TINTAKALTIM.COM-Nekat! Hujan rintik pun berangkat. Ternyata hujan bukan jadi alasan terhentinya aktivitas mingguan yang dilakukan komunitas pejalan kaki kompleks BTN (Kaki BTN) pimpinan Sukamto, warga RT 39 Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat. Cuaca dingin tak membuat surut pesertanya, apalagi takut masuk angin.
Sejak awal komunitas ini memang seolah mengusung semboyan 4 sehat, 5 nekat. Hanya, jika mengacu pada pola gaya hidup sehat tentu dapat dijadikan contoh bagi kelurahan lainnya membentuk komunitas serupa. “Ini olahraga murah dan ringan serta manfaatnya besar bagi kesehatan tubuh. Setidaknya menghilangkan stress, kalau hujan rintik-rintik saja nggak masalah,” ujar Sukamto dengan teriakan khasnya horsa, horsa, horsa hu, memantik spirit peserta lainnya.
Berjalan kaki juga sudah jadi ‘resep khusus’ warga BTN RT 38 dan 39 untuk obat ragam penyakit. Bisa memperkuat jantung dan mencegah stroke. “Saya bukan dokter tapi jalan kaki rutin dapat mengontrol kadar gula darah jadi bisa terhindar penyakit diabetes,” jelas Sukamto.

Keyakinan itulah yang membuat hampir belasan warga BTN tak pernah absen jalan kaki walaupun hujan. Mereka terlihat bahagia. Sebab ngobrol ngalor-ngidul sehinga dapat mengubah suasana hati lebih tenang. “Yang penting happy dan sehat. Bertambah usia tapi tambah sehat,” ujar peserta ‘Kaki BTN’ Mas Yon. Mengutamakan jalan kaki ini dilakukan Yon tak hanya keliling kampung. Prakteknya, orang lain ke masjid naik motor, dia selalu memilih jalan kaki, kendati rumahnya harus memutar menuju arah masjid.
BAWA PAYUNG
Spot terbuka hijau yang dipilih Sukamto untuk rute kali ini tak terlalu jauh. Karena ‘Kaki BTN’ baru start pukul 07.00 Wita yang biasanya dilakukan pukul 06.00 Wita. Ini karena awalnya ragu apakah aktivitas dilakukan atau tidak. Namanya bapak-bapak, tetap saja berjalan. Ya, karena nekat tadi.

Sebelum berjalan, komunitas berkumpul di salah satu pool. Nah, penulis pun heran karena ada peserta membawa payung. Guyonan dan saling ejek pun terjadi antar peserta. “Ini mau ke pasar atau jalan kaki. Atau mau fashion show gunakan payung. Jadi bisa seperti gadis payung (umbrella girl),” kelakar Mas Dedi, mengomentari peserta yang bawa payung.
Candaan orangtua selalu lucu. Guyonannya bergaya eksklusif tapi dapat mengundang tawa. Bagi penulis, ‘Kaki BTN’ ini selalu menciptakan hal-hal baru lewat humor yang mengakrabkan hubungan antar peserta, antar tetangga dan antar RT.
Misalnya untuk rute panjang, Sukamto selalu menyebutnya dengan ‘Rute Gila’. “Jadi bapak-bapak nggak usah terlalu khawatir ikut ‘Kaki BTN’. Yang kuat ikut rute gila. Tapi yang sudah ngos-ngosan boleh belok kiri atau kanan menyesuaikan saja,” kata Sukamto memberi semangat dan mengajak peserta lainnya tak perlu takut rutenya ‘menyesatkan’.
Tapi, Sukamto memahami varian peserta ‘Kaki BTN’. Sebab, ada yang berumur 75 tahun yakni H Suriansyah. Bapak yang semangatnya memuncak ini tampaknya agak trauma dengan ‘pipa 3’. Sehingga, jika ditawari apakah jalur itu harus dilalui selalu memberi komentar penolakan. “Kada usah cari masalah. Lintuhut kada kuat. Tegugur malah cari penyakit. Nah cari jalan lurus saja. Kita ini olahraga cari sehat bukan cari penyakit,” ujar Suriansyah khas logat Banjarnya, yang disambut tawa peserta lainnya.
GANG KUCING
Rute kali ini memang membuat suasana batin menjadi segar. Peserta ‘Kaki BTN’ diajak berkeliling rumah-rumah kompleks PT Pertamina. Peserta harus masuk rute yang bernama ‘Gang Kucing’. H Rahmadi, Ketua Masjid Asy-syifa pun berada di depan. “Ini ada urang jualan sate kucing kah. Kok ngarannya gang kucing (Ini ada orang berdagang sate kucing kah, kok namanya gang kucing),” kata Rahmadi, yang kental logat Banjarnya.

