Catatan: Sugito)*
TINTAKALTIM.COM-Bicara nama Charles, tentu semua orang paham, dialah pengusaha dan pemilik (owner) Hotel Platinum Group. Nama itu jadi perbincangan saat perayaan Imlek 2025. Karena, figur Charles dikenal orang yang ramah dan rendah hati serta berjiwa sosial.
Saat perayaan Imlek 2025 keluarga Charles (Charles family), ribuan tamu dan undangan hadir. Mereka terdiri dari pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kerabat dan pegawai Charles baik yang di PT Mitra Indah Lestari (MIL), transportasi bus maupun hotel.

Terlihat jajaran pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Drs Abdul Muis Abdullah, H Jailani, Ketua Apindo Kaltim Dr Abriantinus Abri dan istri serta pembina Slamet Broto Siswoyo, tokoh ormas dan lawyer Muhammad SH, jajaran PHRI Balikpapan, relawan Banda, GM Platinum Balikpapan Joko Budi dan undangan lainnya.
Mereka hadir sejak pukul 10.30 Wita, dan saling bersilaturahmi. Kehadiran tamu bagi Charles dan keluarga, wujud persaudaraan dan harmoni dalam nuansa kebersamaan serta menjalin hubungan harmonis manusia.

“Imlek 2025 ini bukan sekadar perayanan tahunan. Juga kesempatan untuk merenungkan makna kehidupan, memperbaiki diri dan menumbuhkan harapan,” kata Charles di sela menunggu rombongan Pangdam VI/Mulawarman.
Penulis ikut hadir atas undangan Direktur Operasional Platinum Group Soegianto ‘orangnya’ Charles. Terlihat, tamu duduk bersama, bercengkrama, tertawa dan berbincang banyak hal. Mereka terbuka kendati bukan etnis Tionghoa. Termasuk Hendra Winardi yang Ketua Persatuan Islam Tionghoa (PITI) Balikpapan.

Tentu, rasa syukur harus dipanjatkan karena di era Presiden Gus Dur tradisi imlek yang sebelumnya dilarang diberikan ruang dan kebebasan serta jadi hari libur nasional.
Harusnya sudah tak ada lagi ekspresi untuk ‘membenci’ dan diskriminasi etnis Tionghoa. Justru, yang tergambar dari perayaan imlek itu yakni kebahagiaan yang lebih ekspresif tanpa ada ketakutan.
Karena, keberadaan etnis Tionghoa diakui negara yang masuk dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga tak ada dikotomi pribumi dan non-pribumi

Imlek sudah jadi cerminan kegembiraan manusia tanpa sekat. Sehingga, tergambar adanya masyarakat Tionghoa hidup dalam keharmonisan dengan lingkungan. Di sinilah terlihat, imlek sudah jadi ‘perayaan nasional’. Meriah dan mereka yang hadir pun multietnis dan multiagama.
Saya bukan keluarga Tionghoa. Tetapi, jika membicarakan Tionghoa sudah berkeliling ke ‘Negeri Tirai Bambu’ itu sebutlah Shenzen, Guang Zhau, Beijing, Macao, Shanghai pernah saya kunjungi. Bisa ke sana, karena jadi ‘murid Dahlan Iskan’ eks bos media Jawa Pos Group. Karena, dia pun sebagai Dewan Pembina Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI)
Justru saya berkeliling China menemukan nilai-nilai kesetiaan keluarga, rasa hormat dan penghormatan tradisi itu kental. Seolah keliling Tionghoa itu ada ‘promosi kebaikan’ mendalam yakni rasa syukur bersama atas renungan prestasi yang diraih dan hasil kerja keras dan berbagi kebahagiaan bersama keluarga dan kerabat. Itu dipertontonkan warga Tionghoa.
Harmoni dalam refleksi jiwa Charles, itu tergambar ia begitu dekat dengan siapapun. Bahkan, Charles dikenal figur atau sosok yang inklusif atau memiliki sifat yang mau terbuka ataupun mau menerima terhadap perbedaan.
Ia masuk dalam jajaran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Ia contoh nyata dari toleransi dan mampu menghargai perbedaan suku, bahasa dan budaya serta agama.
“Selama bergaul dengan Pak Charles, ia orang yang sangat baik serta low profile, ramah dan menghargai siapapun,” kata Muhammad SH.
Keberadaan Charles memiliki peran pengusaha sebagai pemberi kerja dan membuka lapangan kerja dan menaikkan kesejahteraan masyarakat. Ia memberi nafkah langsung dan tidak langsung kepada ribuan orang.
Dia punya militansi atau kerja keras dengan semangat membara dan pantang mundur ibarat mendaki gunung. “Kuncinya berbuat baik dan tak boleh jahat sama orang,” kata Charles memberi filosofi kehidupannya yang dikaitkan dengan imlek.
Bagi Charles, rezeki akan datang lebih besar di luar dugaan jika bekerja dengan niat baik dan sungguh-sungguh. Dan, paling penting membantu sesama yang belum maju dan memerlukan bantuan
Sejumlah kerabatnya pun menilai jika Charles tidak eksklusif. Misalnya, Abriantinus Abri yang ketua Apindo Kaltim. Menurutnya, Charles contoh figur yang mengedepankan nilai-nilai pertemanan dengan siapapun. Apalagi, ia dikenal mendorong lahirnya Apindo Institut, lembaga pelatihan untuk anak-anak.

Kebaikan Charles pun tercermin dari cerita Soegianto. Ia selama bergabung dengan Charles family, sudah 10 kali mengikuti kegiatan imlek dan merancang kegiatannya di kediaman Charles.
“Waktu itu saya masih di Hotel Pacific Balikpapan, sudah membantu perayaan imlek keluarga Charles. Orangnya sangat baik dan menghargai siapapun,” ungkap Soegianto.
Itulah Imlek 2025 di keluarga Charles. Selalu mengundang semua pihak. Dan, Charles sangat percaya dengan keyakinannya sebagai Khonghucu dan selalu berdampingan dengan umat agama lain.
Itulah Imlek 2025, Menteri Agama Nasaruddin Umar pun berpesan agar seluruh umat beragama menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia akan semakin damai dan sejahtera.
Di bagian akhir, Charles pun mengungkapkan: Semakin religius umat beragama, semakin kerukunan dan kedamaian umat akan terwujud. Gong Xi Fat Chai.**
*) Wk Ketua Media Online Kaltim