Penulis: Sugito )*
TINTAKALTIM.COM-Makmur! Itulah yang coba direalisasikan. Tentu, jika menafsirkan kata makmur artinya tidak kekurangan atau keadaan yang mencukupi kebutuhan dasar sehingga warganya puas.
Langkah besar itulah yang ingin diwujudkan duet kepemimpinan Abdul Gofur Mas’ud (AGM)-Hamdan Pangewa, bupati dan wakil bupati Penajam Paser Utara (PPU). Tidak muluk-muluk, itu diterjemahkan lewat visi dan misi dan tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Caranya membangun dari desa juga menyentuh kelurahan dengan suntikan dana Rp300 miliar yang dibagi Rp150 miliar desa dan kelurahan dan Rp150 miliar alokasi dana desa (ADD). Tentu yang dibangun infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum. “Itu kebutuhan dasar, karena infrastruktur yang ada di desa adalah ruang di mana warga dapat berkreasi membangun wilayah,” kata Abdul Gofur kepada Tintakaltim.Com ketika berbincang di sela-sela rehat acara Rapat Konsultasi Regional Rancangan Awal RPJMN di Hotel Novotel, (20/8).
Dana itu kata AGM, dibagi setiap tahun dengan melihat luasan wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat desa dan kelurahan. Tentu yang belum tersentuh program pembangunan pemerintah seperti jalan maupun fasilitas umum.
Gaya Gofur, santai. Tidak terlihat protokoler. Menyapa orang yang ada di sampingnya kendati tak dikenal. “Permisi ya pak, mohon duduk saya,” ungkapnya, santun sambil mempersilakan penulis duduk bersamanya.
Sambil ngopi, AGM menceritakan, ngurus PPU itu perlu keseriusan. Tidak ngasal, harus strategis dan dimulai melihat fostur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ibarat perusahaan katanya, ada fix cost dan variable cost yang harus dicermati. Kuncinya bagaimana dana di kas ada. Karena, tidak mungkin melakukan pembangunan kalau kas kosong dan defisit.
AGM sadar, membangun PPU tidak seperti ‘membalikkan telapak tangan’ perlu kesabaran dan kerja keras. Apalagi menata desa. Sebab, desa itu isinya pertanian dan turunannya, perkebunan dan usaha kecil semacam home industry. Sehingga, desa itu tetap harus dijaga dan dikembangkan. “Jika desa didandani lewat dana desa, akan mengubah wajah desa serta sentra ekonomi lokalnya hidup. Biarkan natural, desa tetap desa dan menyangga kebutuhan warganya dengan kegiatan ekonomi yang produktif,” kata Gofur.
Dana desa diharapkan mampu mendorong pengelolaan hasil desa. Apalagi percepatan pembangunan desa merupakan cita ketiga dari nawacita Jokowi. Jadi harus berkembang, desa harus mandiri dan desa ekonominya maju.
Prioritasnya kata Gofur ya infrastruktur, kesehatan, pendidikan. Jika ketika kebutuhan tadi sudah baik, dana desanya bisa dimanfaatkan membangun fasum dan pengembangan ekonomi kreatif hingga produktif. “Simple toh. Jangan kabupatennya dibangun terus. Jujur, saya turun ke pelosok desa, ternyata kasihan, ada desa yang tidak pernah disentuh pembangunan,” cerita Gofur semangat.
Obrolan terus mengalir. AGM dalam mendesain PPU juga memiliki think-thank atau wadah pemikir seperti Asdarusallam, Firli dan sejumlah stafnya di pemerintahan yang progresif serta smart.
Ia, sempat juga menilai Kota Balikpapan, karena dia hadir di Novotel duduk berdampingan dengan Walikota Rizal Effendi dan Wakil Bupati Paser Kaharuddin. “Aku keluar sebentar, karena kena sorot TV terus,” kelakarnya.
Gofur tidak ingin membuat dikotomi antar PPU dan Balikpapan. Sebab, tidak mungkin bisa dibandingkan. Belasan tahun dan ratusan tahun berdirinya. Hanya, ia optimistis bahwa PPU harus maju. Itu sesuai dengan taglinenya saat kampanye dan harus jadi mindset warganya yakni maju, modern dan relegius.
Kota Balikpapan sempat disinggung dalam obrolan santai dengan penulis. Sebab, ada kakak kandungnya Rahmad Mas’ud (RM) yang jadi wakil walikota. Pria kelahiran Desember 1987 ini menyebut, sebenarnya dua daerah PPU-Balikpapan dapat dijadikan semacam sister city. Asalkan, jembatan cepat terbangun.
Justru, Gofur sempat guyonan dengan ‘sang abang’ RM, dengan mengambil idiom kaitan pekerjaan ikhlas untuk kepentingan umat yakni fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. “Saya bilang sama abang saya, dia itu kan sering membayar zakat ke anak yatim-piatu. Nah, kubilang pekerjaan besar itu kalau membangun jembatan tersambung PPU-Balikpapan. Karena, selamanya jembatan dipakai warga, jadi amal jariyah,” cerita Gofur sambil meminta pembenaran sejumlah pegawai Bappeda dan Litbang Balikpapan yang sedang memvisum SPPD.
