TINTAKALTIM.COM-Anggota DPR-RI Komisi III Dr Rudy Mas’ud SE ME menegaskan, jika Provinsi Kaltim ingin berkompetisi ke depan, maka sangat urgent untuk mendongkrak sumber daya manusia (SDM). Sehingga, pendidikan gratis dari tingkat SLTA sampai S3 suatu keniscayaan dilakukan.
“Jika ingin mendongkrak pendapatan warganya, SDM harus menjadi program utama. Karena, itu korelasinya pada sisi produktivitas dan pada akhirnya menghasilkan income warganya lebih baik,” kata Rudy Mas’ud yang bicara dalam Politik Kebangsaan dan Kaltim di acara pengajian bulanan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Masjid Luhur Pesantren Bairuha Balikpapan, Minggu (29/05/2024)
Rudy yang baru saja landing dari Portugal untuk kunjungan kerja DPR-RI, menyempatkan hadir di acara pengajian bulanan yang dihadiri ribuan jamaah LDII. Hadir pula Ketua DPD LDII Balikpapan Hery Fatamsyah, dewan panasihat H Abdul Rahman Zain SE, Wk Ketua Laode Benny, Ketua Yayasan Tri Sukses Generus H Munawar Cholil, perwakilan Kemenag, Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Balikpapan H Muhammad Jailani MSi, Sekretaris Majelis Taklim & Zikir Satu Jalan dalam Ibadah (Sajadah) Drs Rikmo Kuswanto, unsur kepolisian dan TNI serta jajaran pengurus LDII dari ranting hingga cabang.
Rudy yang masih jetleg karena perjalanan dari Portugal itu menegaskan, Kaltim sudah jadi Ibu Kota Negara (IKN) konsekuensi logisnya, kompetisi SDM akan terjadi bersifat nasional dan global. Karena, banyak penduduk migrasi ke Kaltim yang memiliki skill dan pendidikan tinggi.
Sehingga katanya, Kaltim harus diperhatikan pendidikannya lewat kesempatan belajar seluas-luasnya warganya. “Income per kapita Indonesia itu jauh dari Korsel dan Malaysia. Sebab, pendapatan individu masyarakatnya masih rendah jika diukur dari Upah Minimum Regional (UMR),” ujar Rudy.
Rudy juga menjadikan tolok ukur (benchmark) saat ke Korsel. Ia membandingkan sisi ekonomi khususnya income per kapita ‘Negara Ginseng’ itu dan Malaysia. Indonesia masih tertinggal, kendati tak bisa jadi perbandingan apple to apple. Sebab, jumlah penduduk, luas wilayah, hingga kondisi yang ada di Indonesia berbeda dengan Korsel dan Malaysia.
INCOME
Rudy Mas’ud yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kaltim ini mengatakan, berangkat dari posisi negara Korsel dan Malaysia, perkembangan ekonomi negara itu berbeda dengan Indonesia. Korsel itu masuk group negara maju bahkan kaya yang income per kapita mencapai USD 31.500 . Sedang Malaysia, sekitar USD 11.000 atau Rp70 juta per tahun.
“Indonesia baru negara berkembang. Belum dibandingkan dengan Singapura yang sekitar Rp330 juta per tahun income per kapitanya. Jadi untuk Kaltim harus ada strategi agar menyamai negara lain,” ujar Rudy Mas’ud
Strateginya, diperlukan investasi dalam SDM, sehingga itu jadi fondasi daerah yang pada gilirannya SDM warga meningkat. Kaitan SDM ini, Rudy mengingat pesan mantan Presiden ke-4 Alm BJ Habibie yang menekankan bahwa pembangunan bangsa tak boleh bergantung pada Sumber Daya Alam saja.
“Kalau Kaltim mau hebat, harus memperhatikan dan SDM jadi andalan utama rakyatnya hidup sejahtera dan maju,” ungkap Rudy yang mengatakan Kaltim bisa dengan komposisi APBD-nya sekitar Rp26 triliun.
Bicara SDM dalam konteks perguruan tinggi (PT) kata Rudy, di sejumlah negara itu mencapai 20 persen. Tapi, Indonesia PT-nya baru berkisar 6,9 persen.
“Kalau ada Indonesia Emas, maka saya menggelorakan semangat Kaltim Emas, Nah, Emas itu akronim dari Era Masyarakat Sejahtera. Kaltim harus sejahtera dengan meningkatkan SDM tadi,” ujar Rudy yang mencalonkan jadi Gubernur Kaltim periode mendatang ini.
Rudy getol dengan SDM Kaltim. Karena itu nomor satu. Dan Kaltim kaya SDA yang sangat mudah pendidikan gratis direalisasikan. Sebab, pendidikan itu adalah investasi masa depan.
