TINTAKALTIM.COM-Sebagai hamba Allah, patut disyukuri ragam nikmat di dunia. Tetapi, jangan lupa untuk terus beramal baik. Apalagi saat bulan Ramadan yang istimewa penuh dengan ampunan Allah.
Usia tak pernah bisa menjadi jawaban. Dan, semua kenikmatan dunia akan ditanggalkan. Yang ada di akhir hidup dunia adalah kain kafan dan liang lahat (liang kubur) yang ukurannya terbatas.
Sehingga, di saat Ramadan masih diberi usia Allah, saatnya diisi dan dipersiapkan untuk menjadi pribadi baik, rajin beribadah. Berlomba menuju ampunan Allah.
“Kematian itu pemutus kenikmatan. Tak ada yang tahu manusia kapan maut menghampirinya. Bisa nanti malam saat tidur. Dan, tidur pun manusia itu tak tahu kapan waktunya, tiba-tiba bisa terbangun. Makanya, beribadah sebanyak-banyaknya di bulan Ramadan ini,” kata Ustaz DR Abdurrohim Syamsu saat ceramah menjelang salat Tarawih di Masjid Nurul A’la kawasan Gunung Pipa, Jumat (8/04/2022).
Menurut Abdurrohim, harta dan kekayaan, jabatan, keluarga semua ditinggal. Sebab, bekal untuk perjalanan akhirat adalah amal kebaikan di dunia yang tulus karena Allah tanpa ada orientasi yang lebih pada sisi kepentingan pribadi.
“Ayo manfaatkan Ramadan. Yakinlah 11 bulan lalu kita bergelimang dosa. Allah sayang menyediakan 1 bulan untuk ‘membakar’ dosa-dosa hambanya,” kata Ustaz Abdurrohim Syamsu yang juga Ketua Komisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) MUI Kota Balikpapan ini.
Kualitas amal hendaknya ditingkatkan saat Ramadan, karena menurut Abdurrohim waktunya sesaat hanya 1 bulan. Sehingga, Ramadan amalan harus digenjot seperti taubat, amalan wajib dan sunat agar maghfirah Allah didapatkan.
Lebih tegas Ustaz Abdurrohim menyebutkan, sifat ubudiyah atau menunaikan perintah Allah dalam sehari-hari tak boleh ditinggal. Baik ubudiyah dalam lisan maupun tindakan. “Intinya jangan sia-siakan Ramadan. Apalagi di dalamnya ada malam lailatul qadar,” urainya.
Abdurrohim mengatakan, Rasulullah selalu menampakkan kerinduan terhadap Ramadan dengan terus berdoa agar Ramadan tahun berikutnya berjumpa kembali.
“Ramadan itu menggembleng manusia dari sisi spiritualitas, karena pencapaian akhirnya adalah ketaqwaan kepada Allah. Jadi jangan dibiarkan berlalu karena tak ada jaminan di tahun berikutnya berjumpa dengan Ramadan lagi,” ujar Abdurrohim.
EMPAT MASA
Di bagian lain, Ustaz Abdurrohim menegaskan bahwa manusia di dunia itu menjalani masa dalam kehidupan ada empat tak lebih dari itu.
Masa yang pertama ujarnya, yang dikutip dari ulama besar Sayyidi Abul Abbas Al-Mursiy yakni masa annihgmah atau mendapat nikmat. Seluruh manusia pasti merasakan kenikmatan Allah ini. “Makanya kita diminta terus bersyukur,” pintanya.
Masa kedua adalah, masa walbaliyah atau mendapat musibah. Ini karena diuji Allah. Sehingga, hamba Allah harus bersabar, sebab ujian itu pasti menghampiri siapa saja manusia.
“Dan masa selanjutnya adalah walmakhshiyah atau masa di mana seseorang melakukan maksiat. Sehingga, harus banyak-banyak bertobat. Saatnya Ramadan itu tempat meminta ampunan Allah dan Allah berikan waktunya,” tambah Abdurrohim.
Dan, masa yang terakhir adalah masa wathoah atau taat kepada Allah. Sehingga, ketaatan ini harus menjadi benteng utama dalam kehidupan agar manusia selamat dunia dan akhirat.
“Ayo manfaatkan Ramadan maksimal. Allah menggaransi ampunannya. Sebab, jangan sampai Ramadan pergi berlalu begitu saja, sementara kita semua tak mendapat apa-apa dari Ramadan,” pungkasnya.
Salat tarawih berlangsung penuh khidmat yang dipimpin Imam Ustaz Aminul Umam SPd, alumni Ma’had Tahfidz Ahlushuffah Hidayatullah dan STIBA Ar-Rayah Sukabumi Jawa Barat. (gt)