TINTAKALTIM.COM-Wakil Walikota (Wawali) Balikpapan H Rahmad Mas’ud ternyata juga joki alias penunggang kuda. Menikmati matahari sore yang mulai terbenam, ia melepaskan penat pikiran setelah pulang ngantor.
Rahmad menciptakan tempat pacuan berkudanya seluas 100 x 80 meter di kawasan Kariangau, galangan kapal miliknya. Sejauh mata memandang seperti lapangan sepak bola. Hanya masih berupa tanah clay atau tanah liat. Ke depan akan dipermak lebih indah dan diciptakan taman-taman cantik. Ada 5 ekor kuda yang didatangkan Rahmad dari Jeneponto Sulawesi Barat (Sulbar).

Kuda-kuda itu ditempatkan di kandang kuda atau biasa disebut istal. Dirawat, diberi makan oleh joki-joki dari Bandung. “Ke depan nanti yang akan mencoba sensasi berkuda silakan,” kata Rahmad Mas’ud menjelaskan tempat pacuan kudanya.
Media ini melihat dari dekat Wawali berkuda. Kuda-kuda itu diberi makan dan diusap-usap kepalanya sebelum ditunggangi. Ia tak langsung memacu kudanya. Kira-kira sore pukul 17.00 Wita di mana matahari mulai perlahan terbenam, baru ia memanggil perawat kudanya.

“Kuda Pak Wawali bagus-bagus dan lincah. Saya harus merawatnya dengan penuh kesabaran, telaten dan berhati-hati,” kata Ali Rojali, perawat kuda asal Bandung.
Ali mengatakan, setiap pagi dan sore kuda harus dibersihkan. Bahkan beberapa juga dimandikan ketika pagi hari. Kemudian diajak jalan-jalan agar kuda tidak bosan dan untuk menjaga kesehatannya. “Kita harus juga membersihkan tubuh kuda agar terlihat licin dan mengkilat,” jelas Ali.
Kuda-kuda itu sudah jinak. Hanya banyak suka-duka jika merawatnya. Mulai dari ditendang kuda hingga digigit kuda. Memang butuh kesabaran dalam memahami setiap kuda. “Saya sejak kecil sudah menunggang kuda dan ada juga kuda di rumah saya,” jelas Ali Rojali bersemangat.

Kuda-kuda milik Wawali sudah punya nama. Ada yang bernama Salim dan Gaston. Ketua KNPI Balikpapan Andi Welly juga sempat mengelus-elus kuda yang ada di kandang. “Pak Ali, kalau digigit kuda ini sakit ya,” tanya Andi Welly kepada perawat kuda. Tentu, karena jumlah gigi permanen kuda bisa mencapai 42 gigi. “Pasti sakit mas,” kata sang perawat.
BUKAN MOBIL DAN MOTOR
Berlatih kuda tidak semudah berlatih mobil ataupun sepeda motor. Sebab, menunggang kuda adalah mahluk hidup yang memiliki rasa dan emosi. Kedekatan antara penunggang dengan kuda wajib dibentuk sejak awal mula sebelum menaikinya.

Setiap orang kata Ali Rojali, mempunya pendekatan berbeda. Wawali misalnya, harus mengelus kuda dulu, memberi makan dan berkali-kali agar kuda tidak ‘bertingkah’. “Kalau dia mengangkat kaki dan belum mau jalan, itu menandakan kuda belum cocok dengan penunggang,” jelas Ali.
Wawali terlihat memacu kudanya perlahan. Ia menyebut, ada manfaat rohani juga yaitu melatih kesabaran, karena berkuda sangat dibutuhkan kesabaran. Awalnya memang ada ketakutan seperti takut jatuh atau ditendang, namun lama-kelamaan bisa rileks berlatih. “Saya berlatih menunggang kuda 30 menit. Itu sudah berkeringat. Intinya setelah berkuda bisa mendongkrak stamina,” ujar Wawali.

Apa juga berkuda dapat mendukung vitalitas bagi kaum Adam pak wawali? “Sepertinya begitu, makanya saya kecanduan dan jadi hobby berkuda,” kelakar Wawali disambut tawa Andi Welly.
Dalam waktu dekat, jumlah kuda wawali mencapai 7 ekor. Sekarang masih dalam perjalanan dari Bandung. Hanya diakui Rahmad, pacuan kudanya belum maksimal.
“Saya membuat pacuan kuda untuk tempat santai, bisa saling diskusi. Kalau ada pak menteri, para kepala dinas di pemkot atau wakil rakyat Kota Balikpapan ingin mencoba menunggang kuda silakan,” ujar Rahmad yang memacu kuda masih mengenakan seragam ASN.
Rahmad belajar menunggang kuda di Jakarta kadang di Bintaro atau Pulomas. Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Abul Gofur Mas’ud, adik kandung Rahmad juga sudah mencoba menunggang kuda di Karingau. “Pokoknya saya membuat wisata berkuda, wisata driving golf di area ini agar siapapun bisa enjoy. Sebab, udaranya masih segar full oxygen dan ada tambak udang lagi,” pungkas Rahmad. Mau memacu adrenalin Anda, silakan mencoba berkuda. (git)