap Rasulullah yang lemah lembut yang disebut dalam Surat Al-Fath ayat 29: Muhammadur rasulullah, wallazina maahu asyidda u alal kuffari ruhama ui bainahum atau Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dan lemah lembut terhadap sesama mereka. Makanya, kata ustaz, sombong itu setan senang. Karena, sombong biang segala penyakit hati.

Lalu, ustaz mengatakan bahwa umat Islam di dunia ini bukan ‘panitia akhirat’ , sehingga tidak ada jaminan masuk surga. Makanya, jika bertemu teman, yang harus ada dalam pikiran kita adalah teman itu lebih baik, lebih pintar dan lebih banyak ilmunya dari diri kita. “Atau ingat dengan kematian, jadi tidak sombong. Juga ingat tentang siksa Allah. Mau mengetahui tentang resep terhindar dari siksa Allah. Baca Alquran dua juz yakni juz 29 dan 30 sering dan rutin dibaca. Setelah itu juga baca juz 1 sampai 28,” kelakar ustaz yang disambut senyum-senyum jamaah.
THAGHUT
Semua umat Rasulullah itu dianjurkan untuk berdakwah dan itu kata ustaz ada tercatat dalam Alquran Surah An-Nahl ayat 36 yang artinya Sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat. Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut. Setiap umat menjalankan ayat ini, tidak melakukan sekutu, maka dia sudah berdakwah. Karena thagut itu biangnya kerusakan iman seseorang. Iblis itu thagut, juga pemimpin yang zhalim itu seperti Raja Namrudz juga thagut, hakim yang tidak adil pun thagut. “Apalagi dukun yang disebut-sebut ‘ahli tidak normal’. Semua itu sudah malampaui batas dan lari dari ajaran Allah,” contoh ustaz yang kerap mengisi pengajian keliling Indonesia ini.
Thaghut atau persembahan selain Allah kata ustaz, sekarang ini juga direalisasikan lewat kegiatan-kegiatan bersifat syirik. Seperti mendatangi kuburan katanya ziarah terus meminta doa dengan orang yang ada di dalam kubur dan sudah mati. Itu kan sudah tidak sesuai tuntunan Rasulullah. “Ziarah itu tidak harus datang ke pemakaman atau kubur. Bagaimana kalau keluarga yang meninggal ada di Malaysia, kan merepotkan. Doa di mana saja sebenarnya dapat dilakukan,” beber ustaz untuk meluruskan tauhid umat Islam.
JAMAAH DI MASJID
Prinsip orang beriman itu selalu menjaga kebaikan-kebaikan dan menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangannya. Dan kita bersyukur hidup di dunia era sekarang karena masih punya iman. Sebab kata ustaz, ayah Nabi Ibrahim tidak beriman karena masih menyembah berhala, anak dan istri Nabi Nuh yang tidak diberi hidayah, bahkan paman Rasulullah Abu Thalib meninggal masih dalam keadaan jahiliyah.
“Kita di Masjid Al-Fatah ini bukan keponakan Rasulullah, tapi iman kita masih terus terjaga dan harus dijaga. Bersyukur, ibadah lancar, bapak-bapak sehat semua ya. Saya doakan, semoga rumah tangga harmonis, anak-anak jadi soleh dan solehah. Aminnn,” doa ustaz.
Ustaz bersyukur, para jamaah masih mampu salat jamaah di masjid. Sebab, itu aktivitas yang sulit dijalankan jika tidak ikhlas. Sangat kuatnya hukum salat berjamaah itu, dalam suatu riwayat, Rasulullah pernah ditanya sahabatnya bernama Ibnu Ummi Maktum.

Ia minta keringanan untuk tidak datang ke masjid, sebab matanya buta dan tidak ada yang menuntunnya. Sebenarnya, Rasulullah kasihan dan memberi keringanan untuk tidak memerintahkan ke masjid. Hanya saja, baru beberapa langkah Ummi Maktum beranjak pulang, Rasulullah memanggil. Rasulullah bertanya: “Wahai Ummi Maktum, apakah kau mendengar azan berkumandang,” tanya Rasulullah. Dijawab: “Dengar ya Rasulullah”. Maka kata Rasulullah datanglah ke masjid meskipun dalam keadaan merangkak. Kisah tersebut, dapat dijadikan pelajaran, begitu pentingnya bahkan sepertinya wajib salat berjamaah di masjid.
Ustaz Akhis juga menceritakan bagaimana sikap Umar bin Khatab, begitu senang menikmati kebun kurma yang lagi panen. Tidak terasa sudah masuk salat Ashar. Dan ia terlambat menuju masjid karena telah masuk rakaat keempat. Akhirnya, dirinya pun menjual kebun kurma itu karena dianggap menjadi penghambat dalam berjamaah. Istrinya bertanya mengapa kebun kurma dijual. “Umar menjawab, aku tidak ingin lebih cinta kebun kurma daripada Allah dan melalaikan salat berjamaah. Itulah tauhid dan keimanan. Kira-kira di era sekarang ada yang gitu nggak bapak-bapak jamaah,” tanya Ustaz Akhlis.
Ulasan ustaz kaitan salat berjamaah dan tepat waktu itu, telah diungkapkan dalam Surat Maryam ayat ke-59 yang berbunyi artinya: Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Makanya kata ustaz, sering menjaga kesucian dan berwudhu sebelum azan.
Dalam kaitan menjaga kemurnian syariat Islam, makanya kata ustaz harus juga memahami Islam. Jangan pernah takut jika dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Seperti cerita Ali bin Abi Thalib yang menentang juragannya lantaran diminta membantu dalam agama selain Islam. Ali pun tak takut dipecat dari pekerjaannya. Dan itulah sejatinya iman.
Oleh karenanya kata ustaz, beribadah itu harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Sebab, jika tidak maka tertolak amalnya. Karena, ada orang beribadah karena melihat banyak dilakukan orang lain, bukan dasar tuntunan. Lalu ustaz mengutip hadist Bukhari dan Muslim: “Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan ibadah dan agama Islam yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah maka tertolak amalnya”.
Karena Islam yang diajarkan Rasulullah itu agama dari Allah. Bukan Islam Nusantara yang sekarang jadi polemik. Aneh juga kata ustaz. Bagaimana kalau takbir bisa beragam antar daerah. Apa kalau Islam Nusantara lalu takbir Allahu Akbar daerah-daerah berubah. Ini aneh, dan tentu saja menghilangkan jati diri Islam yang diatur lewat Alquran dan hadist. “Islam dari Allah sudah benar, tidak usah ditambah-tambah,” ujar ustaz.
Penulis pun bingung dengan dideklrasikannya Islam Nusantara. Karena, Islam itu hanya satu yaitu Islam yang artinya selamat. Tidak ada Islam Arab, Islam Turki dan lainnya yang aneh-aneh. Karena, Islam diturunkan hanya satu dilandaskan pada Quran dan hadist. Tidak ada embel-embel lainnya. Justru munculnya Islam Nusantara membuat umat Islam terbelah, saling mencaci. Padahal persatuan Islam akan melahirkan peradaban yang membawa kemakmuran dan kesejahteraan.
Makanya dalam akhir ceramah ustaz mengatakan, ibadah itu ada tuntunannya Rasulullah. Islam itu ada tuntunannya Alquran seperti disebutkan dalam Quran: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Sehingga, kalau Islam Nusantara, itu mengikuti aturan siapa. Sudahlah, ikuti saja Allah dan Rasulullah.
Akhirnya, menutup taklim, ustaz berpantun: Burung Irian Burung Cendrawasih. Cukup Sekian dan Terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh. (git)