TINTAKALTIM.COM-Mitos! Itu terkait dengan pete atau petai yang disebut-sebut dapat menjadi obat. Semakin banyak dimakan, semakin bagus. Padahal pete digandrungi banyak orang dan banyak manfaat bagi tubuh. Ternyata, itu salah-kaprah.
“Jadi semua yang disebut itu mitos. Itulah orang Indonesia, padahal pete itu tinggi kadar asam amino yang mengandung sulfur. Bisa menyebabkan gagal ginjal dan asam urat,” kata pakar gizi dan Ketua Indonesia Sport Nutrition Association (ISNA), DR Rita Ramayulis DCN MKes saat berbicara di hadapan peserta seminar Gizi Optimal untuk Generasi Milenial, Selasa (4/02/2020) di Hotel Bluesky Balikpapan.
Event itu garapan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan sekaligus dirangkai HUT Kota Balikpapan ke-123 dan Hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2020. Selain DR Rita Ramayulis, juga ada pembicara ahli penyakit dalam dr Selly Lsp PD. Acara dihadiri Kepala DKK Kota Balikpapan dr Andi Sri Juliarty, Ketua HUT Kota Arminingsih yang juga Kacab Bank Kaltimtara Balikpapan, Ketua Forum CSR Andi Sangkuru, para ahli gizi, dokter, mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi serta undangan lainnya.

Menurut DR Rita, pete memang sangat disukai. Itu untuk lalapan sambil makan. Namun, walaupun rasanya menggoda selera, keseringan makan pete bisa memicu juga penyakit rematik. “Kalau suka ya silakan. Tapi, jangan disebut itu obat ginjal dan lainnya,” beber Rita yang sudah menulis 36 buku kaitan gizi dan kesehatan yang selalu best seller ini.
RENTAN PENYAKIT
Rita juga menyebutkan, sekarang ini pola makan di kalangan generasi milenial sudah berubah. Mereka menyukai makanan praktis yang instagramable dan cepat saji (fast food). Padahal itu semua adalah tinggi gula, tinggi garam, tinggi lemak, rendah serat dan rendah mineral seperti sayur dan buah.

“Era digital, generasi milenial sudah menghabiskan waktu di belakang meja. Itulah sekarang yang rentan terserang penyakit lebih banyak generasi milenial. Jadi harus waspada,” ungkap Rita.
Makanya, pola hidup sehat harus diterapkan sejak dini. Khusus kalangan anak muda atau milenial. Dan itu dapat dilakukan dengan cara pengaturan makanan. “Ada 6 komponen harus diperhatikan jika ingin sehat dalam hal makanan. Yakni, karbohidrat, protein, lemak dan air atau zat gizi makro dan vitamin serta mineral yang merupakan sayur dan buah,” pinta Rita.

Dikatakannya, perhatikan setiap hari makanan yang dimakan oleh kalangan milenial dan seluruh masyarakat. Jangan dominan gula, garam dan lemak jenuh. Misalnya, sarapan dengan yang manis-manis, itu sebenarnya produksi hormon serotonin meningkat dan akhirnya mudah mengantuk. “Intinya jangan mengkonsumsi makanan yang kadar gulanya berlebih. Cirinya akan terjadi perut buncit dan terserang penyakit diabetes,” jelas DR Rita.
Ada sejumlah kandungan gula pada makanan yang sudah jadi kebiasaan makanan bagi milenial. Setengah gelas susu kental manis itu mengandung 54 gram. Padahal, satu sendok makan gula itu mengandung 13 gram yang setara dengan 10 gram karbohidrat. “Sebaiknya diperhatikan sekali makanan-makanan itu. Seperti coklat. Minuman sachet kopi dan lainnya yang mengandung 39 gram. Tinggi juga. Nah sebaiknya kopi tanpa gula itu lebih baik,” ulas DR Rita.

Rita juga membeber kaitan konsumsi garam dalam tubuh manusia. Makanan seperti mie instant, itu garamnya sangat tinggi. Sehingga, tidak dianjurkan untuk selalu makan mie instant. Termasuk juga keripik, goreng-gorengan dan lainnya. “Lemak juga berbahaya. Jangan selalu menggunakan minyak. Kalaupun mau menggoreng sedikit saja minyaknya. Sebab itulah sumber penyakit karena kandungan lemaknya berbahaya,” ujar Rita.
Selain itu, Rita juga mengingatkan agar tidak sembarangan minum ragam jus buah. Jenis jus buah apapun itu juga rentan penyakit, sebab seluruhnya pembuatannya menggunakan gula. “Anda tahu nggak, berapa banyak buahnya dan gulanya. Jadi kalau mau aman, ya beli buah terus membuat jus buah sendiri di rumah tanpa gula,” ungkapnya
Untuk itu, Rita berpesan dengan konsep Isi Pringku untuk pencegahan, apa itu? Yakni, porsi makanan yang disarankan sebagai bentuk makanan sehat seperti lauk pauk jangan terlalu banyak, harus ada buah dan sayuran lebih dominan.
Dan paling penting, harus ada aktivitas fisik seminggu 3 kali yang polanya aktif yakni bergerak dengan 10 ribu langkah hingga 12.499 langkah. “Kalau kurang dari 10 ribu langkah, ya diupayakan berjalan cepat. Contoh orang Korea dan Jepang itu sehat-sehat, karena mereka lebih banyak bergerak dan melangkah dengan ribuan langkah setiap hari. Ke kantor atau mana pun,” contoh Rita.

