TINTAKALTIM.COM-Aparatur Sipil Negara (ASN) siapapun mereka bisa sukses. Modalnya ada pada diri sendiri. Karena, sukses itu adalah hak setiap orang. Tetapi, terkadang banyak orang mengeluh, padahal proses sukses itu sedang berjalan. Kuncinya, perlu bekal bernama ‘ASN’ (Attitude, Skill & Network).
Bekal ‘ASN’ untuk Aparatur Sipil Negera itu merupakan akronim unsur motivasi menuju sukses yang disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Hubdat Kemenhub Amirullah SSit MMTr saat talk show di program ‘Ngetrip’ (Ngobrol Edukasi Seputar Transportasi) Podcast BPTD Kaltim, Sabtu (23/09/2003)
Sesditjen datang ke kantor BPTD Kaltim usai dirinya ikut rombongan kunjungan Presiden RI Jokowi termasuk Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ia didampingi Kasi Lalu-Lintas Jalan, Sungai, Danau, Penyeberangan dan Pengawasan Bagus Panuntun KE SSiT MAP dan staf yang juga sempat melakukan lunch bersama.
“Super sibuk, tetapi saya ingin share dan jadi motivator untuk teman-teman ASN lewat podcast. Karena, tugas saya juga di bidang pembinaan ASN,” katanya membuka obrolan sebelum tampil di podcast.
Sesditjen di awal podcast-nya lalu membeberkan kaitan akronim ‘ASN’. Seperti A atau Attitude, sikap atau karakter. Dalam bertindak hendaknya harus baik dengan siapapun dan bagaimana memperlakukan orang. Karena, jika di lingkungan pekerjaan attitude tidak dijaga, maka sulit untuk mencapai cita-cita atau karier yang diinginkan
Karena, karakter itu modal dasar yang arahnya profesionalisme. Bahkan, Amirullah mengutip perkataan Dalai Lama. Yang katanya, jagalah pikiranmu, karena ia akan menjadi ucapanmu. Jagalah ucapanmu karena ia akan menjadi tindakanmu, jagalah tindakanmu, karena ia akan menjadi kebiasaanmu, jagalah kebiasaanmu karena akan menjadi karaktermu dan jagalah karaktermu, karena ia akan menjadi nasibmu.
“Jadi nasib seseorang itu bisa diukur dari karakter. Makanya, di lingkup ASN harus dijaga dengan baik. Sebab, jika karater buruk, maka bisa diasumsikan karier seseorang pun bisa buruk,” istilah Amirullah.
Karakter itu katanya, penting. Karena itu membentuk kepribadian seseorang. Jika berada di lingkup perusahaan atau sebagai ASN lebih open manajemen. Sehingga, mampu beradaptasi dengan siapapun.
Sesditjen memberi spirit, bidang apa saja di Hubdat tak perlu risau. Semua bisa menjadi hero. Istilahnya, from zero to hero. Sebab, dirinya pun menapak karier dari bawah.
Amirullah pernah menjadi Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian, Kepala Bidang Pengembangan Teknologi dan Penunjang Penelitian, Direktur Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun dan Kepala Biro Keuangan Kementerian Perhubungan.
“Jadi saya itu tak bisa akuntansi tetapi harus berkutat mengurusi keuangan. Ini saya jalani dengan enjoy dan penuh dedikasi,” ungkap Amirullah yang menempa karakternya di biro keuangan itu.
Itulah akronim S atau Skill pada ASN. Amirullah lebih mendorong agar skill apapun sebagai ASN disyukuri. Terus belajar dan tidak perlu takut untuk mencoba. Karena, orang yang tidak pernah mencoba itu, menutup peluangnya untuk maju.
Makanya kaitan skill ini, Amirulah di tahun 2024 mendatang akan membuat regulasi, agar mes yang ditempati para pegawai harus diisi ASN seluruh bidang. Tidak satu bidang misalnya lalu-lintas saja. Di situ ada sarana, prasarana, syahbandar, tata usaha (TU), PPK dan lainnya. Mereka berbaur agar masing-masing bisa transfer knowledge yang akhirnya saling membangun superteam.
Dan yang paling penting, unsur N pada ‘ASN’ atau Network alias membangun networking atau jaringan. Karena, kesuksesan seseorang itu membangun networking. Karena, di situlah hubungan individu atau kelompok untuk mendukung karier
“Kan keberhasilan atau suksesnya seseorang itu tergantung sejauh mana mereka memiliki jaringan yang kuat dan luas ya berbagai hal seperti neteworking lingkungan, hobi, kantor dan lainnya,” urai Amirullah.
Ia mencontohkan, karena suka gowes atau bersepeda atau sebaga pelari (runner), bisa dirajut komunitas bersama siapapun. Networking multi-stakeholders akan menambah khazanah keilmuan seseorang yang pada akhirnya bisa menopang karier.
INKLUSIF
Dalam penjelasannya, bapak yang pernah menempuh pendidikan S2 di UPN Veteran Jakarta ini, meminta kepada seluruh ASN di Hubdat khususnya 33 Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD), tidak sampai terkotak-kotak. Seluruh bidang harus berbaur.
Suksesnya ASN itu kata Amirullah, menerapkan kehidupan dengan bersikap inklusif. Lebih terbuka kepada masyarakat dan penuh toleransi serta mau berinteraksi dengan budaya dan orang lain.
Contoh inklusif itu ia terapkan. Misalnya, membuat program ‘Tok-Tok Wow’ yakni datang ke rumah staf dengan mengetuk rumahnya. Melihat keadaannya, lihat rumahnya. Sehingga, antara pimpinan dan staf terjalin hubungan harmonis.
“Yang hobi olahraga sepeda, menyanyi atau apapun silakan berbaur. Ajak teman-teman untuk saling menghargai dan membangun komunitas. Saya ini nggak bisa bernyanyi, mungkin kalau nyanyi seperti Giant Doraemon itu, dia kalau nyanyi semua temannya tutup kuping,” kelakar Amirullah.
Tapi demi menghargai, ya didengarkan saja. Karena, masing-masing orang itu punya sisi kekurangan dan kelebihan. Dan itu harus didesain dengan membangun sikap inklusif.
Sehingga, ASN katanya, harus menghindari sikap-sikap eksklusif atau orang yang membatasi diri, memisahkan hingga menutup diri dari pihak luar. “Kalau sudah membatasi diri dan merasa lebih hebat, ini yang tidak benar. Sukses itu harus inklusif bukan eksklusif,” ujar bapak yang humble dan sangat low profile ini.
Di bagian akhir motivasinya, Sesditjen berpesan agar seluruh ASN menjaga sikap disiplin dan menghargai waktu. Tentu, disiplin dalam bekerja serta menjalankan regulasi di pekerjaan.
“Ingat, disiplin itu 50 persen syarat untuk menjadi sukses. Kalau disiplin diabaikan, maka hilang sudah harapan untuk menjadi sukses. Dan jangan lupa juga menghargai dan bhakti dengan kedua orangtua,” ujarnya.
Termasuk juga katanya, menghargai waktu. Kendati itu mitos yang sebenarnya sebagian orang sulit untuk melakukan karena ada saja hal-hal yang terjadi di luar kendali manusia.
“Tetapi, waktu itu harus dihargai. Rapat harus ontime. Sebab waktu itu juga aset berharga. Jangan diremehkan. Sebab, secara optimal bisa jadi kunci menjadi lebih produktif dan mencapai tujuan yang efektif. Itulah sukses,” pungkas Amirullah. (gt)