TINTAKALTIM.COM-General Manager (GM) PT Angkasapura I (Persero) atau AP I Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan Rika Danakusuma menjelaskan, kenaikan airport tax atau tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) karena beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan atau biaya operasional yang terus naik.
“Kami di daerah ikut menyesuaikan saja. Ini sudah sesuai ketentuan yang berlaku, AP I telah melakukan koordinasi bersama pihak-pihak yang berkepentingan kaitan sosialisasi kepada pengguna jasa bandara,” kata Rika dalam keterangannya saat menerima jajaran pengurus Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GERAK) Provinsi Kaltim yang dipimpin ketuanya Edy Suwardi mempertanyakan alasan kenaikan airport tax itu, Senin (18/07/2022) di ruang kerjanya.
Gerak menilai, kenaikan itu terburu-buru dan tidak melihat momentum. Sebab, di saat harga tiket melambung, justru airport tax ikut ‘latah’ naik. “Justru, sosialisasinya belum secara transparan dan terbuka, sehingga hal ini menimbulkan tanda tanya masyarakat. Kami mendapat keluhan dari berbagai elemen masyarakat,” kata Edy.
Saat menemui jajaran pengurus Gerak, Rika didampingi Airport Operation Services and Security Senior Manager PT Angkasapura I Arief Sirajuddin, Humas Bandara SASM Sepinggan Retno dan staf lainnya.

Kehadiran jajaran pengurus Gerak Kaltim ingin mendengarkan langsung keterangan dan alasan mengapa airport tax naik. “Sebenarnya kita tahu cost operational bandara SASMS Sepinggan juga naik. Termasuk pengaruh covid-19. Hanya, momentum tak tepat dan sosialisasi saja kurang maksimal,” kata Pembina Gerak Kaltim H Sugito SH yang juga hadir bersama sekretaris Gerak Nur Ivansyah.
Menurut Rika, selama kurun waktu 30 hari sebelum tanggal implementasi, sosialisasi sebenarnya sudah disampaikan. Secara korporasi, Angkasapura I telah melakukan sosialisasi penyesuaian airport tax melalui publikasi di media TV display di bandara yang melakukan penyesuaian tarif PJP2U (Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara)
“Airport tax naik juga bagian dari refleksi peningkatan pelayanan karena PT Angkasapura I sudah melaksanakan pengembangan bandara guna meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di bandara yang sebagian besar diselesaikan saat pandemi,” jelas Rika yang menyebut, kenaikan airport tax dari awalnya domestik Rp115.000 menjadi Rp119.800.
Penyesuaian tarif airport tax juga baru dilakukan karena beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan serta untuk memastikan memberikan layanan yang terbaik ke depannya akibat dampak pandemi covid-19.
“Pada dasarnya penyesuaian tarif PJP2U atau passenger service charge adalah atas investasi yang telah dilakukan 1 hingga 2 tahun sebelumnya untuk peningkatan pelayanan terhadap pengguna jasa bandara,” kata Rika.
MENURUN
Sementara itu menurut Arif Sirajuddin, kebutuhan biaya di Angkasapura I Bandara SASM Sepinggan sangat tinggi. Tetapi, jumlah penumpang mengalami penurunan drastis. Kapasitas terminal bandara dirancang untuk melayani 10 juta penumpang per tahun. “Akibat covid-19 lalu, kita mencapai 2,5 juta saja. Drastis toh. Sehingga, sejumlah penumpang menurun yang berimbas pada pendapatan,” kata Arif.
Disebutkan Arif, penghasilan utama bandara dari PJP2U yang dibayarkan penumpang otomatis menurun akibat penumpang berkurang. Belum lagi tempat sewa ritel dan pelayanan dari maskapai penerbangan juga turun.
“Pergerakan pesawat udara juga menurun. Rencana akan ada Pelita Air. Sebenarnya jumlah penumpang itu masih bisa ditingkatkan. Hanya seat yang kurang. Itulah yang mengakibatkan pula harga tiket melonjak,” ujar Arif.

Menurut Arif, masyarakat jangan berasumsi bahwa kenaikan airport tax ini memicu harga tiket naik. “Kalau persepsi itu dimunculkan tentu salah. Airport tax naik memang karena keputusan pusat, sebelum harga tiket naik. Tak ada kaitan kenaikan harga tiket,” ujar Arif yang juga harus menggunakan kapal laut ketika harga tiket melonjak.
Dalam diskusi lainnya dengan pengurus Gerak Kaltim, Rika sempat menyinggung kaitan lonjakan harga tiket itu karena komponen harga bahan bakar pesawat yakni avtur yang terus melambung. Sehingga, memicu pemilik maskapai dan operator penerbangan menaikkan harga tiket.
“Saya saja mendapatkan tiket murah sulit. Bahkan sampai mencapai Rp2,2 juta. Sebab, harga avtur sudah mencapai Rp18.400 per liter. Nah, masyarakat tentu mengeluh, tapi kondisi rilnya demikian,” urai Rika.
Menurut Rika, sejumlah fasilitas di Bandara Sepinggan juga mengalami stag. Ini karena pengaruh biaya. Sehingga, peralatan banyak yang rusak. Belum lagi terjadi rasionalisasi karyawan.
Bagi Rika, pihak bandara berharap harga tiket turun dan murah. Sehingga, memicu penumpang untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang yang korelasinya juga pada pendapatan bandara.
“Kami para GM bandara juga sempat membahas harga avtur naik dratis yang membuat harga tiket melonjak. Seperti Ibu Susi (Owner Susi Air), pun sudah menyampaikan keluhannya dan operator lainnya. Tetapi, semua kan tergantung harga avtur dan komponen lain,” ujar Rika yang menambahkan, Bandara AP 1 saja secara nasional sudah rugi ratusan miliar.
Berdasarkan informasi yang didapat media ini, kenaikan harga avtur itu juga dipengaruhi harga minyak dunia yang naik dan turun atau fluktuatif. Juga termasuk konflik geopolitik Rusia dan Ukranina yang membuat harga minyak dunia berubah-ubah bahkan hingga di atas 100 US dolar.
Gerak Kaltim menurut Edy, bisa memahami kenaikan airport tax karena terjadinya lonjakan biaya operasional bandara cukup besar. “Sosialisasinya dimaksimalkan dan jangan sampai airport tax sudah naik, nanti pelayanan justru menurun. Ini harus seimbang,” pungkas Edy. (gt)