TINTAKALTIM.COM-Pemilik pondok modern dan panti asuhan Nurul Khaeraat Lil Muhibbiin, Habib Mahdar Abu Bakar Al-Qadri MA terpilih menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan periode 2021-2025.
Habib Mahdar terpilih secara demokratis lewat musyawarah daerah (musda) ke-VIII yang digelar Kamis (26/08/2021) di aula rumah jabatan Walikota. Sebagian peserta lainnya menggunakan zoom meeting karena masih dalam situasi pandemi covid-19.
Musda yang dibuka Walikota H Rahmad Mas’ud SE ME dan dihadiri jajaran forum komunikasi pimpinan daerah (forkompimda) serta undangan lainnya itu, mengukuhkan kemenangan Habib Muhdar dengan perolehan 8 suara. Sedang kandidat lainnya adalah KH M Kasim Pallanju dengan perolehan 3 suara.
Walikota saat acara pembukaan mengingatkan, agar MUI jadi kompas untuk umat menuju fastabiqul khairat. Kendati era modern, tetapi MUI agar dapat secara dinamis memberikan pedoman dan menjunjung tinggi dalam kehidupan yang Islami. Bahkan, bukan itu saja, MUI juga diharapkan menjadi pedoman ahlak dan moral umat. Juga mencarikan solusi bagi persoalan yang terjadi pada umat.
Sementara itu, Habib Muhdar yang menggantikan ketua sebelumnya H Kasim Pallanju kepada media ini saat diwawancarai di pesantrenya mengatakan, ulama harus turun langsung untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat.
“Ulama itu tidak turun ke kota saja, tetapi sampai pelosok. Kita ingin mendapat input dari masyarakat. Jangan-jangan warga sakit dan mereka membutuhkan obat yang benar. MUI hadir harus mencari solusi,” kata Habib Muhdar yang didampingi istri tercinta Erlina Juniningsih SE, kelahiran Jambi dan dibesarkan di Jakarta tersebut.
URGENSI PERSAUDARAAN
Dalam konteks persaudaraan, Habib Mahdar yang pernah menamatkan pendidikan di Al Azhar Mesir fakultas ushuluddin jurusan filsafat ini, mengutip Alquran Surah Ali Imran ayat 103 yang berbunyi: Wa’tasimu bihablillahi jami’an wala tafarraqoo yang artinya dan berpegang teguhlah kalian pada ‘tali Allah’ atau agama Islam dan janganlah bercerai-berai.
“Jadi kita harus berada dalam ikatan jamaah. Islam itu banyak aliran. Tentu harus yang sesuai hadist Rasulullah dan Alquran. Tetapi, saya juga dalam MUI ingin menyatukan organisasi Islam. Ada NU, Muhammdiyah, Pesantren Hidayatullah dan lainnya,” kata Habib Mahdar.
Menurut Habib, MUI bukan lembaga milik pribadi. Sehingga, semua unsur harus dipersatukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kesantunan dalam membawa umat dan membuat keputusan tentang umat lebih baik.
Di sisi lain, keberadaan MUI kata ustaz yang fashih berbahasa Arab ini, adalah lembaga independen yang mewadahi para ulama, zuama (pemimpin pada organisasi) dan cendekiawan Islam untuk membimbing, membina dan mengayomi umat Islam.
“Karena tugasnya untuk kepentingan umat Islam, maka organisasi Islam lainnya dipersatukan. Dan yang penting, MUI itu tugasnya membantu pemerintah dalam melakukan hal-hal yang menyangkut kemaslahatan umat Islam seperti mengeluarkan fatwa, penentuan kebenaran sebuah aliran dan bagaimana kehidupan seorang muslim dengan lingkungannya,” urai Habib Muhdar yang menambahkan, antara ulama dan umara (pemerintah) harus sinergi dan kolaborasi.
DAKWAH DI SEKOLAH
Dalam konteks ke depan, karena khawatir dengan kemajuan informasi teknologi (IT) disalahgunakan dan tidak ingin terjadinya dekadensi moral, MUI ke depan di bawah kepemimpinannya agar melakukan dakwah di sekolah. “Kita turun ke sekolah-sekolah. Jadwalkan, ada program MUI yang dapat menarik anak muda Islam. Juga kaitan jangan sampai anak muda terpengaruh narkoba dan kegiatan negatif lainnya. Membimbing umat itu kan tugas kita termasuk di anak muda,” ujarnya.
Yang tak kalah penting kata Habib Muhdar, MUI akan berkoordinasi dengan lembaga zakat khususnya badan zakat nasional daerah (Baznasda) Balikpapan. Ingin mengetahui, apakah programnya sinkron dengan pengentasan kemiskinan dan mengangkat derajat delapan asnaf (penerima zakat).
“Jangan sampai nanti ada mustahik yang tidak mendapat zakat. Ini juga tugas MUI yang sama-sama koordinasi dengan lembaga zakat. Sebab, urusan zakat itu tidak boleh main-main,” ungkapnya.
EKONOMI UMAT
Dalam kerangka mengangkat derajat ekonomi umat, MUI kata Habib Mahdar bersama-sama stakeholder lainnya harus ikut memikirkan bagaimana ekonomi umat bangkit dengan berkolaborasi lewat sektor-sektor ekonomi. “Kita bisa berkoordinasi dengan organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan organisasi di bawah kepengurusannya seperti Fathayat, Muslimat, Anshor, Muhammadiyah serta lainnya. Intinya mengangat derajat ekonomi umat berdaya dan bangkit,” kata Habib Muhdar.
SERTIFIKASI HALAL
Disinggung kaitan sertifikasi halal, MUI kata Habib Mahdar sudah memiliki kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) dan persyaratan lainnya dan seluruh kriteria itu wajib dipenuhi oleh perusahaan yang ingin memperoleh sertifikasi halal untuk produknya.
“Jadi seperti adanya pelatihan, tim manajemen halalnya, bahan yang digunakan di restoran, catering. Termasuk rumah potong hewan (RPH). Saya pikir teman-teman pengurus MUI lainnya nanti lebih paham. Sehingga, kita akan saling koordinasi,” kata Habib.
Mengapa sertifikasi halal penting kata Habib, karena sejauh ini masih ada warga yang melakukan penyembelihan belum pada standar halal. Misalnya alat penyembelihnya.
“Jangan sampai hewan yang disembelih meronta-meronta kesakitan. Juga doanya. Nah, ini yang akan kita sosialisasikan lewat pelatihan,” pungkas Habib Muhdar yang menambahkan, bahwa ke depan dirinya bersama pengurus akan memberdayakan sekretariat MUI dekat Masjid Islamic Centre lebih berdaya dan menjadi sekretariat yang mampu menghasilkan karya positif untuk umat.
Sementara itu, kaitan sertifikasi halal ini, Ustaz Abdul Rosyid Bustoni yang nanti juga akan duduk di kepengurusan sebagai wakil ketua, menyebutkan paling penting upaya monitoring dan evaluasi (monev) atau implementasi sertifikasi halal.
“Jangan sampai sertifikasi halal dikeluarkan, lalu tidak dievaluasi, dimonitor. Ini juga bagian dari tugas MUI ke depan,” tambah Bustoni, didampingi kedua rekannya Ustaz Agus Jumino (NU Balikpapan Selatan) dan Abdul Rosyid Al-Jawe (NU Balikpapan Utara). (gt)