TINTAKALTIM.COM-Deteksi dini dilakukan Puskesmas Margomulyo terkait Penyakit Tidak Menular (PTM). Ini untuk mengetahui risiko penyakit seseorang. Tahapannya, ada pemeriksaan tinggi badan. Ternyata, banyak warga yang tinggi badannya menurun setelah tertera pada skala meter.

Seperti yang dialami Hj Yatti. Ia ketika berdiri tegak melakukan pengukuran disebutkan petugas tingginya 159 cm tetapi tiba-tiba menjadi 156 cm. “Tinggi saya turun. Katanya faktor penyusutan karena usia bertambah. Turun 3 cm,” ujar Hj Yatti.
Ternyata, penurunan tinggi badan juga dialami warga lainnya. Bahkan, media ini pun terkejut. Karena, setahun lalu tinggi badan setelah ukur 167 cm. Tetapi, pada penyuluhan PTM di Pendopo Kelurahan Margomulyo pada Sabtu (18/05/2024) usai diukur menurun 3 cm menjadi 164 cm.

“Wah mungkin kesalahan pengukuran. Atau tadi saat diukur agak membungkuk,” ujar Rudi, warga RT 39 yang juga ikut pemeriksaan kesehatan pada PTM itu sambil tersenyum.
Tetapi menurut pemeriksa Puskesmas Margomulyo Cahyaningtias Perwitasari Haryanto SKM, itu banyak faktor yang paling sering terjadi karena faktor penambahan usia, sehingga terjadi penyusutan.
Selain pengukuran, pemeriksaan tekanan darah dan juga gula darah serta kolesterol. Hanya, warga yang ikut pemeriksaan kesehatan PTM, ternyata tidak terlalu banyak.

Padahal, Puskesmas Margomulyo membuka secara gratis hingga pukul 11.30 Wita. Bahkan, Ketua RT 39 Neneng Zulaiha pun sempat beberapa kali memberi informasi agar warga segera datang ke Pendopo.
“Sayang ya tidak dimanfaatkan maksimal warga. Gratis saja susah, apalagi membayar. Justru yang tua-tua bergegas ingin periksa kesehatan. Padahal, tujuannya untuk sehat,” ujar Hj Yatti.

Sebenarnya tak orangtua melulu, ada anak muda. Dia adalah Helen, warga sekitar. “Memangnya penyakit itu datang ke orangtua saja. Jadi, kita ingin sehat makanya periksa,” ujar Helen yang semangat bersama ibu-ibu dan bapak-bapaknya periksa kesehatan.
Dalam pemeriksaan PTM itu, tak hanya urusan tinggi badan. Warga juga diperiksa gula darah, tekanan darah yang bertujuan memantau sirkulasi darah dalam tubuh yang dilakukan petugas. Dan sangat menarik di tekanan darah, warga RT 39 termasuk banyak yang tekanannya normal

“Saya tekanannya dari hasil pemeriksaan sekitar 120/80. Kata pemeriksa tadi normal. Alhamdulillah,” kata kaum Masjid Asy’syifa yang ikut periksa kesehatan. Tampaknya kaum masjid ini rajin ‘terapi zikir’.
Angka 120/80 juga dialami media ini. Saat periksa pun demikian. “Alhamdulillah, saya obatnya zikir setiap hari 100 kali istighfar usai salat, ditambah olahraga. Apa itu pengaruh ya,” tanya media ini kepada warga.
Pengaruh zikir terhadap penurunan tekanan darah dari data media ini, pernah dilakukan penelitian di RS Dr M Djamil Padang. Banyak warga terserang hipertensi. Dan pasien melakukan ‘relaksasi’ yang dilakukan lewat ‘terapi zikir’.
Hasilnya dahsyat, banyak pasien yang tekanan darahnya menurun drastis dan kembali normal. “Bagus untuk memotivasi warga agar selalu zikir. Sehat jasmani dan rohani. Tetapi tetap olahraga,” ungkap Sukamto yang tekanannya juga normal, karena rajin olahraga dan zikir juga.

Bahkan, karena ingin sehat Siswanto warga RT 39 membawa perbandingan pemeriksaan hipetensi yang dilakukannya di laboratorium swasta. Ia kerap periksa berkali-kali
“Ini beberapa bulan lalu, sehingga bisa dibandingkan nanti. Karena, ada juga kaitan tekanan darah, trigliserida (lemak dalam darah) dan hasilnya baik,” kata Siswanto menunjukkan hasil itu.
Menurut Siswanto, pemeriksaan rutin diperlukan. Karena, ia sudah ‘usia senja’, sehingga perlu hidup sehat. “Saya memang menjaga kesehatan, Alhamdulillah tekanan tadi periksa 110/70 dan itu masuk kelompok tekanan darah normal,” cerita Siswanto yang menjaga tidur lebih cepat demi kesehatan.
TOGA DAN REPRODUKSI
Sementara itu, drg Efna Wahyu Hapsari memberi penyuluhan kaitan reproduksi misalnya kaitan kehamilan dan risiko kehamilan pada remaja.
“Saya ingatkan jangan hamil dalam usia tua misalnya di atas 35 tahun. Atau terlalu muda. Itu tidak baik,” ujar Efna Wahyu Hapsari

Efna juga menjelaskan, ada pula yang berbahaya adalah infeksi menular seksual (IMS). “Harus melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan yang sah setelah menikah,” pinta Efna.
Efna juga menyinggung kaitan stigma seputar penularan HIV/AIDS. Sebab, ada mitos beredar seputar penularan yang ada di masyarakat. Misalnya, menggunakan alat makan bersama. Dan di kolam renang umum yang sebenarnya tidak menular.

“Stigma ini harus dihindari. Jika ragu silakan berkomunikasi dengan dokter di Puskesmas Margomulyo,” pintanya.
Selain kaitan reproduksi, penyuluhan juga berkaitan dengan toga atau tanaman obat dan keluarga. “Kalau ada yang menanam jahe, itu bagus untuk obat-obat ringan mengobati beberapa penyait seperti demam dan batuk,” kata Dwi Siswati AMd Farm lewat penyuluhannya.

Ia mengimbau kepada warga RT 39 untuk membudayakan toga di halaman rumahnya. Karena, banyak manfaatnya seperti sebagai obat tradisional demi pencegahan penyakit. “Kalau budidaya toga itu banyak, bisa dijual dan bisa mendukung ekonomi keluarga,” ungkap Dwi Siswati.
Penyuluhan PTM dari Puskesmas Margomulyo itu didukung oleh petugas. Di antaranya drg Efna Wahyu Hapsari, Cahyaningtias Perwitasari, Andiah Murni AMd Kep, Dika Miftahul Amd AK dan Dwi Siswati.
“Semoga bapak dan ibu di RT 39 sehat semua. Salam hormat dari Kepala Puskesmas Margomulyo dr Dekrita yang ada tugas luar (DL),” ungkap Dwi Siswati dan Efna Wahyu. (gt)