TINTAKALTIM.COM-Duka Rohingya adalah duka manusia. Itu yang bisa digambarkan dalam kekejaman pembantaian yang diluar batas kemanusiaan bahkan cenderung biadab. Mereka etnis minoritas beragama Islam. Tentu penderitaan mereka juga luka kita semua.
Kewajiban bersaudara sebagai umat muslim itulah yang harus digelorakan. Sebab, mereka sudah hidup sulit dan sangat menjerit bahkan sakit di pengungsian. Sehingga, meringankan beban mereka wujud persaudaraan sesama muslim.
“Rasulullah menggambarkan, perumpamaan umat muslim itu seperti satu tubuh. Mereka saling mengasihi dan menyayangi, apabila satu anggota badan sakit, maka sekujur badan lainnya merasakan panas dan demam,” kata Anggota Dewan Pembina Sahabat Al-Aqsha Pakje Suwahny Tumijanta saat memberikan dakwahnya di hadapan jamaah salat subuh Masjid Al-Fatah kawasan Gunung IV, Jl Batu Butok, Kompleks PT Pertamina, Sabtu ( 28/9).
Kehadiran Pakje di masjid itu untuk menjalankan program Safari Dakwah DKM Istiqomah bekerja sama dengan Badan Dakwah Islmiyah (BDI) PT Pertamina (Persero) dan tim relawan Sahabat Al Aqsha dengan tema Istiqamah Melanjutkan Sambungan Cinta, Cemas dan Harapan Baitul Maqdis,Rohingya dan Balikpapan.
Pakje hadir bersama dr Rinaldi Tri Frisianto Sp A, penanggungjawab program Sahabat Rohingya (SA4Rohingya) yang juga dokter spesialis anastesi. Mereka didampingi koordinator program safari dakwah, Iskandar Syahmuda. Kehadirannya tentu memberi informasi kaitan perkembangan kerja Sahabat Al-Aqsha, termasuk untuk muslim Rohingya.
Disebutkan Pakje, pada Oktober 2017, tim Sahabat Al-Aqsha sudah berkunjung ke kawasan pengungsian. Untuk melihat dari dekat bagaimana kaum minoritas itu menderita karena persekusi akibat kekejaman aparat Myanmar. “Allah sepertinya mendesain pertemuan ini. Gambaran itu seperti dibacakan Pak Imam (Ustaz Abdurahman, Red), di mana sama dengan tema yang saya bahas yakni soal tabayyun, check and recheck atau konfirmasi. Itu ada di Surah Al-Hujurat ayat 6 yang dibaca imam saat salat. Padahal saya tidak pernah janjian,” jelas Pakje.
Pakje lalu membacakan arti dari Surah Al-Hujurat itu, yakni: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka bersungguh-sungguhlah mencari kejelasan agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum. “Kita turun ke lapangan melihat langsung bagaimana persekusi itu,” jelas Pakje. Persekusi sendiri adalah perlakuan buruk atau penganiayaan secara sistematis yang dilakukan oleh kelompok atau individu tertentu.
Dalam tabayyun itu, tim menurunkan 10 orang. Mereka selain melakukan pertolongan medis, juga menyerahkan sumbangan yang dihimpun oleh Sahabat Al-Aqsha. “Tapi kerja-kerja kita juga bukan hanya soal Rohingya, juga datang ke Al-Aqhsa yang merupakan the centre of barokah bagi umat Islam,” ulas Pakje.
Dijelaskan, konsentrasi umat Islam ke Masjid Al-Aqsha yang berada di kawasan Baitul Maqdis juga penting. Sebab, kaum zionis Israel menguasai masjid itu dari umat Islam. Konflik di Masjidil Aqsha itu, mengakibatkan pembatasan akses masuk bagi muslim Palestina oleh Israel. “Masjid Al-Aqsha tempat istimewa bagi umat Islam dan ini masjid yang harus diziarahi termasuk dua masjid lainnya yakni Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah,” kata Pakje.
Alasan kuat umat Islam harus jihad mempertahankan Baitul Maqdis, karena Al-Aqsha adalah tempat suci umat Islam, bahkan diabadikan dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 1. “Jadi Rasulullah pernah melakukan mira’j dari Masjidil Aqsha untuk menghadap Allah. Sehingga harus diperjuangkan kesuciannya,” sebut Pakje yang berkeliling dakwah bersama tim ke-35 lokasi di Kota Balikpapan.
Pakje yang juga pebisnis dan pekerja sosial ini, mengatakan tema dakwahnya juga menyentuh ayat 13 Surah Al-Hujurat yang menjadi lanjutan bacaan imam karena berkaitan dengan sisi perkenalan dan persaudaraan. “Kita ini berbagai bangsa dan suku. Kalau di Indonesia ada Bugis, Jawa, Banjar dan harus memegang teguh keimanan dan persaudaraan,” ungkap Pakje sambil menyampaikan surah itu yakni, Diciptakannya manusia dari laki-laki dan dan perempuan dan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling kenal-mengenal.
MEMBANTU ROHINGYA
Sementara itu, dr Rinaldi Tri Frisianto Sp A dalam penjelasannya kaitan derita Rohingya menyebutkan, PBB tidak tegas dalam mencarikan solusi. Padahal sederhana, yakni dikembalikan dan diakui sebagai warga negara Myanmar selesai. Tapi, ini tidak sebab upaya diskriminasi dan persekusi terus dilakukan. Apalagi mereka muslim dan berkulit hitam. “Dalam krisis Rohingya di Rakhine, PBB resolusinya tidak tegas dan banyak hambatannya,” jelas dr Rinaldi yang menyebut, nyawa etnis Rohingya seperti ‘harga murah’ dan begitu mudah dibantai dan dimusnahkan.
