TINTAKALTIM.COM-Sapi kurban sempat berulah. Ini saat persiapan pemotongan dilakukan di Kompleks BTN Gunung IV Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat, Selasa (20/07/2021). Alat perebah sapi yang perdana tahun ini digunakan nyaris kalah. Tapi, Alhamdulillah secara keseluruhan proses pemotongan berjalan sangat indah.
Panitia kurban Masjid Asy-Syifa dipimpin H Rahmadi sejak pagi pukul 08.00 Wita sudah berada di lokasi. Di RT 38 dan RT 39 ini warganya berkurban yang totalnya 13 ekor terdiri dari 10 ekor sapi dan 3 ekor kambing. Unsur ketua RT hadir, Neneng Julaiha dan Sihombing. Termasuk, Saleh (babinsa) dan Yudhi (bambinkamtibmas) yang ikut memantau proses penyembelihan.
Tahun ini lebih terlihat ‘kompak’ karena panitianya gunakan seragam dan harus patuh protokol kesehatan (prokes) seperti menggunakan masker. Bahkan, ibu-ibu ada yang gunakan alat pelindung wajah (face shield).
“Karena anjuran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat kita tegakkan khususnya saat pemotongan hewan kurban,” kata Rahmadi singkat.
Pemotongan hewan kurban pertama lancar. Penjagal atau pemotong hewan kurban sapi perdana beraksi. Gema takbir, tahlil dan tahmid dan ucapan basmalah menandai pemotongan. Darah mengucur dan sapi itu tuntas disembelih.
Hanya, dari pemantauan media ini, ada sapi matanya masih melotot. Sapi masih hidup bahkan bisa bangkit lagi, meski leher sudah disembelih dan darah sudah mengucur di tanah. Saat akan dikuliti, sapinya meronta. “Wah belum putus itu,” ujar H Suwadi, warga RT 38.
Sapi itu harus disembelih ulang karena terus menunjukkan gelagat meronta yang dikhawatirkan berdiri lalu lari. Dan akhirnya, petugas bagian pengulitan memotong ulang.
Proses pemotongan sapi yang sumbangan kurban satu keluarga dan ‘tabungan kurban’ nama-namanya disebutkan H Rugito melalui pengeras suara (clip on). Sehingga, secara hukum kurban yang anjurannya tertuang dalam Surah Al-Kautsar ayat kedua yang artinya: “Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” itu tuntas secara syariat dilakukan.
ALAT PEREBAH SAPI
Panitia tahun ini juga menyediakan alat perebah sapi. Dari rangka potongan pipa yang dipasang roda. Sapi awalnya dibawa masuk ke dalam alat perebah. Alat ini biasa dipakai di rumah potong hewan (RPH). Terlihat Dedy, H Ardiansyah, Bambang, Hendra ‘Ahok’ dan panitia sekitar 15 orang ‘berjibaku’ mengarahkan setiap sapi masuk ke alat perebah.
Hanya ada sapi yang meronta: “Bisa jadi stress melihat temannya dipotong. Sehingga meronta-ronta,” kata Ali Akbar, menyaksikan penyembelihan dari jauh.
Suwadi yang juga salah satu panitia menyebut, alat perebah sapi mengurangi perlakuan kurang manusiawi terhadap sapi sebelum disembelih. Lebih praktis dan efisien.
Sapi digiring masuk dengan tenang ke dalam ‘rangka pipa’ itu. Hanya, karena simpul tali yang mengikat badan, kaki dan muka sapi maka sapi meronta. Tapi, sebagian ‘penonton’ menyebut kalau suasana area terlalu ramai termasuk melihat temannya disembelih atau dikuliti. “Makanya sapinya ingin berontak dan lepas. Memang harusnya sapi tidak diperkenankan melihat temannya disembelih, apalagi dikuliti. Tempat pengulitan harusnya tertutup,” ujar Ali Akbar.
KAMBING ETAWA
Dari total hewan kurban yang disembelih, ada hewan kurban kambing etawa. Ini adalah kurban keluarga H Yoni Supriyadi. Kambing etawa beda dengan kambing lainnya. Bulunya belang. Bobotnya pun besar berkisar 70-80 kg.
Kambing etawa ini menurut Yoni, proses perawatannya memang berbeda. Sehingga, kambingnya berkualitas dan nilai jualnya tinggi. “Umurnya 2 tahun yang paling ideal. Untuk harga kambing dewasa Rp5 juta. Dan, ini kualitas baik. Karena, berkurban itu sesuai dengan anjuran Rasulullah kan harus kualitas terbaik,” ujar H Yoni.
IBU-IBU SIGAP
Setiap tahunnya, proses penyiangan daging sampai dimasukkan dalam tas kresek untuk dibagi dilakukan ibu-ibu BTN Gunung IV baik RT 38 dan RT 39. Mereka sigap untuk melakukan proses pemotongan dan menimbangnya per 1 kilogram untuk dibagi-bagikan ke warga karena kupon sehari sebelumnya sudah dibagikan.
Selain yang berkurban, warga lainnya ikut mendapatkannya. Fakir, miskin, kaya, kerabat, saudara dan lainnya. Bahkan, jumhur ulama membolehkan memberikan kurban juga kepada non-muslim.
Untuk yang berkurban (shohibul kurban) berhak mendapatkannya pula daging yang dikurbankan. Termasuk tetangga, teman dan kerabat sekitar. Tetapi, shohibul kurban boleh juga tidak menerima daging kurban dan diberikan kepada lainnya.
Kurban sejatinya adalah nilai ketaqwaan. “Jelas kurban itu bukan dagingnya. Allah menjelaskan bahwa daging hewan kurban dan darahnya itu tidak sampai kepada Allah. Karena kurban bukan sesajen. Tapi yang sampai kepada Allah itu ketaqwaan dan keiklasan dan mampu mendermakan hartanya,” kata Ali Akbar, jamaah Masjid Asy-Syifa.
Semoga kurban warga Kompleks BTN Gunung IV RT 38 dan 39 Kelurahan Margomulyo dan sekitarnya diridhai Allah. Dan semua sehat, terhindar dari bahaya: Allahuma hadzihi mina wa ilaika, fataqabbal minni ya karim (Ya Allah, hewan kurban yang dikurbankan adalah nikmat-Mu. Terimalah kurban tersebut ya Allah). (git)