TINTAKALTIM.COM-Kelar deh hidup loe! Atau ada semacam idiom, jika ibu-ibu berkumpul lebih dari 5 orang, susah deh dilawan. Heboh, eksentrik dan penuh dengan gaya-gaya kocak. Itulah yang dipertontonkan ibu-ibu Kota Balikpapan. Mereka pada pecah gara-gara lantunan lagu Pecah Seribu.
Vokalisnya istri Ketua DPRD Balikpapan Abdulloh S Sos, Hj Yulianti. Bak artis, mampu membuat suasana jadi happy. Dan para wanita enerjik lainnya saat mendengar lagu itu, saling bersuka-ria, gembira dan goyang di waktu siang.

Itulah sekelumit aktivitas ibu-ibu saat berlayar menggunakan Kapal Pinisi yang sudah beberapa hari melintas mengenalkan wisata bahari untuk susur Teluk Balikpapan pada Selasa (16/08/2022) pagi hingga siang hari.

Ny Yulianti Abdulloh ternyata mampu membius suasana dengan suaranya yang khas. Lagu Pecah Seribu yang dipopulerkan dan dinyayikan Ratu Dangdut Elvy Sukaesih kembali hit setelah penyanyi muda Happy Asmara membawakannya kembali.

Rombongan ibu-ibu ini bisa naik Kapal Pinisi karena inisiasi atau ide dari istri Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME, Hj Nurlena SE yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan.

“Tujuan kita bersilaturahmi. Kumpul-kumpul sambil cerita dan menghilangkan penat setelah disibukkan dengan pekerjaan kantor atau rumah tangga,” begitulah yang terekam dari niat Hj Nurlena membawa ibu-ibu itu.

Ibu-ibu yang turut serta adalah jajaran pengurus Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) Kota Balikpapan yang ketuanya juga istri walikota. Walikotanya sendiri Ketua DPD Partai Golkar Balikpapan.

Hanya silaturahmi itu tidak terbatas pada IIPG, Hj Nurlena Rahmad, juga memboyong ibu-ibu dari tim pemenangan atau partai pengusung walikota dan wakil walikota waktu lalu. Terlihat istri almarhum Thohari Aziz (mantan wawali) pun ikut memeriahkan acara.

Juga para ibu-ibu senior kota Balikpapan di antaranya Hj Mami Zainal Abidin, Hj Suharti (Ketua KPPG), Hj Mas’ad Ali larut menikmati pelayaran Pinisi selama 2,5 jam yang start mulai pukul 08.30 Wita dari Pelabuhan Semayang.

Gaya hidup modern pun mulai dipertontonkan ibu-ibu. Biasa selfie atau swafoto menggunakan smartphone. Aksi narsis via foto selfie menjadi sarana aktualisasi diri yang sangat digandrungi tak hanya ibu-ibu sebenarnya bahkan semua kalangan. Sebab, ibu-ibu ingin mencari foto untuk diposting di media sosial (medsos) dengan tipikal gaya selfie yang khas.

Yang banyak media ini amati, jika ibu-ibu bergaya di mana pun event adalah mengambil angle foto lebih tinggi, menampilkan bagian badan ke atas dengan fokus utama pada sisi wajah paling menarik dengan beragam ekspresi. Apalagi di Kapal Pinisi, tentu latar belakang (background) atau view air laut sangatlah menarik.

Itulah ibu-ibu jika bertemu objek. Termasuk di Kapal Pinisi yang berlayar. Hanya, terlihat di sini sifat kekeluargaannya. Istri walikota pun tak membuat jarak. Berbaur bersama, makan bersama, joget bareng serta selfie dan foto bareng.
Menikmati makan yang dipandu pelayan wanita (waitress) dan seluruh tim pengelola Pinisi Pusaka, ibu-ibu semakin merasakan kenikmatan. Joget bersama tak bisa dihindarkan ketika lagu demi lagu dilantunkan.
DANGDUTAN
Intinya selama di Kapal Pinisi mengitari Teluk Balikpapan, seluruh penumpang merasa asyik. Apalagi selain penyanyi Pinisi yang mengandalkan akuistik musik, juga ‘artis-artis’ dadakan pun muncul.
Lagunya pun dangdutan. Ada dangdut klasik seperti Terajana, iramanya bernuansa India. Dengan lagu ini dipastikan ibu-ibu berjoget. Seru dan penuh enerjik.

Suasana gembira makin terlihat, ketika Kapal Pinisi akan merapat. Joget heboh anak-anak dari tim Kapal Pinisi mengikuti irama lagu yang kembali dilantunkan Ny Abdulloh. Lagu yang didendangkan Nasar Seperti Mati Lampu ternyata menggugah seluruh ibu-ibu di bagian palka kapal ikut bergoyang.
Seperti mati lampu sayang, sepereti mati lampu. Cintaku tanpamu ya sayang bagai malam tiada berlalu. Pecah banget lagu ini dan ibu-ibu mengitari meja makan sambil bergoyang.
Sementara ibu-ibu lainnya banyak memanfaatkan moment untuk foto-foto di Pinisi Pusaka Indonesia. Kapal ini memang dibangun di Makassar untuk merefleksi tradisi masyarakat Sulsel dan kebudayaan maritim.
Perjalanan dengan kapal ibu-ibu itu dilakukan pagi hari hingga siang, sehingga tidak dapat melihat matahari terbenam (sunset). Selama perjalanan yang mengasyikkan itu, ibu-ibu bisa melihat berbagai hal seperti kapal tanker dan suasana Kilang Balikpapan dari tengah laut. Intinya, ketika sandar semua ibu-ibu dipimpin Hj Nurlena merasakan kebahagiaan. Pecah gara-gara ‘Pecah Seribu’ (gt)