“Memang ada dukungan pendidikan lewat beasiswa. Tapi itu tidak efektif dan menyebabkan penumpukan antrean lama. Kalau gratis tanpa beasiswa sangat mungkin. Sehingga, setiap warga memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas,” jelasnya.
BALIKPAPAN
Di bagian penjelasannya yang lain, Rudy Mas’ud yang mengusung tagline H Rudy Mas’ud (HARUM) ini, menyinggung kaitan Kota Balikpapan. Secara aglomerasi (penggabungan) kota, sudah jadi daerah penyangga dan paling dekat dengan IKN.
“Warga Balikpapan ini harus didorong proses pembangunan dan pengembangan masyarakatnya dengan inklusif. Sehingga, SDM juga penting dan dari persfektif pembangunan yang berdampak pada faktor sosial dan ekonomi,” ujarnya.
Untuk itu katanya, Kota Balikpapan itu masyarakatnya maju sebab warganya terdiri dari multi etnis dan multi agama. Sehingga, buah pertumbuhan ekonomi harus merata.
“Jadi sekali lagi, Kota Balikpapan ke depan akan jadi barometer kota-kota di Kaltim lainnya. Karena, ini kota hetrogen dan bukan ekslusif. Tentu saya kenal walikotanya,” kata Rudy disambut tawa jamaah.
Makanya kata Rudy, ia sangat memberi apresiasi warga LDII se-Kaltim. Dan harus jadi lokomotif serta motor penggerak SDM.
“LDII itu harus jadi pioner dalam dunia pendidikan. Harus ditingkatkan, jangan hanya tingkat SLTA tapi sampai ada perguruan tinggi. Semua itu bisa kalau ada kemauan. Dan, nanti saya usul ke Presiden RI Jokowi agar mengunjungi LDII di Balikpapan karena Kaltim sudah IKN,” ungkapnya.
Rudy juga bicara kaitan politik, bahwa sudah tepat LDII tidak masuk dalam bagian politik praktis tetapi menjadi organisasi keagamaan yang berada pada konsep politik kebangsaan.
Apalagi katanya, Kaltim akan menghadapi Indonesia Emas pada 2024 mendatang. Saat itu Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad. Dan, Indonesia ditargetkan jadi negara maju, modern dan sejajar dengan negara-negara lainnya.
“Makanya untuk menghadapi itu, SDM harus unggul, berkualitas dan memiliki karakter. LDII saya sangat paham memiliki pendidikan karakter luar biasa. Sehingga, generasi mudanya akan bisa jadi pemimpin di masa depan,” urai Rudy Mas’ud seraya mengungkapkan jazakumullah khairan yang dijawab amin ribuan jamaah yang hadir memenuhi Masjid Luhur.
POLITIK
Rudy juga sharing dan memberi pemahaman kaitan politik. Bahwa, berbeda politik praktis dengan politik kebangsaan. Jika politik praktis itu harus dieksekusi tetapi jika kebangsaan melalui forum diskusi.
“Menjadi presiden, gubernur, bupati atau walikota itu melalui mekanisme jalur politik. Itu regulasinya. Ada juga yang independen. Tapi, politik itu memang harus dijalani. Dan, harus punya kapasitas, integritas, konektivitas dan kapabilitas,” ujar Rudy bahwa di politik jika keputusan bisa dilakukan yang tidak bisa adalah menghidupkan orang yang sudah meninggal.
Di bagian akhir, Rudy juga sharing kaitan benchmark dari negara Portugal yang bisa jadi pelajaran. Di Portugal, lembaga pemasyarakatan (lapas) nyaris sepi. Artinya, hukum ditegakkan dan orang takut berbuat dan melanggar hukum. Juga kaitan penerapan restorative justice (keadilan restoratif).
“Kalau di Indonesia itu, sudah darurat narkoba. Bayangkan, hampir semua lapas isinya adalah mereka yang tersangkut hukum karena narkoba. Ini tantangan Indonesia. Makanya, orang-orang muda LDII harus dapat menjadi contoh dalam adab atau karakter dan jadi contoh di masyarakat agar masyarakat terbebas dari narkoba,” pinta Rudy yang menambahkan di Indonesia untuk memberi makan orang yang ditahan di penjara sampai mengeluarkan biaya sekitar Rp2,7 triliun.
Rudy juga sempat berdikusi dengan warga LDII. Sejumlah jamaah dipersilakan mengajukan pertanyaan untuk dijawab dan mendapatkan ‘cindera hati’ dari Rudy Mas’ud.
Dan, Rudy memberikan amsal atau perumpaan dalam dunia politik yang katanya, jika salah administrasi bisa di penjara tapi jika tidak adil tempatnya bisa di neraka.
“Kejam. Tapi, itulah politik harus dijalani dan kuncinya harus bisa membuat keputusan untuk kepentingan masyarakat dan hidup sejahtera,” pungkas Rudy. (gt)