TINTAKALTIM.COM-Semangat dan penuh canda. Itu yang dilakukan belasan warga yang berbaur dalam komunitas bernama ‘Kaki BTN’ atau komunitas pejalan kaki kompleks BTN. Nuansa sehat didapat juga terlihat segar alias sehat dan bugar.
Jalur jalan kaki kali ini adalah kawasan hijau dan memasuki kompleks rumah susun sewa (rusunawa) di daerah Telindung Balikpapan Utara. Penentu jalur, sosok senior warga RT 39, Sukamto yang biasa disapa ‘bapak horsa-horsa’. Ya karena selalu memantik semangat dengan ungkapan horsa-horsa, teriakan khas tentara tempo dulu yang dikenal dengan cakra birawa.
Jalan kaki keliling perkampungan sebenarnya sudah jadi trend. Tinggal di Kota Balikpapan lebih asyik, sebab mau jalan kaki di jalur mana saja masih nyaman. Beda dengan kota-kota besar seperti Jakarta yang disebut sebagai kota yang nggak ramah bagi pejalan kaki alias unwalkable city. Sebab, trotoar sudah dijadikan tempat pedagang kaki lima.

“Rasanya berbeda, kalau masuk lokasi yang sejuk dan hijau,” kata Sukamto, pemimpin komunitas ‘Kaki BTN’. Ia figur senior yang usianya sudah kepala tujuh tetapi tetap enerjik dan selalu memberi inspirasi bagi peserta.
‘Kaki BTN’ sudah beberapa minggu melakukan semacam tur jalan kaki. Pesertanya beragam usia. Dari 75 tahun hingga 40 tahun. Acaranya start pukul 06.00 Wita. Rutenya berganti-ganti tergantung pemandu atau guide penentu jarak. Terkadang jauh dan pendek. Bisa 1 jam lebih bahkan 2 jam lebih. “Intinya kita jalan kaki ini untuk penguat jantung dan menyegarkan pikiran,” kata dr Ahyar, peserta yang aktif ikut komunitas ini tiap minggu.

Peserta pejalan kaki dari gabungan warga RT 38 dan RT 39 Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat. Jumlahnya 14 orang, yang tertua H Suriansyah tapi naik ke tanjakan masih kuat, meski peserta lainnya khawatir akan kesehatannya. “Memang kuat tapi sampai di atas sempat ngos-ngosan, kita takut saja,” ujar Yoni atau biasa disapa Mas Yon.
HIDUP SEHAT
Harus disadari, jalan kaki menjadi obat. Selain terhindar stroke juga mampu mengasah panca indra dan peka terhadap lingkungan. “Coba nikmat toh sambil jalan melihat hijau pepohonan dan segarnya udara pagi. Ini hidup sehat,” ujar Sukamto.
Hidup sehat gaya ‘Kaki BTN’ memang menarik. Dari 14 warga yang turut serta terdiri dari berbagai kapasitas ilmu. Sehingga, selama perjalanan jadi tempat berbagai pengetahuan (sharing knowledge ) . Kalau mau lucu ada ‘Agus Meni’, biasa di perjalanan selalu penuh humor dan canda. Sehingga, ia selalu di-bully teman-teman lainnya. “Mas Agus ini orang Bojonegoro. Ya diartikan Bojo Nesu Mergo Aku Gero (istri marah karena aku bohong),” kelakar Bambang, menggoda Agus Meni.
Sepanjang perjalanan, humor khas Jawa itu terus terjadi. Kadang ejek-ejekan. Mas Yon juga paling jago jika mengejek. Sehingga, langkah kaki yang letih tidak terasa. Keringat membasahi tubuh pun tak perlu gaduh.

Ada lagi peserta lainnya, H Rahmadi dan H Haidir. Keduanya urang Banjar. Tak heran logatnya jika bicara pun kental. Apalagi kalau sudah ma-alabio alias melucu khas Banjar. Hanya, ketika masuk ke perkampungan, titik banyu liur. “Apa yang dilihat mangga atau babinian,” kelakar Haidir. Peserta satu ini memang kadang melucu di perjalanan. Bahkan, ketika ada tanjakan, ia bukannya jalan justru melakukan push-up. “Ayo sampai 10 kali,” sahut H Rahmadi.
BINTARO
Belok kiri-kanan, kiri-kanan. Terkadang perdebatan terjadi antarpeserta. Maklum, ada yang ingin segera finish. Padahal, perjalanan baru menempuh jarak 3 kilometer. Ini terdengar dari aplikasi waktu atau timer Samsung Healty yang berbunyi: Three Kilometer Completed yang digunakan penulis.