Secara geografis, mendesain PPU lebih sulit. Luasnya saja 3,333 kilometer persegi dengan penduduk 191 ribu jiwa. Ada 24 kelurahan dan 54 desa. Penduduknya sedikit jika dibandingkan Balikpapan yang mencapai 750 ribu jiwa. “Daerahku ini banyak desa bang. Makanya, harus kupoles dulu desanya. Kalau desa bagus maka konektivitasnya ke kabupaten lancar dan multiplier effect ekonominya pun tumbuh. Paten toh,” tawa Gofur alias AGM yang menirukan gaya Menteri Luhut Binsan Pandjaitan, sahabatnya juga.
Progres pembangunan di PPU relatif cepat. Padahal, AGM baru 7 bulan menduduki kursi bupati. Tetapi, gaya kepemimpinannya diarahkan untuk straight atau tegas dalam memplototi APBD. Fostur anggaran dibedah tuntas bersama staf. Dana-dana yang tidak efisien, dipangkas dan dialihkan untuk kepentingan dana desa tadi.
Saat itu, dirinya mendapat pekerjaan rumah (PR) sangat berat harus menyelesaikan utang Rp800 miliar.Tapi, sekarang tuntas dan telah dibayar. “Saya harus optimistis bersama wabup dan sekda serta kepala organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengangkat PPU menjadi daerah berkembang dan maju. Makanya kalau tidak bisa ikut irama kerja kita ya siap-siap digeser, kan harus enerjik serta inovatif,” cerita Gofur.
Ketegasan dan perspektif Gofur sepertinya terdesain dari hasil dirinya mendapat ilmu selama belajar dan lulus dari lembaga ketahanan nasional (Lemhanas). Sehingga, mampu mengurai gaya kepemimpinan (leadership), geo politik nasional dan manajemen mengelola pemerintahan.
“Saya tahun depan harus meningkatkan APBD hingga mencapai Rp1,5 triliun, yah naik hampir 85 persen lah. Makanya, saya juga minta bantuan mitra saya di legislatif atau DPRD,” ulasnya.
Ada gerak cepat dalam mengurus pemerintahan di PPU. Bersama wabup dan sekda, ia mengistilahkan dengan identifikasi masalah dan melakukan mapping. Akhirnya ditemukanlah tumor-tumor ganas yang ada dalam ‘tubuh pemerintahan PPU’. Itu kata Gofur, dicongkel dan diamputasi. “Itu lho seperti memberi penyembuh obat kanker gunakan kayu bajakah. Tahu toh tanamannya, wah sempat viral itu,” jelas AGM mengumpamakan sambil meminta penulis untuk mencari tahu apa itu kayu bajakah.
Setelah browsing, ditemukanlah apa itu kayu bajakah. Ternyata, kayu itu ditemukan tiga siswa dari Kalteng dan mereka dipilih mewakili Indonesia dalam lomba tingkat internasional ajang World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korsel dan mendapat medali emas menggeser 22 negara yang ikut berkompetisi. Kayu itu dapat menyembuhkan kanker.
Waktu menunjukkan pukul 12.00 Wita, menuju waktu salat Zuhur, AGM akan pamitan salat. Tapi, dirinya menyebut kalau ‘bersih-bersih’ tumor APBD itu tujuannya positif. Tak ada tendensi dirinya berlaku like and dislike. Semua dilakukan demi pembangunan yang otputnya untuk kemakmuran rakyat.
Dirinya yakin, dengan sinergi dan kolaborasi semua elemen termasuk legislatif, eksekutif dan yudikatif dibantu swasta dan masyarakat, maka PPU akan maju dan modern. Sehingga, jika ada sumbatan informasi, ia minta mohon disampaikan secara jalur konstitusi.
Dirinya juga tidak menutup kesempatan dan alergi kritik dari masyarakat PPU. Misalnya lewat demo, sah-sah saja tapi jangan anarkis. Bahkan, AGM jika ada demo mendatangi warga dengan baik-baik. “Saya sapa, sudah makan belum. Kalau belum, kita beri makan. Lalu kita minta apa masalahnya, untuk kita selesaikan,” ungkap AGM.
Gaya mudanya dalam memimpin selalu dipertontonkan. Wajar, sebab Gofur masih berusia 33 tahun. Jika ditelaah dalam urutan Generasi (gen), masuk ‘Gen Milenial’. Tak heran kalau dia juga dipilih menjadi salah satu unsur ketua DPP Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Pusat. Meski begitu, karakternya tetap santun dan menghargai yang tua.
Itu terlihat dari ungkapannya, bahwa ia membangun PPU karena meneruskan perjuangan kepemimpinan yang diawali dari Bupati Yusran Aspar-Ihwan Datu Adam (2003-2008), H Andi Harahap-Drs Mustaqim dan dilanjutkan Yusran Aspar-Mustaqim. “Saya meneruskan perjuangan para pendahulu dan yang meletakkan dasar-dasar pembangunan di PPU. Salam hormat saya juga untuk mereka. Tapi, kalau sekarang saya harus ubah, tentu karena melihat kebutuhan di masyarakat,” ujarnya.
Proses perubahan itu katanya, sejalan dengan proses cepatnya era informasi dan teknologi. Tuntutan di masyarakat sudah sangat-sangat cepat, sehingga dalam mengelola daerah harus juga menggunakan cara-cara yang lebih memberi keuntungan kepada rakyat. “Istilah saya itu membangun dari desa ke kabupaten untuk kemakmuran rakyat. Jadi harus cepat dan cermat,” tutup Gofur yang beranjak untuk melanjutkan tugasnya kembali ke PPU. Semoga PPU modern, religius dan maju.**
)* Direktur Tintakaltim.Com