TINTAKALTIM.COM-Ada semangat, doa dan harapan. Itu yang tergambar. Seolah jadi ‘sketsa kehidupan’ untuk melawan dengan nalar rasional. Kerja jadi ibadah tapi semuanya tetap semangat meraih berkah.
Duduk, berpikir di kamar, kantor atau di mana pun. Di sisi lain, terlihat karyawan bekerja. Tujuannya, kalkulator untuk menghitung revenue tak boleh tekor. Meski itu berat, tapi harus tetap punya tekad kuat.
Semangat itu lahir, karena ada keperluan secara darurat yang tak boleh hilang dan sifatnya jangka pendek yakni income dan itu dipergunakan ‘menyambung hidup’, sehingga kerja keras pun tetap dilakukan. Itulah, nuansa aktivitas kerja dalam usaha perhotelan tepatnya Blue Sky Balikpapan.
Sosok semangat itu lahir dan dilecut seorang General Manager (GM) Novriwendi R Tamim. Diawali dari adaptasi kebiasaan baru atau disebut new normal dengan mengaktifkan bisnis perhotelan.
“Kita tak boleh putus asa. Sambil berdoa terus berusaha. Ini pandemi covid-19 yang menghantam kehidupan manusia belahan dunia termasuk usaha harus diinjeksi dengan semangat untuk bangkit,” kata Novriwendi.

Setiap hari ia harus ceria, semangat. Sebab situasinya ‘ambyar’ sehingga harus move on. Selama 3 bulan hotel tak beroperasi, karyawan dirumahkan, hingga di saat new normal tak ada kata lain: bangkit dan semangat melalui situasi ini.
Itulah yang mengilhami Novriwendi bersama stafnya mengangkat tema ultah hotel ke-47 pada 23 September 2020 mendatang dengan We Rise Up by Lifting Other (Kita Bangkit dengan Mengangkat yang Lain).
Tak mungkin Blue Sky ‘lari’ sendiri. Sehingga kata Novriwendi, harus terikat pada bisnis lainnya. Karena, bisnis perhotelan bergantung pada pertumbuhan ekonomi ragam sektor seperti pariwisata, manufaktur dan sebagainya. Sehingga, bangkitnya Hotel Blue Sky juga harus sinergi dan didukung bangkitnya ekonomi lainnya.
“Filosofi tema itu adalah, ketika kita maju di usia 47 tahun. Nah, kemajuan kita ingin kita transfer knowledge atau mengangkat lainnya. Karena, orang lain entah itu relasi, customer sudah ikut membesarkan Blue Sky,” urai Novriwendi.

Jika ada pertumbuhan sektor lain, maka ada akomodasi yang muncul dari orang lain dan hotel ikut terangkat. Demikian juga, jika penerbangan bangkit, maka perhotelan akan mengikuti.
Kalau dicermati, sebenarnya banyak hotel di Indonesia mengibarkan bendera putih. Mereka tak sanggup lagi untuk bertahan karena arus kas setara kas yang sulit untuk melakukan cost recovery.
“Makanya, kita genjot semangat bangkit itu dengan membuat sejumlah program. Itu pun masih berat kendati sewa kamar pun kita sudah murah,” ujar Novriwendi.
Novriwendi dan superteamnya, terus bergerak, berpikir bagaimana mendapatkan customer dan aktivitas hotelnya berjalan. Langkahnya, mencoba menerapkan konsep kolaborasi virtual yang dijadikan interaksi dengan pelanggan. Kuncinya, bisnis hospitality mampu meraup amunisi.
Tim sales & marketing bergerak. Tele marketing pun dilakukan, agar dapat terhubung dengan tamu-tamu dan relasi baik secara corporate maupun pribadi.

“Kami bersama tim tergerak melakukan langkah-langkah digitalisasi untuk menawarkan layanan dan pengalaman serta kelebihan hotel pada pelanggan. Alhamdulillah berjalan,” ungkap Novriwendi.
Memang diakui, bisnis perhotelan terpukul tajam. Tingkat okupansi anjlok yang implikasinya pendapatan pun seret. Banyak perhotelan berhenti operasi karena penghasilan drop tadi.
Novriewendi putar otak. Jualan kamar secara online, dan menjual food delivery dan paket menginap. Food delivery atau layanan pesan antar sebetulnya tak bisa menghasilkan banyak pendapatan hanya untuk sekadar menutup biaya operasional hotel. Itu dilakukan agar hotel tetap beroperasi.

