TINTAKALTIM.COM-Komunitas pejalan kaki kompleks BTN (Kaki BTN) ternyata gokil. Meski mereka terdiri dari bapak-bapak, suasana canda nan lucu selalu ada saja saat terjadi sesuatu.
Gokil itu artinya edan alias gila. Hanya gila yang positif. Biasanya menggambarkan ‘kelakuan’ peserta yang rata-rata ada saja yang diperbuat selama perjalanan. Kejadian kali ini, menemui jalan buntu. Ada 3 kali rombongan harus bertemu jalan buntu.
Hanya, gokil-nya, setiap jalan buntu yang ditanya ibu-ibu. “Bu, ini jalan kemana, buntu ya,” tanya Ali Akbar, kepada ibu yang berdiri depan pintu. Sontak, bapak lainnya bersorak. “Wah alasan saja, sudah tahu buntu masih ditanya,” teriak Roni, berkelakar, yang melihat sosok ibu-ibu itu. Sosoknya digambarkan sebagai ‘Setu Legi’ atau Setengah Tua Lemu Ginu-ginu. Itu watak dan kelakuan bapak-bapak.
Kejenakaan bapak-bapak BTN itu memang membuat segar suasana. Hidup tanpa bercanda akan membuat kehidupan yang sudah serius jadi bosan. Entah lantaran apa, tapi jalan kaki kali ini membuat peserta bingung. Selalu menemui jalan buntu.
Roni, peserta yang paling muda wajahnya sudah memerah. Terlihat lelah sebab sudah berjalan kaki sangat jauh, buntu dan harus kembali. “Kalau caranya begini, besok saya membuat komunitas sendiri,” ujarnya kepada guide atau penunjuk jalan Sukamto sembari melempar canda.
Tapi, namanya senior, Sukamto alias ‘bapak horsa-horsa’ selalu memberi spirit rombongan. Sebab, dirinya juga bingung mengapa harus selalu menemui jalan buntu. Awalnya begitu pede berjalan, tiba-tiba kembali. “Buntu lagi. Edan piye ini,” ujar Agus Bento. Kelakar terus terjadi, di antara mereka.
Rombongan bapak-bapak tak pernah putus asa. Jalan buntu bukan halangan. Proses berjalannya dari 18 personel pun dibagi kelompok-kelompok. Ada kelompok H Haidir, kelompok Suwadi, kelompok Dedy dan lainnya. Jalan kaki itu mendorong mereka untuk melakukan percakapan mulai topik ringan hingga serius. “Berjalan kaki itu akan meningkatkan hormon bahagia, jadi mood lebih positif,” urai dokter gigi Ahyar.
Karena dokter, ungkapan Ahyar dipercaya saja rombongan. Yang penting bisa melepaskan stress dengan tertawa di sepanjang perjalanan. Karena, dengan tertawa itu ‘obat’ terbaik untuk menghilangkan hati yang galau.
Jalan buntu rombongan itu banyak sebabnya. Di antara mereka tak ada yang mau bertanya. Masuk saja gang atau jalan, eh ternyata buntu. Mungkin mereka terpengaruh pepatah yang berbunyi: Malu Bertanya Sesat di Jalan, Banyak Bertanya Dikira Wartawan. Akhirnya, sesat bujuran. “Bombon mana bombon,” ungkap H Rahmadi. Orang Kalimantan jika minta permen ya bombon. Entah, permen itu mungkin sebagai ‘teman lidah’ karena H Rahmadi sudah mulai terlihat kelelahan dan ngos-ngosan.
Untuk menghilangkan rasa penat, capek, lelah itu kaki terus melangkah sambil bercanda. Hanya, ketika melihat jalan menanjak seolah rombongan trauma. “Ayo genjot, tegak terus berjalan,” seru Agus Bento.
Jalan kaki bagi komunitas ‘Kaki BTN’ itu sebenarnya sudah biasa. Sebab di antara mereka juga jamaah Masjid Ayi-Syifa. Seperti Dedy, Roni, Mas Yon, Ali Akbar jika ke masjid selalu berjalan kaki. Mereka ingin menerapkan sehat jasmani dan rohani. “Semoga semua sehat. Minggu depan harus ditetapkan rutenya agar tidak buntu lagi,” ujar Sukamto, senior yang fisiknya pun masih terlihat segar, kendati usianya sudah kepala tujuh.
Jarak tempuh yang dilalui rombongan berkisar 8,6 kilometer dengan durasi 2 jam 8 menit dan mencapai 14.432 langkah. Ini sesuai dengan aplikasi pencantat waktu yang dipergunakan selama berjalan kaki.
PAKAR GIZI
‘Kaki BTN’ tidak boleh berhenti. Karena, media ini pernah memandu acara pakar gizi DR Rita Ramayulis di Hotel Blue Sky beberapa waktu lalu. Ia memiliki data yang mencengangkan bahwa orang Indonesia itu berada di posisi juru kunci untuk urusan jalan kaki. Orang China sehari berjalan kaki sebanyak 6.189 langkah, orang Jepang 6.010 langkah per hari dan orang Indonesia hanya 3.513 langkah per hari. “Makanya kalau kita melihat orang Korea, Jepang, China itu berjalan laju-laju, itu lebih baik sebab harus mencapai langkah maksimal,” kata DR Rita yang sudah menulis 36 buku yang membedah masalah gizi dan kesehatan.
DR Rita yang menamatkan doktoral di Universitas Indonesia dan sebagai konsultan gizi kebugaran serta ketua konsultan menu Seagames ini, juga sempat menyinggung bahaya jus buah. Orang Indonesia seolah katanya, sudah ‘mendewakan’ jus buah sebagai makanan sehat.
“Jus buah itu efeknya dalam jangka waktu panjang memicu diabetes. Lebih baik sehat makan buah potong. Karena kalau buah sudah dihancurkan, seseorang sudah makan gula,” tambahnya. Boleh minum jus buah tapi jarang-jarang.
Ia pun menyebut untuk kesehatan jantung dan menurunkan kolestorol, gula darah dan tekanan darah. “Jalan kaki itu olahraga sangat baik dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jadi sempatkan diri untuk berjalan kaki” ujarnya.
CERITA ASHRAF
Di sela-sela berjalan kaki menuju tempat finish di kediaman Suwadi untuk ‘pendinginan’ dengan sarapan bubur kacang ijo, Hendra ‘Ahok’ bercerita kaitan tentang meninggalnya Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari (BCL) yang berusia 40 tahun.
“Itu beredar informasi Ashraf sebelum meninggal pernah latihan semacam alat yang digunakan dengan kekuatan seperti 20.000 sit up dalam 30 menit,” cerita Hendra Ahok.
Dicurigai kematian Ashraf yang warga keturunan Malaysia-Inggris ini, karena alat itu yang tujuannya untuk mengurangi lemak membuat badan sixpack. Semacam teknologi baru kesehatan. “Jadi berdasarkan informasi, meninggal karena olahraga secara berlebihan,” lagi cerita Hendra Ahok meyakinkan.
Dari berbagai sumber, alat yang dipergunakan Ashraf bukan untuk menggerakkan ototnya, tetapi jantungnya dipaksa bekerja super keras. Alatnya bernama crossfit yang disebut-sebut olahraga mengombinasikan latihan cardio, gymnastic dan Olympic dan itu dapat membahayakan kesehatan. “Meninggal itu takdir Allah, tapi kalau latihannya terlalu keras juga dapat memicu jantung jadi bahaya. Mending jalan kaki dan masuk komunitas Kaki BTN,” ujar Hendra Ahok, sambil senyum. Salam sehat dan panjang umur bapak-bapak. (git)