Gang dilalui hingga ke ujung menaiki rumput nan hijau. Tapi, sisi kiri dan kanan dari pantauan penulis, tak ada satu pun kucing muncul. Mungkin saja kampung di daerah situ merupakan salah satu komunitas yang diebentuk untuk menyelamatkan kucing-kucing (cat lovers).
LERENG RUMPUT
‘Kaki BTN’ terus berjalan. Sayangnya, timer yang menunjukkan jarak tidak diaktifkan. Sehingga peserta meraba berapa kilo jarak sudah ditempuh. Peserta masuk ke lereng rumput di kawasan kompleks perumahan PT Pertamina di sekitar Jalan Sorong. “Wah segar ini, foto-foto dulu kita, spotnya bagus ini,” pinta H Rahmadi dan Mas Yanto.

Peserta pun bergaya masing-masing. H Rahmadi berada paling depan dengan gaya ‘jurus silat kuntao’. Penulis mengabadikan aksi mereka yang dipenuhi pesona raut wajah yang happy kendati mereka lelah.
Kawasan yang dilalui peserta memang masuk dalam kompleks perumahan hijau (green living). Sayang, sekarang PT Pertamina tidak concern dengan kompleks perumahannya. Sebab, core business-nya lebih pada pengembangan kilang. Sehingga, kawasan tidak terlihat tertata rapi. Padahal, kawasan huniannya sangat bersahabat dengan alam.
“Pertamina sudah jadi entitas bisnis, jadi kawasan yang dimanfaatkan untuk pengembangan produksi kilang saja yang dirawat,” jelas Sukamto, pensiunan Pertamina yang paham tentang kegiatan pokok Pertamina seperti produksi, pengolahan hingga pemasaran.
SAWUT SUWADI
Di garis finish, peserta ‘Kaki BTN’ selalu dimanjakan dengan hidangan dari keluarga Suwadi. Kali ini menunya sawut, yakni makanan terbuat dari singkong yang diparut dan dicampur gula merah. Rasanya perpaduan manis dan gurih, sebab ada kelapanya. “Ayo cepat finish, nanti ada sawut yang sudah disiapkan Pak Suwadi,” kata Dedy, peserta yang sebelum melakukan perjalanan sudah mengetahui menu peserta jalan kaki itu bakal dihidangkan.

Suwadi mantan karyawan Virginia Indonesia Company (VICO) yang kantornya di Muara Badak ini, selalu memberi kebahagiaan peserta. “Intinya silaturahmi, hidangan saya sederhana tapi mohon disyukuri,” ujar Suwadi.
Finish ‘Kaki BTN’ di rumah Suwadi tak hanya menikmati hidangan sawut, tetapi juga ada ketan hitam. Termasuk, dapat mendiskusikan ternak ikan lele yang ada di halaman rumahnya. Sukamto, Mas Yon dan Suwadi pun larut berbincang kaitan ternak ikan lele itu. “Ini baru saya gerojok 1.000 bibit lele. Nanti kita nikmati makan pecel lele,” ujarnya.

Tiba-tiba, warga RT 38 H Samud pun bergabung. Meski tidak ikut dalam komunitas ‘Kaki BTN’ tapi ia aktif hadir bersilaturahmi saat peserta di garis finish rumah Suwadi. “Saya berdoa saja dari rumah, perjalanan kawan-kawan selamat,” katanya ketika ditanya mengapa tidak bergabung dalam komunitas ‘Kaki BTN’. Bahkan Sukamto menjelaskan, ada jalur pendek dan panjang. “Kalau nggak kuat di tengah jalan ya boleh kembali. Jangan ikuti jalur-jalur gila seperti jalur Mas Gito,” ujar Sukamto, menyindir penulis sambil berkelakar.
Dalam acara jalan kaki, Rugito, mantan karyawan Bank Mandiri absen juga termasuk Ali Akbar. Di acara silaturahmi, Rugito minta doa. “Mohon doanya ya semoga mabrur,” kata Rugito yang akan berangkat bersama keluarga menunaikan ibadah umroh. Semoga mabrur Pak Rugito. Dan, selamat makan sawut ya pak Samud. (sugito)