Pengalaman dr Rinaldi ke pengungsian Rohingya perbatasan Bangladesh, juga mendapatkan info dari aparat di sana. Justru, mereka bangga Indonesia warga muslim terbesar. Tapi, sempat ada komentar ‘miring’ “Indonesia the biggest muslim, why is it so small for the Rohingya crisis,” kutip dr Rinaldi dari komentar aparat tadi yang artinya, Indonesia negara muslim terbesar tapi mengapa bantuan untuk krisis Rohingya sangat kecil.
Tentu dalam persepsi dr Rinaldi, itu tamparan keras bagi Indonesia. Hanya, umat Islam tidak boleh berhenti membantu. Sebab, etnis Rohingnya ini sangat menderita. Mereka sudah dicabut hak kewarganegaraannya. Ibaratnya kartu identitas penduduknya telah dicabut oleh pemerintah Myanmar, sehingga mereka yang jumlahnya berkisar 1,5 juta jiwa, tinggal di negara bagian Rahine di dekat perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. “Bayangkan bapak-bapak sekalian, mereka sudah dianggap bukan warga negara, sekarang dokumen tidak ada. Hak tinggal sudah tidak punya, sehingga tidak mungkin mengenyam pendidikan dan mencari nafkah,” jelas dr Rinaldi
Diceritakan dr Rinaldi, pemerintah Myanmar dapat menerima mereka sebagai pendatang asalkan saja dapat menunjukkan bukti bahwa mereka pernah tinggal di Arakan sejak tahun 1783, tentu ini tidak mungkin. Dan, itu suatu syarat yang mustahil bisa dibuktikan. “Makanya ini amanah kita semua sebagai umat muslim, ayo bantu mereka,” imbau dr Rinaldi.
MASALAH BESAR
Dalam perjalanan untuk menyalurkan bantuan, memang polanya sembunyi-sembunyi. Saat itu, ada harapan besar bahwa bantuan yang dihimpun Sahabat Al-Aqsha sangat besar. Ternyata setelah di lapangan, masalah yang terjadi sangat besar. “Kita bawa bantuan seolah sangat besar, ternyata bantuan itu dirasa kecil karena krisis Rohingya itu sangat mendunia dan besar,” kata dr Rinaldi.
Hanya, umat Islam Indonesia tidak boleh putus asa. Kerja-kerja yang dilakukan oleh tim Sahabat Al-Aqsa dan Sahabat Rohingya sudah menjadi ‘gerbong besar’ untuk jihad. Analoginya, membantu kiris Rohingya itu seperti ujian semester dan ujian nasionalnya membebaskan Baitul Maqdis dari penguasaan zionis Israel. “Ini kerja ibarat perjuangan Siti Hajar dan anaknya Ismail. Harus lari-lari kecil (sai) dari Bukit Shafa ke Marwa. Tidak pernah putus asa, akhirnya mendapatkan air zam-zam. Allah membantu orang-orang yang tulus berjuang,” kata dr Rinaldi mengumpamakan.
Untuk itu kata dr Rinaldi, bantulah sesuai keikhlasan dan bantuan terbaik. Kalau tidak dapat dalam kotak infaq, bisa langsung melalui rekening INFAQ ROHINGYA SA4ROHINGYA BANK SYARIAH MANDIRI: 77 33 123456 atas nama Sahabat Al Aqsha Yayasan, sebab program Sahabat Al-Aqsha untuk muslim Rohingya juga banyak seperti memberi beasiswa pelajar rohingya, membuat madrasah sahabat, dapur umum pengungsi, layanan kesehatan keliling kamp pengungsi, pemberdayaan ibu dan janda, pemberdayaan guru untuk Rohingya dan penerjemahan Alquran ke bahasa Rohingya.
Penerjemahan Alquran ke bahasa Rohingya penting, sebab di sana tidak ditemukan terjemahannya, sehingga menyulitkan etnis Rohingya untuk belajar Alquran. “Jadi ayo kita sama-sama berjihad, saya ingin sampaikan bantuan yang kita berikan sebenarnya untuk urusan kebutuhan dasar (basic need) seperti makan dan lainnya, tapi jika terkumpul secara berkeliling dapat dijadikan untuk program lainnya,” jelas dr Rinaldi sambil menyarankan, bisa saja melalui rekening menjadi donatur Rp50 ribu, Rp100 ribu atau seberapa pun, sehingga dapat meringankan beban di Rohingya.
Sementara itu, Iskandar Syahmuda menjelaskan, program ‘lari-lari kecil’ atau sai ke-35 masjid untuk dakwah kaitan Rohingya dan Baitul Maqdis telah mengumpulkan sebanyak Rp97 juta. “Sampai hari ini, sudah terkumpul sebesar itu. Semoga ini jadi berkah Allah dan yang membantu dimurahkan rezeki,” kata Iskandar yang pernah berkunjung ke Palestina dan Suriah pada tahun 2017 ini bersama relawan Sahabat Al-Aqsha.
Usai taklim, kegiatan dilanjutkan salat syuruq dan jamaah sarapan pagi bersama dengan menu nasi kuning. Rasa kekeluargaan dan persaudaraan terlihat jadi satu. “Jamaah Masjid Al-Fatah ini paling solid, akur dan luar biasa. Dan kita berterimakasih juga telah menyerahkan bantuan untuk program Rohingya dan Baitul Maqdis,” kata Iskandar Syahmuda yang ikut menikmati sarapan bersama Pakje dan dr Rinaldi. (git)