Catatan: H Sugito SH)*
TINTAKALTIM.COM-Pukul 03.30 Wita, WhatsApp saya menerima berita duka. Dari sahabat saya Direktur Umum Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PDAM) Hj Nour Hidayah atau Nunu. Singkat tapi sedih: “Bapak tinggal kenangan”. Saya terkejut karena sosok yang dikenal luas sebagai orang baik itu yakni H Imdaad Hamid SE mantan walikota 2001-2011 meninggal dunia. Informasi ini tentu sangat menjadi obituari (berita duka) viral di Kaltim.
Saya buka HP pukul 04.00 Wita, persiapan menjelang salat Subuh. Innalilahi wa inna illaihi rajiun. Jawabku singkat. Tentu, saya pun ikut berduka. Karena, almarhum seperti bapak dan guru saya. Nunu sendiri mantu dari Imdaad Hamid. Ia merasa kehilangan sehingga terisak saat memberi kabar duka.

Almarhum leader yang sangat humble (ramah). Dedikasinya tinggi dalam memajukan Kota Balikpapan. Tentu, banyak yang merasa kehilangan sebab sosok Imdaad tak pernah lekang dimakan waktu karena visinya mengusung ‘Madinatul Iman’ dan sangat demokratis.
Imdaad telah tiada. Namun pemikirannya masih akan tetap dicatat oleh sejarah. Pemikiran membangun kota akan jadi karya dan akan terus abadi.

Dalam meletakkan dasar pembangunan, Imdad Hamid sangat progresif itu diaktualisasikan lewat gagasan dan kerja nyata. Ia tipe orang ‘pendengar’ segala saran, kritik yang konstruktif dijadikan ‘vitamin’ untuk membangun Balikpapan.
Imdaad pernah punya ide bahwa persoalan kota tak selalu dijawab dengan solusi konvensional alias solusi klasik yang tak layak dalam konteks kekinian. Apalagi era sekarang sudah era digital.
Walikota H Rahmad Mas’ud SE ME ikut merasa kehilangan Imdaad. Ia menyampaikan ucapan duka lewat akun instagram pribadinya. “Kami sekeluarga, Pemerintah Kota Balikpapan hari ini berduka atas berpulangnya ayahanda ke Rahmatullah H Imdaad Hamid SE bin Kadir Hamid Walikota Balikpapan periode 2001-2011. Semoga mendapatkan tempat yang paling mulia disisi-Nya, diampuni segala kesalahan dan dosa-dosanya serta diterima semua amal ibadahnya oleh Allah SWT,” tulis Rahmad yang memasang foto dirinya mencium tangan pendahulunya itu.
Foto Rahmad mencium tangan Imdaad itu saat bersilaturahmi dan membezuk di kediaman Imdaad apartement kawasan Jl Gatot Subroto Jakarta. Bahkan, Rahmad pun ‘belajar’ mengelola kota dari Imdaad. Dan pesan Imdaad kaitan visi Madinatul Iman pun tak diubah oleh Rahmad Mas’ud.

Imdaad lahir di Tenggarong, 5 Juli 1944 yang beristrikan Hj Aji Sy F Azimah Hanaum (alm) dan memiliki anak H Muhammad Dimyathie Riza SE, Hj Mirza Imada Zulfhieqar, Nurfhareza Muthia Felayathie, Qamara Fathasya Nazila.
Selama kepemimpinan jadi Walikota, banyak penghargaan yang diperolehnya seperti Zakat Award Bidang Kelembagaan Terbaik dari Departemen Agama (2009), Raskin award dari Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (2009) Trophy Manggala Karya Bakti Husada Penganugerahan Ekonomi Award dari Menteri Percepatan.
Banyak prestasi yang tak dapat dicatat semua. Intinya ia pun yang berhasil melakukan pemulihan kelestarian kawasan DAS Manggar sebagai daerah tangkapan air Waduk Manggar yang airnya sampai saat ini dikonsumsi masyarakat dan diolah PDAM.
Karir Imdaad yang pernah menyelesaikan S1 di Unmul Samarinda ini, selain walikota 2 periode juga Asisten IV Provinsi Kaltim, Sekda Balikpapan, Karo Humas Provinsi, Kabid Penelitian dan staf Bappeda.
Imdaad meneruskan perjuangan walikota terdahulu yakni Syarifuddin Yoes (alm) dan Tjutjup Suparna (alm) serta dilanjutkan H Rizal Effendi SE selama 2 periode dan sekarang Rahmad Mas’ud.
Imdaad punya pengalaman dengan penulis. Ia pernah mengajak untuk membahas mutasi pegawai. Ini hal yang sebenarnya jadi domain walikota.