Dalam perjalanan dipenuhi pohon rindang. “Ini pohon apa ya,” tanya Mas Yon, peserta yang dikenal pakar pupuk tanaman. Spontan Sukamto menjawab: “Wow itu pohon bintaro dan banyak dijadikan tanaman peneduh,” jelas Sukamto.
Pohon itu memang akrab di mata warga. Buahnya bulat dan biasa digunakan untuk ‘menakuti’ atau ‘racun’ tikus. Jika dimakan bisa mengakibatkan fatal bagi manusia. Sukamto memang dinilai memahami ‘ragam keilmuan’. Jika berjalan bersamanya selalu jadi tempat sharing. Istrinya pun seorang guru bahasa Jerman yang fasih. Sehingga, dalam olahraga jalan kaki itu dapat diistilahkan dengan perjalanan pendidikan (education trip). Jalan tapi bagi-bagi ilmu.
SWAFOTO DAN SPIRITUAL
Rombongan ‘Kaki BTN’ memang bhineka tunggal ika. Etnisnya berbeda-beda. Ada juga warga keturunan Tionghoa. Namanya Hendra. Tapi, ia senang saja jika dipanggil Ahok. Sebab, wajahnya memang oriental.
Hendra senang jika harus berswafoto atau selfie. Tapi terkadang, ia juga mengabadikan foto-foto aksi peserta. “Ayo action dulu. Nanti di-share ke group,” ujar Hendra Ahok.

Sebelumnya tepat hari libur 25 Desember 2019, dilakukan juga jalan kaki. Pesertanya memang tidak banyak. Hanya 3 orang, yakni Rugito, Ali Akbar dan penulis. Jalurnya cukup dahsyat, hingga mencapai jarak tempuh 9 kilometer. Inilah pemecah rekor untuk jarak di komunitas ‘Kaki BTN’. Rutenya kawasan kampung atas air yang bersebelahan dengan daerah penyangga (buffer zone) kilang PT Pertamina hingga masuk Pasar Pandansari.

Ali Akbar, adalah peserta yang calm. Ia selalu berbicara sisi spiritual. Sehingga, pesan-pesan moral dalam perjalanan sering disampaikannya. “Hidup itu harus diimbangi antara sehat fisik dan rohani. Rohaninya ya diisi salat 5 waktu ke masjid,” ujarnya.
Lain halnya Rugito. Ia lebih banyak memberi inspirasi bagaimana hidup itu harus ‘punya tabungan akhirat’, berlomba-lomba berbuat kebaikan (fastabiqul khairat). Maklum, dia mantan orang perbankan. Sehingga, bicaranya pasti tidak jauh-jauh dari tabungan.
Di akhir perjalanan, ada ‘pemotongan rute’. H Suriansyah dan Sunarto harus berbelok ke lain. Sementara, 12 peserta menaiki tanjakan. Tapi, di kawasan Tepian, ada ‘jalur perpisahan’ karena 3 peserta yakni Dedy, Bambang dan penulis harus berbelok mencari jalur agar menggenapkan putaran jalan kakinya mencapai 6 kilometer. Di garis finish, rombongan lainnya harus membantu kerja bakti yang dilakukan RT 38.

Suwadi! Peserta yang absen dan biasanya selalu menjamu dengan bubur kacang hijau, kopi jahe dan makanan ringan lain, menyambut peserta yang finish. Wow, ada makanan dan minuman lagi. Top memang Pak Suwadi. Waktu finish sesuai aplikasi timer menempuh jarak 6,19 kilometer dengan waktu tempuh 1 jam 38 menit. Semangat. Semoga ‘Kaki BTN’ jadi ajang silaturahmi dan hidup sehat. (sugito)