TINTAKALTIM.COM-Program penyulingan air laut menjadi tawar (desalinasi) yang rencananya dibangun di kawasan Kampung Baru dan Somber, saat ini masuk tahapan penilaian keuangan. Karena, ini hal baru yang harus dilakukan mitigasi finansial secara maksimal.
Direktur Utama Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PDAM) Dr Yudi Saharuddin SE ME menegaskan hal itu terkait perkembangan program desalinasi yang pernah disampaikan sebelumnya.
Program desalinasi PDAM Balikpapan ini, untuk di Kampung Baru Balikpapan Barat lokasinya di pesisir berdekatan dengan rencana pembangunan Rumah Sakit Sayang Ibu. Dan satunya di kawasan Somber. Pembangunan ini jadi proyek percontohan (pilot project) PDAM dan rencananya dilakukan di kecamatan lainnya.
“Jangan sampai ada yang berasumsi bahwa desalinasi itu mahal sehingga sulit diwujudkan. Sebab, di Balikpapan sudah ada desanilasi yakni di PT Pertamina yang mendukung kegiatan kilang,” kata Kepala Bappeda Litbang Murni saat menyampaikan kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Konsep desalinasi nanti kata Murni, menggunakan sistem Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) yang cara kerjanya memisahkan kandungan garam yang terkadung di air laut menjadi air tawar.
Saat itu Murni menyebut, akan didukung melalui APBD senilai Rp50 miliar dan tidak menggunakan pola Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) sebab APBD masuk ke kas PDAM dalam bentuk penyertaan modal
Dijelaskan Yudi, desalinasi diharapkan bisa diwujudkan sebagai bentuk menambah debit air baku PDAM. Sekarang, kajian keuangan agar bisa ditetapkan antara harga jual air (HJA) di masyarakat dan Harga Pokok Produksi (HPP).
“Masyarakat jangan dibebani dengan harga air yang tinggi per kubiknya. Sebab, tujuan dibangunnya desalinasi ini untuk menambah kapasitas produksi, sehingga nanti dapat dikembangkan di tempat lain,” kata Yudi yang menambahkan kapasitas debit awal nanti diupayakan 150 liter per detik.
Bahkan menurut Yudi, kajian keuangan itu sudah sampai pada konsep pembangunan desalinasi apakah dengan pola business to business (B to B) atau Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) atau investasi langsung dari PTMB atau PDAM.
“Kita mengkaji dan tentu juga melihat standar tarif air yang akan dijual ke masyarakat. Jangan sampai nanti kalau KPBU misalnya zounding market atau pendekatan pasar di masyarakat harga airnya tinggi. Semua masih dalam kajian,” ujarnya.
Ditambahkan Yudi, desalinasi di Kampung Baru nanti tentu saja jika sudah dapat direalisasikan akan terintegrasi dengan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di Kampung Baru yang dekat dengan lokasi pembangunan desalinasi.
Menurut Yudi, proyek desalinasi akan berjalan di tahun 2025. Dan ada lebih dari 8 proposal sedang dalam kajian dan masuk ke PDAM.
“Semua proposal itu dinilai dan dipelajari, mana yang memang sangat feasible. Sebab, desanilasi ini memang harus masuk dalam mitigasi risiko dan mitigasi finansial, sehingga memerlukan waktu,” pungkas Yudi Saharuddin yang meminta kepada semua pihak agar koordinasi dengan PDAM jika ada yang perlu dikomunikasikan. (gt)