Novriewendi tak pernah berhenti. Ia akui, dampak covid-19 memang di luar imajinasi paling liar sekalipun sangat memukul ekonomi menuju krisis. Jika tahun-tahun sebelumnya, ia sukses meraup laba operasi akhir tahun sangat fantastis, tapi ini diakuinya sangat berat. Kendati dia dan stafnya sudah ‘berjibaku’.
“Saya berharap, tema We Rise Up by Litfing Others atau bangkit itu menginspirasi semua orang dan khususnya pelaku perhotelan serta karyawan Blue Sky bahwa situasi tidak akan selamanya kelam. Pasti akan selalu ada cahaya di ujung lorong krisis yang paling gelap sekalipun. Kata Chrisye dalam lagunya, badai itu pasti berlalu,” ungkap Novriwendi optimistis.
Novriwendi dan tim, sejauh ini telah membuat program dengan menyiapkan strategi bisnis komprehensif. Tentu secara internal, morning meeting dimanfaatkan untuk membuat proyeksi dan menindaklanjuti realisasi.
Ia selalu mencermati manajemen pendapatan dengan ketat. Sehingga, optimalisasi biaya dapat dilakukan selain memastikan manajemen SDM dan dukungan infrastruktur. “Kami berpikir keras bagaimana menghindari kerugian lebih lanjut seraya mencari sumber pendapatan baru dan mempertahankan stabilitas arus kas,” urai Novriwendi.
Ia contohkan, ada relasi yang ingin memanfaatkan event dinner dengan menggunakan Golden Palace Restaurant. Hanya secara kuantitas tidak meng-cover biaya. Justru, jika dilakukan menimbulkan kerugian.
“Makanya saya menawarkan di tempat lain. Tak kalah elegant dan tetap didukung protokol kesehatan. Al hasil, event itu terselenggara,” ungkapnya.
MENANGKAP PELUANG
Ada semangat menuju perayaan ultah Blue Sky ke-47. Hanya, Novrie –akrab dipanggil—juga mengingatkan kepada seluruh karyawan di ragam divisi untuk mampu menangkap peluang. Sejumlah pos biaya wajib diminimalisasi. “Pokoknya caranya bagaimana harus dilakukan. Karena, owner hotel pun menuntut agar ada biaya efektif dengan pelanggan yang dapat menghasilkan revenue,” urai Novrie, itu dilakukan sebab kondisinya tak normal.
Novrie mengakui, situasi dia memimpin hotel sangat berbeda. Hanya, ia mengajak seluruh karyawan tidak putus asa. Dengan tetap mengikuti anjuran pemerintah dalam menjalankan aktivitas seperti protokol kesehatan.

Ada sisi kecerahan di saat awal new normal. Dirinya membuat aturan yang jadi Standar Operasional Prosedur (SOP) internal kaitan protokol kesehatan hotel di saat pandemi. Ini harus dipatuhi seluruh tamu, staf, karyawan hotel, supplier, vendor.
“Tentu, Blue Sky dikenal dengan food & beverage, sehingga langsung ada event dan tamu yang menginap. Kita juga diuntungkan dengan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan Pertamina, sehingga event digelar di Hotel Blue Sky. Dipilihnya hotel karena dekat lokasi proyek dan sangat ketat menerapkan protokol kesehatan ketat,” ujar Novrie.
Hanya Novrie pun jadi bingung, sejalan dengan aktivitas razia masker dan sejumlah tempat nongkrong, itu berdampak pula ke hotel. Biasanya ada saja aktivitas dinner dengan keluarga di hotel, tetapi ini agak berkurang.
“Semoga sejumlah kebijakan dari pemerintah tetap memberikan win-win solution bagi bisnis perhotelan. Kalau ditanya kaitan protokol kesehatan, Blue Sky sangat ketat dan patuh. Apalagi nanti juga akan diberlakukan jam malam. Tentu, ini juga setidaknya berpengaruh. Tapi, kami tetap mendukung,” ujarnya.
Dari masuk hotel sudah diperiksa dengan thermo-gun. Jika suhu tinggi, maka tidak boleh masuk. Tamu juga tak boleh check-in jika belum mengikuti prosedur itu. Tempat-tempat yang berhubungan dengan aktivitas event, harus menerapkan physical distancing. “Kita siapkan pula hand sanitizer. Bahkan, penyemprotan disinfektan juga dilakukan di internal dan kerjasama dengan pihak lain,” ungkapnya.
Di usia 47 tahun, karena Blue Sky berdiri tahun 1973 dan sekarang berada di bawah naungan Blue Sky Group yang tak hanya hotel saja tetapi ada bisnis airport lounge, residence, café & restaurant.
“Kami banyak program yang tentu untuk konsumen pada ultah ke-47. Dan, terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung Blue Sky Hotel sehingga dalam situasi sulit, tentu kami akan terus survive,” kata Novrie sambil menambahkan, sejumlah agenda promo akan diberikan kepada konsumen. 47 th, Anniversary Blue Sky Hotel. Wishing you the best on your business. (git)