TINTAKALTIM.COM-Lebih tertib, dan mengikuti alur aturan yang berlaku di panitia, proses penyembelihan hewan kurban yang dikerjakan di bawah kepanitian Idul Kurban Masjid Asy-Syifa BTN Gunung IV berjalan lebih cepat. Memerlukan waktu 3 jam, 11 ekor hewan berhasil dituntaskan penyembelihannya yang terdiri 9 ekor sapi dan 2 ekor kambing.

Sejak awal, panitia memang mengurai sejumlah hal. Mulai dari proses penyembelihan hingga pemotongan daging. Bahkan, yang terpenting adalah sisi syariat agar kurban itu bermakna dan bukan hanya menerima hewan dari shohibul qurban tetapi panitia memiliki amanah untuk menjalankan proses penyembelihan dengan baik.

Syariat itu, dijatuhkan akad amanah dan tabbaru. Yakni akad menyerahkan kepada panitia kurban dalam proses penyembelihan dan niat karena Allah dan ikhlas. Sehingga, prosesnya berjalan sesuai dengan aturan

“Panitia membenahi hal-hal yang kurang di tahun-tahun sebelumnya. Kita masuk dari sisi syariat. Sebab, saat rapat panitia ini menjadi bagian penting. Tak hanya sekadar berkurban tapi ikhlas dan tak ada orientasi apapun dalam hati,” kata Koordinator Penyembelihan Hewan Kurban Masjid Asy-Syifa H Syamsul Haidir menjelaskan pelaksanaan kurban oleh panitia di pelataran Masjid Asy-Syifa, Senin (17/06/2024)

Proses penyembelihan dimulai pukul 08.30 Wita dan pkl 11.30 Wita sudah berakhir. Asahan pisau yang tajam dua penjagal Ustaz Gatot dan H Samud Purnomo mampu menyembelih seluruh hewan kurban dengan cepat. Bahkan, tidak ada hewan yang istilahnya ‘mati dua kali’ karena dipotong masih hidup. Sekali ayunan pisau jagal, sapi pun terkapar.

Enam kelompok kurban kolektif 7 orang masing-masing memerlukan waktu 15-17 menit. Ini karena, alat perebah sapi atau jegal sapi sehari sebelumnya sudah dirawat. Sehingga, panitia mudah merebahkan sapi. Sementara, 3 kelompok lainnya individu satu keluarga yakni sapi H Herlambang, H Jamaluddin (alm) dan H Asirullah.

Selain panitia yang kerja cepat, juga ada ‘tim Dedy’ pekerja RDMP. Mereka pun mendukung percepatan proses perebahan sapi. Sehingga, sapi itu digiring dengan pelan dan masuk ke ‘liang darah’, dibaringkan lalu sembelih.

“Bismillahi wallahuakbar. Semoga shohibul qurban diampuni dosanya oleh Allah dan dipanjangkan umur,” dua penjagal tak hanya sekadar memotong, tetapi juga terus berdoa dan bertakbir.
Ali Umri membawa daftar nama shohibul qurban untuk terus interaksi dengan penjagal. Karena, di proses penyembelihan itulah nama-nama pengkurban plus bin dan binti, alamat disebut, selain juga di-announcer (diumumkan) berkali-kali oleh pembawa acara

“Maaf kami harus mendahulukan shohibul qurban seperti H Herlambang dan H Jamaluddin. Karena seluruh keluarga itu ada keperluan dan sudah berada di tempat acara untuk menyaksikan penyembelihan dan dokumentasi,” kata Rudi Rahmadi yang cekatan menolong ‘lintas seksi’.

Sedang di tengah lapangan, Rudi Rahmadi, Agus Juari, Aby, Sihombing, Dedy & team, H Supono, Ali Akbar, Yoni Supriyono, berupaya menggeser sapi dari peralatan Jegal Sapi ke liang penyembelihan. Durasi waktu kerja panitia memerlukan 15-17 menit untuk memindahkan sapi.
Panitia mengakomodir semua masukan dari shohibul qurban. Ada yang koreksi tetapi lebih banyak persepsi. Karena, demi kebaikan semua diakomodir dengan tetap menjunjung tinggi keputusan rapat.

