TINTAKALTIM.COM-Dahlan Iskan, dikenal sosok yang sering berpikir out of the box atau berpikir yang keluar dari kebiasaan. Sehingga, ada sebagian orang sulit untuk menerimanya. Itu juga yang disampaikan di hadapan ratusan wisudawan Universitas Mulia (UM). Ia menyebut, kalau sekarang saat lulus usia 21 atau 22 tahun, maka kesuksesan itu dapat diraih kira-kira usia 28 tahun.
Justru Dahlan menyebut, banyak orang sukses keluar dari pakem atau pada saatnya nanti tidak sesuai dengan pendidikan formal yang dimiliki. Kendati, Dahlan tidak menyarankan menjadi autodidak atau tidak mendapat gelar.
“Gelar penting tapi jangan terpaku pada program studi (prodi). Bisa jadi beberapa tahun kemudian, suksesnya bukan dari prodi itu,” kata Dahlan di hadapan ratusan wisudawan dan undangan saat memberikan orasi ilmiah: Implementasi Industri 4.0 di Korporasi pada Dies Natalis, Wisuda ke-1 Universitas Mulia,Sabtu (9/11/2019)di Hotel Novotel Balikpapan.
Ada sebanyak 253 mahasiswa Universitas Mulia diwisuda. Mereka terdiri dari lulusan S-1 dan D3. Untuk S-1 yakni sistem informasi dan informatika. Sedang D3, administrasi perkantoran, manajemen informasi dan manajemen industri.
Dahlan menyebut usia 28 tahun seluruh mahasiswa sudah menemukan jatidirinya atau jalan hidupnya salah satunya terbentuk di pasar kerja. “Prodi jangan dipikir dulu, juga Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang rendah atau tinggi. Semua akan terjawab nantinya,” jelas Dahlan yang sekarang menjadi owner PT Cahaya Fajar Kaltim (CFK) dengan proyek raksasanya power plant berdaya 2×25 mega watt dan 2×100 mega watt di Embalut Tenggarong dengan investasi berkisar Rp4 triliun.
Mantan Menteri BUMN era Presiden SBY ini, punya alasan mengapa usia 28 tahun, mahasiswa sudah punya tujuan hidup. Itu karena mereka memiliki tiga hal sejak diwisuda yakni kapasitas berpikir besar, logika berpikir bagus dan metodologi serta sistematikanya baik.
Lalu Dahlan menyebut, kaitan kapasitas. Orang yang baru diwisuda itu, sekarang dalam pikirannya punya kapasitas yang dapat dikembangkan. Sangat besar sehingga mereka dapat menerima perubahan dan tidak menolak. “Sekarang ini eranya pengembangan kapasitas. Nanti, akan terbentuk. Makanya melihatnya dalam rentang waktu 5 tahun ke depan,” jelasnya.
Dan yang paling menentukan adalah, logika berpikir bagus. Dahlan, menyebut cara berpikir seperti itu, cenderung menggunakan nalar yang berdasar pada realitas bukan perasaan. Sehingga, banyak orang yang sukses. “Sukses itu kuncinya dari anak-anak yang punya ketiga hal tadi. Orangtua tidak perlu khawatir. Biarkan anak-anak berkreasi dengan kapasitasnya. Kalau pindah-pindah pekerjaan pun nggak masalah, itu mencari identitas untuk sukses ke depan,” kata Dahlan beranalogi.
Lulus dari universitas itu katanya, membanggakan. Itu berbeda dari tingkatan lainnya. Sehingga, suksesnya akan terlihat dalam perjalanan. “Hanya jika di usia 28 tahun, tujuan hidup itu belum terlihat, perlu ada semacam evaluasi diri. Itu pasti ada yang salah dalam diri seseorang tadi,” pinta Dahlan yang berharap juga seluruh orangtua optimistis menghadapi masa depan anak-anaknya.
Dahlan juga menyampaikan, lulusan Universitas Mulia harus menjadi generasi yang punya karakter yang kuat untuk membangun. Kesempatan maju besar. Mau maju cepat atau lambat. Jika ingin cepat harus kerja keras. Sebab, anak muda itu didukung dengan fisik prima. “Kalian punya fisik masih muda, sehingga bisa tidak tidur sampai 3 hari. Kalau saya sudah tidak mungkin, jam 10 malam sudah nggak kuat mata,” ujar Dahlan disambut tawa hadirin.
Sepertinya Dahlan ingin memotivasi lulusan UM. Sebab, ia pun pernah punya catatan tersendiri yang sempat viral dengan ungkapan: Orang hebat tidak diciptakan dari kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Melainkan mereka yang dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata.
TEKNOLOGI DAN PERUBAHAN
Dalam orasi kaitan teknologi, Dahlan mengisahkan perjalanannya yang baru pulang dari Amerika, Inggris dan China. Justru, Kaltim sekarang ini sangat maju. Sehingga, jika ada yang menyatakan tertinggal, tentu tidak relevan. Sebab teknologi dan perubahan dunia itu punya korelasi.