Dalam sesi diskusi, Rita banyak ‘dihujani’ pertanyaan kaitan gizi seimbang dan olahraga apa yang terbaik untuk kesehatan. Seperti yang disampaikan Andi Sangkuru yang menanyakan, olahraga apa yang cocok bagi usia yang sudah di atas 40 tahun. Termasuk juga jenis-jenis makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh terlalu over dikonsumsi.
Rita menyebut, olahraga apa saja itu baik. Sekarang ada kategori jenis olahraga misalnya marathon, futsal yang masuk permainan dan olahraga berat seperti angkat besi. “Jadi sesuaikan saja senangnya dan bisanya apa olahraga. Itu tergantung passion. Renang bagus, berlari bagus. Asal jangan dipaksakan,” ujarnya.
Untuk latihan fisik, disarankan 2-3 kali seminggu seperti aerobic, jogging, jalan kaki dan lainnya. “Makan dan olahraga itu harus seimbang jika ingin sehat,” pungkas Rita.
GERMAS
Sementara itu, dr Andi Sri Juliarty menyebutkan, seminar gizi yang menyentuh anak-anak milenial sebagai bentuk sosialisasi membangun kesadaran tentang perbaikan gizi di masyarakat. Itu dilakukan dengan perbaikan pola konsumsi makanan yang mengarah pada gizi seimbang serta perilaku sadar gizi. “Balikpapan juga mengalami gejala gizi kronis, sebab ditemukan juga fakta adanya stunting dan ini tugas kita bersama untuk melakukan pencegahan,” ujar dr Andi yang biasa disapa dokter Dio.

Menurutnya, seminar kaitan sadar gizi kalangan milenal diharapkan dapat menjadi informasi perilaku hidup bersih dan sehat serta memenuhi gizi seimbang bagi diri dan keluarga. “Balikpaan membutuhkan remaja produktif, kreatif dan kritis demi kemajuan bangsa. Ini bisa tercapai jika berstatus gizi baik,” ujarnya.
Dokter Dio juga mengatakan, gaya hidup remaja harus mengikuti gaya hidup sehat (healthy lifestyle) dengan mengkonsumsi makanan bergizi serta rutin aktivitas fisik. “Ini para generasi milenal nanti akan menjadi ibu, pengetahuan kaitan gizi seimbang harus diketahui sehingga tidak menimbulkan penyebab stunting,” pinta dr Dio.
Ia juga mengatakan, di kota Balikpapan sudah dikampanyekan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang sudah jadi gaya hidup masyarakat. “Germas itu kegiatan positif selain olahraga teratur, juga diajak konsumsi sayur dan buah serta memeriksa kesehatan berkala,” ajak dr Dio yang disebut sebagai ‘Dio Effect’ dalam kaitan Germas. Karena effect Germas sekarang sudah menggejala di seluruh kota Balikpapan dan jadi kebutuhan masyarakat.
Di sela acara, Ketua HUT Kota Arminingsih juga mengatakan, kegiatan seminar gizi dalam rangkaian HUT Kota ke-123. Tetapi, panitia juga membuat event beragam dalam kegiatan tersebut. “Kami sudah jadwalkan agenda yang mengusung tema Balikpapan Nyaman, Penyangga Ibu Kota Negara. Karena Balikpapan nanti akan mendapatkan multiflier effect dalam kaitan IKN. Ayo dukung Balikpapan agar terus nyaman.,” kata Armi.

Sementara, pembicara lainnya dr Selly lebih banyak menjelaskan bahaya penyakit stroke dan cuci darah dan harus dihindari dengan berperilaku hidup sehat. “Kita prihatin, ada remaja berusia 18 tahun harus cuci darah. Ini karena tak menjaga hidup sehat,” jelas dr Selly.
Menurut dr Selly, cuci darah itu adalah pengobatan alternatif untuk gagal ginjal kronis. Sehingga, proses medis untuk menghilangkan kelebihan kotoran dan air dalam darah harus dilakukan. “Ginjal itu kan membuang racun, karena sudah tidak berfungsi maka harus cuci darah. Ini yang akhirnya juga dapat terjadi karena menderita diabetes atau tekanan darah kronis,” ujar dr Nelly.
Obatnya kata dr Nelly, adalah menerapkan gaya hidup sehat serta mengkonsumsi makanan sehat seperti buah, sayuran dan lainnya serta melakukan pemeriksaan secara rutin. “Makanya seminar gizi sangat penting bagi generasi milenial untuk menjaga agar hidup sehat itu penting dan menjaga gizi seimbang adalah obatnya,” ujar dr Nelly.
Suasana seminar makin menarik tak hanya presentasi dari narasumber tetapi, DR Rita juga mengajak hadirin untuk melakukan senam zumba. Sehingga, peserta pun sempat berkeringat. Juga ada pembagian doorprize. (git)