TINTAKALTIM.COM-Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2019 membuat masyarakat Indonesia ramai-ramai mengenakan batik. Berbagai motif dan corak serta cara diperagakan, karyawan kantoran pun kompak berbatik ria dan terlihat ceria. Mereka ingin menunjukkan dan memanfaatkan momentum batik warisan dunia berdasarkan keputusan UNESCO. Termasuk di Kota Balikpapan.
Ditambah, adanyara Surat Edaran (SE) Walikota Balikpapan Nomor 003.3/890/DPOP yang menghimbau seluruh pegawai BUMN, BUMD, swasta agar mengenakan pakaian batik. Tidak ada penjelasan apakah batik khas Balikpapan. Yang jelas batik.
Sejak malam informasi mengenai Hari Batik Nasional ini sudah membuat heboh. Termasuk anak saya yang duduk di bangku SMP, ia pun terlihat himung. Kamus bahasa Banjar artinya senang. “Pah besok boleh pinjam baju batiknya,” ujar anak saya. Tentu saya berpikir, adakah yang cocok ukurannya. Setelah dicoba di depan kaca, pantas saja. Karena batik lama dan ukurannya sudah ‘mengecil’. Batiknya ampiek, warna merah dan motifnya bersahaja.
Pagi hari, saya berkeliling kota. Dan sejumlah instansi, ternyata sebagian besar warga menggunakan pakaian batik. Di perkantoran perbankan misalnya BNI, Bank Kaltim dan juga airlines Garuda Indonesia, karyawan customer service dan juga teller sudah bukan hal baru jika busana batik harus dikenakan.
Corak motifnya beragam, batik Solo, batik Balikpapan, batik ampiek, batik sasirangan, batik Pekalongan dan lainnya. Justru, saat membuka-buka sosial media, status mengenakan pakaian batik menyebar. “Besok pakai batik yang mana ya,” tulis Agus Laksito, pemerhati kota yang juga dosen membeber ragam baju batik miliknya dan difoto lalu di-upload ke facebook (FB).
Jika bicara batik, tentu saya teringat dengan orang Jawa. Biasa batiknya lurik-lurik dipadu blangkon. Hanya sekarang batik sudah ‘mendunia’ dan milik bangsa Indonesia. Makanya ada Hari Batik Nasional. Dulu, sekitar tahun 1996 pernah digelar Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) negara APEC di Indonesia, ada sesi foto di Istana Bogor dan seluruh kepala negara mengenakan batik.
AKSI DI TANGGA
Dan hari ini, warganet memanfaatkan media sosial seperti twitter, instagram, facebook (FB) untuk mengunggah foto-foto mereka mengenakan batik. Saya menemukan IG pegawai PDAM Kota Balikpapan, Nunu. Ia meng-upload foto-foto rekan kerjanya termasuk direksi di instagram. Seolah, Nunu ingin berucap: Ini Batikku, Mana Batikmu. Kreativitas pegawai PDAM ini selalu saja ada. Ini karena ‘dipoles’ dua pegawai Nunu dan Dani. Keduanya memang selalu memberi inspirasi apalagi dalam konteks berbusana. Lebih fashionable, begitu kata mereka.
Terlebih Dani yang dikenal dengan sebutan ‘MC Kondang’. Ia harus selalu tampil prima dalam berbusana. Karena, jadwalnya padat untuk menjadi pembawa acara dalam aktivitas wedding ragam daerah. Terbaru, ia pun tampil ‘satu stage’ dengan desainer ternama yang juga disebut ikon fashion Indonesia, Ivan Gunawan (Igun) dalam suatu acara resepsi pernikahan di BSC Dome.
Pesona busana batik membalut penampilan sejumlah pegawai PDAM dan direksi. Mereka semua tampil ‘cantik’ dan unik. Ya, keunikannya adalah action bersama di tangga. Entah, penulis tidak tahu siapa pengarah gayanya. Hanya, dari hasil fotonya mereka sengaja membuat ‘setting’ foto yang nuansanya ‘berbicara’. “Anak tangga itu kan membantu manusia sampai ke puncak tertinggi. Itu analogi pelayanan PDAM untuk konsumennya harus maksimal,” kata Arief Purnawarman, direksi ‘tukang ledeng’ ini.
Arief Purnawarma saat berfoto didampingi, Direktur Limbah Anang Fadliansyah, Ada Ibrahim, Ramli, Rima, Edy. Fotonya pun menempelkan tangan di dada, mengingatkan kita kepada tim sepakbola nasional saat bergaya ketika mendengar kumandangnya Indonesia Raya. Mungkin, itu simbol kehormatan dan kebanggaan atas batik yang dikenakannya. Atau wujud tata karma. Tapi, mereka semua cantik dan ganteng. Seolah memberi simbol: Ada nilai baru di PDAM dan batik baru.
ENEREJIK BALIKPAPAN
Jika bicara batik di Kota Balikpapan, tidak dapat dilepaskan dari seorang ibu yang disebut ‘penggiat batik’. Dia adalah Ida Roy Nirwan, istri dari mantan Ketua KONI Balikpapan. Ibu yang kerap mempromosikan batik tenun khas Kota Beriman ini, idenya mengangkat batik dalam konteks kearifan lokal.
Goresan tangan Ida Roy Nirwan, Ketua Ikatan Pengrajin Batik Balikpapan ini selalu ‘dingin’. Seolah ada simbolisme dan budaya yang melingkupi kain katun atau sutra yang diwarnai di batiknya lewat beragam motif termasuk bunga jahe.
Namanya, Batik Vi, Pernah mengikuti pameran di New York, Amerika Serikat (AS), dan karya-karya batik tenunnya pun beragam. “Batik itu kan digunakan untuk kegiatan bisnis hingga akademis. Ada pula pernikahan , ke kantor. Di Hari Batik Nasional, ini boleh saya saran, agar juga nanti ada hari-hari mengenakan Batik Balikpapan karena sangat enerjik,” saran Ida Roy Nirwan.
Ida menyebut, berterimakasih pada UNESCO yang telah menjadikan batik warisan dunia. Karena proses membuat batik bukan rangkaian produksi saja, di dalamnya ada budaya dan eksistensi dalam mencintai Kota Balikpapan. “Ada makna dan simbol kreatif batik Balikpapan. Ini mencerminkan pengaruh budaya Balikpapan yang hetrogen dan simbol kreativitas,” kata Ida Roy Nirwan yang terus memasarkan dan mempromosikan batik Balikpapan yang sudah merambah ke bisnis online.
Ida juga pernah membuat performance Pagelaran Cinta Batik Vi dengan motif batik jahe Balikpapan yang dipamerkan oleh puluhan model dari Duta Wisata dan Jali-Jali Enterprise. Batiknya kasual, semi kasual dan kebaya. “Kalau PBB melalui UNESCO saja mengakui batik jadi warisan budaya dunia, warga Balikpapan juga harus cinta batik Balikpapan dong. Sebab, lebih memberi inspirasi dalam karya dan kreasi,” pungkas Ida Roy Nirwan. Akhirnya, Salam Hari Batik Nasional. (sugito)