TINTAKALTIM.COM-Malam itu usai salat jama Magrib-Isya. Makanan sudah tersedia dihampar di bagian ruang tamu. Tetapi, rombongan baru merapat dari Polewali Mandar. Seketika, Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME meminta untuk salat jamaah.
Sajadah digelar. Ustaz Muslimin mengumandangkan iqomah di rumah luas kawasan Malunda di Sulbar yang ditempati orangtua Hajar Nuhung, keluarga Rahmad Mas’ud itu.

“Tahafdhol (silakan) Pak Walikota, ayo jadi imam,” pinta Ustaz Muslimin. Hanya, dorong-mendorong terjadi dan akhirnya Ustaz Muslimin jadi imam.
Usai salat, pandangan tertuju pada makanan yang sudah terhampar. Di bagian ujung terlihat Hj Nurlena Rahmad yang ngobrol dengan keluarga di Malunda. Di sana ada Umi Bintang dan keluarga lainnya.

Ragam jenis makanan itu tinggal dimakan. Ada yang mengejutkan, namanya paku. Makanan itu dibungkus dengan daun. “Itu namanya paso atau paku. Ini enak dan selalu ada jika orang Mandar gelar acara,” kata Drs Junaidi Latif yang juga pengurus Kerukunan Keluarga Mandar Sulawesi Barat (KKMSB) Balikpapan.
Suasana makan malam saat itu diseting dengan gaya lesehan termasuk walikota dan istri. Walikota pun yang awalnya berada di rombongan keluarga, tiba-tiba pindah lokasi.

“Saya ke ujung dulu, kasihan istri makan tak ditemani,” ujarnya singkat. Itulah walikota, selalu menunjukkan sisi harmonis jika bersama sang istri.
Kue paso atau paku tambah Junaidi, dibuat dari gula aren cair, santan dan tepung beras yang dicampurkan dalam cetakan berbahan daun pisang. Wujudnya, ada yang lonjong seperti paku.
PUPU
Khas makanan lainnya ada yang unik. Namanya pupu. Bentuknya segitiga. Saat Walikota Rahmad Mas’ud akan makan malam, jenis makanan itu tepat ada di depannya.
“Ayo dimakan, ini namanya pupu. Makanan khas Mandar yang enak. Silakan dinikmati,” pinta walikota kepada media ini sambil menyodorkan pupu yang ada di piring.

Pupu makanan berbentuk segitiga. Ragam cerita berkembang dari yang hanya sekadar makanan khas sampai dikait-kaitkan dengan cerita bernuansa pornografi.
“Ah itu cuma joke-joke segar saja,” kelakar Ustaz Muslimin yang membaca doa sebelum gelaran makan bareng itu dilaksanakan.
Menurut Muslimin, pupu adalah makanan enak dari tepung berisi ikan. Enak dinikmati ketika sedang santai atau makan siang maupun makan malam sampai sarapan pagi.
“Sebenarnya sama dengan sambusa, jenis makanan yang terbuat dari kulit tepung berisi daging ikan yang dihaluskan,” cerita Muslimin.
SARAPAN
Pagi itu pukul 06.00 Wita, warga santai di pelataran. Usai salat Subuh berkumpul membentuk kelompok yang di atas meja tersedia ragam jenis makanan. Ada pisang goreng, apem dan lainnya tentu ditambah kopi dan teh panas.

Cerita berbau serius, politik sampai yang humoris pun terjadi dalam bincang pagi sambil sarapan. Lalu media ini melampar pertanyaan: “Mengapa orang Mandar itu jarang ada sambal kalau makan. Sukanya yang manis,”
Padahal, sambal jika tak ada, makanan terasa belum lengkap. Beberapa orang bahkan rela tidak makan sebelum mendapatkan sambal, seolah tak bisa hidup tanpa sambal. Karena cita rasanya beda
Kalau di luar negeri mungkin keju atau mayonnaise di Indonesia tentu sambal. Kalau di Korea Selatan namanya kimchi sebagai penyedap yaitu makanan yang dipermentasi. Karena, ada kebiasaan orang makan itu pelengkapnya adalah kecap, sambal atau kerupuk.

Abah Hajar Nuhung yang ada di ‘komunitas sarapan pagi’ itu mengatakan, sebenarnya sambal terkadang ada dan tidak. Tetapi, pantang bagi warga Mandar jika makanan sudah tersedia di meja, justru yang dicari yang tidak ada.
“Apa yang ada di meja yang disediakan oleh pemasak, itu yang dimakan. Itulah karakter orang Mandar, tidak neko-neko,” cerita Abah Hajar seraya tersenyum.
Tetapi bagi Junaidi Latif, tak adanya sambal dan cenderung makanan Mandar itu manis, karena orang-orang Mandar di Sulbar itu kalau bicara diupayakan narasi dan diksinya harus manis. “Itu karakter, meski ada kalimat yang pedas tetapi, hatinya manis,” kata Junaidi mengistilahkan sambil tersenyum.
Lainnya, saat sarapan pagi media ini menemukan ada telur rebus yang sudah dikupas tetapi cangkang atau kulitnya separo masih menempel. Itu disajikan ke tamu saat waktu makan.
“Mungkin itu ada filosofinya, agar kita kalau mendapatkan rezeki itu tidak mudah. Perlu ikhtiar dan kerja keras. Sepertu telur itu, mau dimakan dikupas dulu,” cerita Andi Welly yang siap-siap sarapan pagi.
Tetapi, itulah kelaurga besar Mandar. Keluarga besar Walikota H Rahmad Mas’ud SE dan istri Hj Nurlena yang ada di Malunda. Mereka dikenal orang-orang yang humanis dan selalu merajut silaturahmi.
Terimakasih atas suguhan makanannya, khususnya para juru masak. Semoga, jadi amal jariyah dan tetap sehat. Tapi, jangan lupa sambal yo. (gt)