TINTAKALTIM.COM-Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Balikpapan KH Solehuddin Siregar meminta kepada seluruh pengurus masjid di kota ini untuk memperhatikan hewan kurban. Khususnya pada saat melakukan penyembelihan di saat Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Minggu (11/8).
“Penyembelihan harus sesuai syariat Islam (syar’i), karena ini menyangkut hewan yang dikurbankan. Catatannya harus halal dan baik,” kata Siregar saat membuka acara bimbingan teknis (bimtek) cara memilih hewan kurban sehat dan penyembelihan secara syar’i di Hotel Sagita-Horison, belum lama ini.
Bimtek itu bekerjasama dengan AW-Techno dan dihadiri seluruh pengurus DMI kecamatan, takmir masjid di Kota Balikpapan. Tujuannya agar pengurus masjid mendapatkan pengetahuan bagaimana memilih hewan kurban yang sehat, halal dan tidak cacat.
Siregar mengatakan, momentum Idul Adha harus dimanfaatkan untuk pengurus masjid memperhatikan bagaimana cara penyembelihan yang benar. Sehingga, hewan kurban yang dikurbankan benar-benar layak. Layak fisiknya dan halal. “Makanya bimtek digelar, kendati ini sifatnya edukasi,” ujarnya.
Dalam acara itu, bagaimana penyembelihan secara syar’i disampaikan Ustaz Muslih Umar Spd. Ia menyebut, hewan kurbannya harus sapi, kambing, domba atau unta. “Intinya memilih hewan kurban ya harus sehat. Tidak buta sebelah matanya, pincang atau kurus,” kata Muslih Umar.
Dalam konteks syari’i, hewan kurban yang disembelih harus terjadi pada waktu yang telah ditentukan. Tentu setelah salat Idul Adha dan batas penyembelihan akhir pada saat terbenam matahari 13 Zulhijah atau masih masuk Hari Tyariq (11, 12 dan 13 Zulhijah). Kalau lewat waktu itu, bukan syar’i namanya, karena aturan Rasulullah tidak ada,” tambah Muslih Umar.
Sementara itu tim AW Techno banyak menyampaikan hal teknis. “Kami hanya ingin sharing, agar bapak-bapak pengurus masjid mengetahui memilih hewan kurban yang sehat. AW Techno punya 1.000 ekor yang kualitasnya baik,” ujar Direktur AW-Techno Ir Agus Wahono
Secara teknis dalam acara bimtek itu dijelaskan bagaimana memilih hewan kurban dengan metode Body Condition Scoring (BCS). Cara ini adalah untuk menentukan dan mengukur tingkat kegemukan pada hewan. Tentu tekniknya dilihat dari aspek klinik yang diukur adalah berat badan.
Tim teknis AW-Techno memaparkan, bahwa BCS lebih menguntungkan pihak-pihak yang memilih hewan kurban untuk dikurbankan. Skornya pun dari 4 sampai 9. Sehingga, bisa diketahui hewan seperti sapi yang kurus, sedang dan gemuk. “Istilahnya memang teknis tapi kunci utamanya harus bebas dari penyakit menular atau tidak menular,” kata drh Joko, tim teknis AW-Techno.
Pengurus masjid yang akan membeli hewan kurban kata Joko, harus memperhatikan berat badan optimum dan hewan kurban sudah dicek kesehatannya oleh kantor karantina hewan. Ia juga menjelaskan, bagaimana memeriksa hewan kurban secara BCS dengan melihat pangkal ekor, pin, backbone dan lainnya. “Itu istilah teknis, tapi istilah itu bisa dicermati dengan melihat fisik hewan kurban,” tandas Joko.
Ia mencontohkan, sambil memperlihatkan slide gambar sapi, Joko menyebut jika tulang pinggul sedikit terlihat, rusuk secara umum tidak terlihat, maka nilainya dapat dipastikan rendah. “Itu contoh saja, kalau mau melihat fisik bisa berkunjung ke lokasi di Waru Kabupaten Penajam Paser Utara,” ujarnya. (git)