“Saya hanya minta pandangan dari jurnalis dan orang luar anggaplah jadi second opinion. Agar ketika menetapkan seseorang dapat the right man on the right place (orang yang tepat pada tempatnya),” ujarnya.
Imdaad punya nama-nama pejabat yang akan dimutasi. Disodorkan ada 3 nama: “Tolong Anda sebutkan siapa di antara ketiga nama ini yang layak”. Jawaban saya: “Tidak enak pak, nanti subjektif. Sebab, ini ranah badan pertimbangan jabatan dan kepangkatan (baperjakat) dan user (walikota)”.
Imdad menjawab: “Saya percaya Anda sebab jurnalis ada sisi objektivitasnya. Apalagi kritik-kritik dan tulisan Anda tajam,” jawab Imdaad singkat. Tetapi, saya hanya memberikan gambaran nama-nama itu tentu dari sisi kualifikasi, skill dan profesionalisme serta tidak pada sisi politis. Bahasan mutasi itu bersama walikota, diadakan di rumah jabatan.
Dari gambaran pejabat yang dimutasi itu, biasanya akan turun prediksi di Kaltim Post. Sering sekali pejabat di Pemkot Balikpapan menyebut ‘SK Mutasi Kaltim Post’ mendekati kebenaran 90 persen. Bagaimana tidak, wong sebelumnya saya dan Walikota ikut membahas.
STRATEGI MEDIA
Imdaad yang mantan Karo Humas punya strategi media dalam membangun kota. Ia sadar, keberadaan media massa baik cetak dan elektronik mendukung pembangunan di suatu daerah. Lewat komunikasi media, Imdaad ingin ada feedback membangun kota.
Imdaad ingin menggunakan lewat media sisi kontrol sosial dan paradigma partisipatif. Masyarakat ingin mengoreksi kebijakan yang perlu dikritik. Ia tak ingin kebijakan bersifat top down (dari atas saja), sebab kurang memberikan ruang masyarakat bersuara.
“Kita perlu setting untuk memfokuskan masyarakat pada pembangunan. Strategi media paling tepat tetapi yang menganut azas keseimbangan, faktual dan tidak fitnah,” pinta Imdaad saat diskusi di ruang kerjanya pada suatu kesempatan.
Imdaad yang mumpuni di bidang kehumasan ini, sangat menghargai media. Ia ingin terjadinya komunikasi multi-channel. Sebab dari situlah solusi pembangunan didapatkan.
Justru, ketika ada ‘berita miring’ ia santai bahkan meminta agar elemen masyarakat ikut bersuara. “Nanti saya semua yang jawab dan menyelesaikan. Itulah pentingnya media jadi mitra pemerintah,” katanya pada suatu ketika di mana media ‘membobardir’ dengan kritik pedas.
Ungkapan Imdaad kepada wartawan jika ada kritik dari media, ia sebut sebagai strategi media membangun kota. “Kalau ada yang positif tolong diberitakan juga dan katakan positif sehingga tak hanya jelek-jelek saja. Kan wartawan itu senangnya bad news is good news (berita yang jelek adalah berita yang bagus). Harus berimbang dengan good news is good news (berita bagus ya berita memang bagus). Supaya objektif,” ingat Imdaad yang disebut sangat ‘jago bidang kehumasan’ ini.
Media mengenal sosok Imdaad sebagai pemimpin dan manajer publik. Ia mampu mengerem emosi. Ia gunakan kecerdasan emosional untuk mengidentifikasi persoalan kota.
Gaya kepemimpinannya demokratis karena dapat menerima dan menghargai segala masukan dan kritikan. Ia mampu membawa arus musyawarah kemudian menghasilkan hasil mufakat masyarakat.
Imdaad dikenal sosok visioner dalam memimpin bawahannya untuk mewujudkan tujuan organisasi sesuai visi yang diembannya, sehingga visinya sebagai agen perubahan (agent of change).
Yang menarik dan selalu jadi cerita dan direkam media adalah, Imdaad punya gaya kepemimpinan transformasional yakni kepemimpinan yang memberikan perubahan dengan cara memotivasi bawahannya untuk menciptakan inovasi melalui pengembangan ide dan kreativitas.
Almarhum Imdaad juga dikenal sosok yang low profile. Suatu ketika, media ini tugas jurnalistik ke Jakarta. Bertemu Imdaad dan karena hotel full, ia mempersilakan untuk menggunakan kamarnya.
“Ini kunci kamar saya, silakan Anda gunakan. Nanti saya cari kamar dan hotel lainnya,” kata Imdaad dengan ikhlas menyerahkan kunci itu dan menunggu di lobby.
Itulah jejak Imdaad memimpin kota. Ia memang telah tiada tetapi sosok kesuksesan Kota Balikpapan juga karya ‘tangan dinginnya’ dan patut kita apresiasi dan dapat dijadikan contoh teladan dalam memimpin kota.
Semoga kita semua bisa mengambil tauladan pada kebaikan yang telah almarhum lakukan selama hidupnya. Kita simpan saja jika ada kesalahan dan mari dimaafkan. Dan jadikan perpisahan dan air mata atas kepergian almarhum menjadi kenangan di hati. Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Selamat Jalan Bapak Pembangunan Imdaad Hamid. Husnul Khatimah.**
*) Wk Media Online Indonesia (MOI) Kaltim, Wartawan Senior dan Direktur Tintakaltim.Com