Penulis: Munir Asnawi
TINTAKALTIM.COM-Alam kota kedua di Hainan, Sanya sungguh permai dan hijau. Cobalah menuju hujung langit, hujung bumi atau hujung lautan. Begitulah nama lain Sanya kala bibir warga menyebutnya dengan kata Tianya Haijiao.
Saya dan rombongan ingin membuktikan, apakah alam Kota Yazhou (nama lain Sanya yang berarti negeri selatan, Red) itu permai? Kami melangkah ke Phoenix Hill yang dibangun menghabiskan dana 3 juta yuan. Sebagian rombongan meluncur ke ketinggian dengan kereta gantung, hingga ke puncak bukit.
Semula udara panas bersuhu 32 derajat mirip Kota Balikpapan membuat gerah. Makin tinggi kereta berjalan bergelantungan di kabel, udara sejuk makin terasa. Bersyukur pada ketinggian tekanan udara tidak membuat kuping mendengung.
Tiba di ketinggian Phoenix Hill sejuk menyengat kulit. Tak lagi gerah. Tidak lagi gemetaran kala memandang hamparan hutan dan perkebunan karet, mangga, pinang, dan lainnya yang menghijau dari kapsul kereta gantung yang hanya maksimal memuat delapan penumpang.
Di ketinggian, kita bisa memandang Kota Sanya dilingkupi kebijauan hutan. Hutan membuat gedung-gedung hunian, perkantoran, hotel hingga mall mencakar langit di kejauhan menjadi ramah. Kota Sanya yang kadang hiruk pikuk dengan aktivitas warga dan wisatawan dibalut lautan terasa permai. Tepatlah, kalau banyak orang menyebut Sanya sebagai Hawaii Tiongkok.
Usai santai sejenak dan sesi foto di pelataran Phoenix Hill berlatar belakang batu prasasti bertulis angka 18 yang berarti Sanya berada pada 18 derajat lintang utara. Di siang hari Senin (23/9) itu kami on-on (olahraga lintas alam) mengitari tepi bukit menampak jalan terbuat dari kayu. Ingatan kami melambung ke canopy bridge di Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Bila canopy bridge kita berjalan dari tajuk pohon meranti ke tajuk yang lain, namun jarak lintasan tak panjang. Di Phoenix Bridge kita melangkah di titian papan kayu memutari tepi tebing. Kita berada di hutan. Kita bisa memandang Kota Sanya.
Tiap kali melangkah seratus meter lebih, ada saja spot untuk sesi foto. Bahkan di separuh perjalanan melingkar bukit, terdapat panggung cinta. Bila pasangan mengajak serta anak-anak mereka, sang ayah berfose di kiri ditambah mama di kanan, maka sama dengan sang anak-anak. Apalagi ada rangkaian bunga membentuk hati berwarna merah, lambang cinta. Waduh, mesra nian.
Tak jauh dari penggung cinta, ada sarang burung dengan diameter besar. Kita dengan pasangan atau tanpa pasangan bisa mengeram menirukan burung. Ada belasan sarung burung kecil buatan di pepohonan. Kita juga dapat mengisi kenangan di kamera telepon genggam dengan foto patung sio tahun kelahiran. Makin jauh berjalan, memori handphone terus diisi dengan foto kenangan.
Tiba kembali di pelaran Phoenix Hill, ada altar bertutup kaca. Di ruangan ini sering menjadi saksi janji setia sehidup semati pasangan yang menikah. Atau dua sejoli yang bakal menikah bisa memanfaatkan ruangan itu membuat foto prewed. Hari itu, ada sejoli foto prewed di sana. (***)