Dahlan cerita bagaimana saat berada di Inggris. Di daerah ini, justru Dahlan melihat bagaimana proyek pembangkit listrik (power plant) dikerjakan Tiongkok. Negara bagian Eropa tapi adopsi cara-cara kemajuan Asia.
Cerita Dahlan kaitan Kota Xianjiang berbatasan dengan daerah otonomi Tibet yang berada di sebelah utara Kazakhstan. Kotanya tandus tapi energi batu-bara kuotanya besar. Kalau diangkut transportasinya biaya tinggi. Sehingga, dibangunlah power plant di Xianjiang atau di atas batu bara yang ada. Tinggal transfer listriknya yang sangat jauh sehingga tidak efektif. “Akhirnya ada solusi bagaimana melakukan konversi listrik dari AC ke DC dan itu berhasil. Itulah teknologi yang bisa mendapatkan solusi,” ungkap Dahlan.
Bukan itu saja, kaitan teknologi Dahlan juga bercerita bagaimana pengalamannya ketika harus membayar kontan atau cash saat naik taksi. Itu tidak ada kembaliannya, sebab seluruh sopir di daerah Guangzhou tak pernah membawa uang. Sehingga, tak ada kembalian. Itulah teknologi kata Dahlan, semua transaksi sudah elektronik. “Transaksiknya sudah menggunakan smartphone,” jelas Dahlan.
Kisah Dahlan sangat inspiratif, kaitan teknologi transportasi justru di Jepang masih banyak yang manual termasuk di Inggris. “Jadi teknologi itu masih terus menggeliat dan tidak menentu. Negara mana pun saling mengadopsi termasuk Indonesia yang punya peluang sama untuk leading dalam sisi teknologi,” ujarnya.
Yang menarik, justru Dahlan yang sempat berkunjung ke kampus UM itu, menyinggung keberadaan Universitas Mulia. Ia menyebut, proses penyatuan visi teknologi di universitas ini sangat visioner. “Tepat sudah menyatukan tiga institusi bisnis pendidikan jadi satu. Sehingga tidak ada rasa egois dan majunya sejalan,” ungkap Dahlan.
Karena penyatuan banyak bisnis jadi satu itu, sudah menjadi konsep bisnis modern yang disebut sharing economy di bidang pendidikan dan memberikan akses kepada sumber daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dan dikembangkan bersama dalam satu model.
WISUDAWAN TERBAIK
Dalam sidang senat terbuka yang dipimpin Rektor UM Agung Sakti Pribadi SH MH itu juga dihadiri Wakil Rektor I Yusuf Wibisono SE MTI, Wakil Rektor II Ir Sigit Sigalayan MP, Wakil Rektor III Mundzir S Kom MT, Wakil Rektor IV Ir Mohamad Adriyanto MSc, sejumlah dekan dan dosen termasuk pendiri Yayasan Airlangga Group H Hasyim Machmud dan istri, Drs Satria Dharma, Ketua Yayasan Dra Mulia H Deviyantie juga Walikota Balikpapan H Rizal Effendi SE dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ir Muhaimin ST serta undangan lainnya.
Saat itu juga dinobatkan wisudawan-wisudawati terbaik yakni Vrily Ramayani Usman dengan IPK 3,53 (program D3 administrasi perkantoran) anak pasangan Muhamad Usman Ainie dan Aminah Usman, Achmad Zacky Fathoni Haaque dengan IPK 4, (progam studi S-1 informatika) anak pasangan Abdul Halim Haq dan Asih Among Siwi, Arini Lathifah Muchtar dengan IPK 3,84 (program studi D3 sistem informasi) anak dari Muchtar.
Selanjutnya, Ari Prasetiani dengan IPK 3,74 (program studi D3 manajemen industri) pasangan Nyamut dan Paijem, Ardiyanti dengan IPK 3,58 (program studi S-1 sistem informasi PSDKU atau Program Studi di Luar Kampus Utama) anak dari Sabaruddin dan Suhartini dan Aisyiyah Maulisa Nuur dengan IPK 3,55 (program studi S-1 sistem informasi PSDKU) anak dari pasangan Imam Sudarsono dan Murtini. Mereka semua mendapat reward dari uang pembinaan sampai voucher menginap di Novotel Hotel.
MENANGIS HARU
Sejak awal suasana haru dan bahagia menyelimuti prosesi wisuda. Karena, ada dua wisudawan yang semangat hingga lulus kendati dia menggunakan kursi roda. Bahkan, Dahlan pun memujinya.
Puncak dari acara, sudah tak dapat dibendung air mata wisudawan dan wisudawati terus menetes. Itu ketika mereka didaulat untuk menyerahkan bunga kepada orangtua dengan cara mencari di mana posisi sang orangtua itu duduk.
Pertemuan mereka pun haru, apalagi bagi wisudawan yang orangtuanya tidak hadir. Tangis haru serta peluk cium menghiasi seisi ruangan dan suasana pecah ketika lagu yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah dari Ebit G Ade dilantunkan serta back sound lagu Bunda dari Melly Goeslaw. Selamat. (git)