“Semua diundang untuk rapat kok. Kalau nggak buka group rapat ya kita maklumi. Tetapi, forum rapat setuju semua. Lagian, kita ini hanya panitia yang ingin memantapkan nilai penyembelihan secara syariah (dua akad). Sebab jangan kurban diserahkan, lalu niat tulus hilang dan itu yang kita hindari,” kata H Muhammad Suhud selaku sekretaris umum dan Koordinator Acara H Suwadi.
Bagi panitia, tak ingin bicara yang ‘dulu-dulu’ pelaksanaannya. Sebab, harus diperbaiki dan manajemennya pun pelan tapi pasti diubah. Sehingga menggunakan tanda pengenal (badge) khususnya di areal proses pemotongan daging. Supaya tidak sembarang orang masuk dan akhirnya fokus penyembelihan lebih banyak untuk orientasi mencari daging.

“Faktanya semacam itu. Sehingga, kita harapkan di tahun-tahun mendatang harus terus dibenahi dan lebih rapi serta maksimal. Bahkan, diikat akad sejak awal serta mempersilakan shohibul qurban terlibat,” kata H Syamsul Haidir dibenarkan H Yoni Supriyono dan Ali Umri.
Dikatakan Haidir, kalau ada yang ‘nyinyir’ sebab mereka nggak hadir di rapat dan dianggap wajar namanya dinamika karakter warga. Tetapi, itu masukan bagi panitia jika bernilai konstrustif atau membangun. Tetapi, jika persepsi diabaikan.
“Sekali lagi 14 tahun saya berkecimpung dalam kegiatan penyembelihan kurban di Masjid Asy-Syifa, panitia kali ini lebih baik dan hasilnya pun baik. Namanya mau berubah itu ya perlu waktu. Alhamdulillah tidak 100 persen, 90 persen dulu,” kata Haidir.
DIBERI
Sementara itu, dinamika pemotongan pun berjalan baik. Interaksi ibu-ibu di tenda pun luar biasa. Mereka bekerja tulus demi selesainya proses pemotongan dan segera distribusi hewan kurban.
“Ya saya mendengar kalau dulu dapat banyak, mungkin mekanismenya yang salah. Sekarang, kita benahi. Tetapi, seluruh shohibul qurban kalau minta diberi toh. Ada yang minta kepala, minta buntut, minta tetelan minta paru atau apapun. Tak ada yang ditolak oleh panitia selama barang masih ada,” kata Bendahara Panitia Idul Kurban Masjid Asy-Syifa Hendra Winardi.

Justru kata Hendra, panitia menunggu hingga akhir. Kalau ada sisa ya Alhamdulillah. Tetapi, jika tak ada ya tetap bersabar. Namanya juga panitia untuk mendapat amanah kerja shohibul qurban, sehingga yang diurusin banyak pihak.
“Tetapi kerja panitia keren. Makanya menggunakan badge dan tujuannya untuk memantau petugas,” ujar Hendra yang menilai keliru jika ada penilaian menyaksikan hewan kurban harus menggunakan badge tetapi di bagian pemotongan ibu-ibu dan panitia saja seraya jika ada yang minta badge diberi.
Sejumlah shohibul qurban menilai, kerja panitia tahun ini lebih baik. Dan, diharapkan dipertahankan tetapi sejumlah koreksi tetap dinilai baik.

“Kami akan evaluasi lewat rapat untuk perbaikan. Mohon maaf jika masih ada kekurangan karena kita semua manusia ada khilafnya. Semoga di tahun mendatang lebih baik, lebih menggunakan manajemen distribusi dan pemotongan lebih baik,” kata Rudi Rahmadi, Yoni Supriyono, Haidir, Hendra, Ali Umri dan seluruh panitia.
Dua ketua RT baik 38 dan 39 Sihombing dan Neneng Zulaiha pun memberi apresiasi panitia. Kalaupun ada kekurangan dianggap wajar. Sebab, namanya mengurusi ‘banyak kepala’ dan banyak karakter.
“Bisa toh dievaluasi di tahun mendatang. Kalau ada masukan biasa, namanya warga ragam karakternya. Aku pun cerewet toh untuk kebaikan,” kelakar Neneng Zulaiha yang terus memberi apresiasi panitia.
Yang tak kalah seru ‘Tim Dedy’ yang melakukan clear up atau pembersihan bekas darah kurban. Juga tim konsumsi di bawah kepemimpinan Hj Yatti. Sigap, dan cekatan sehingga seluruh pekerjaan tuntas.
Akhirnya panitia menyampaikan: Mohon Maaf Lahir dan Batin. Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak termasuk shohibul qurban. (gt)