TINTAKALTIM.COM-Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal daerah pemilihan Provinsi Kaltim, Dr Rendi Susiswo Ismail SE SH MH menyebutkan, pembinaan karakter di Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) bisa jadi proyek percontohan (pilot project). Karena, sangat masif dilakukan dan masuk dalam kurikulum bahan pengajaran.
Menurut Rendi, eksistensi pondok pesantren (ponpes) sebagai lembaga pendidikan Islam sudah menjadi solusi kebutuhan masyarakat khususnya orangtua dalam membina dan mendidik akhlak serta karakter anak-anaknya.

“Saya melihat LDII dalam melakukan pendidikan sudah on the track khususnya sangat concern dengan mencetak karakter untuk masa depan. Dan sudah jadi sistem bahkan dikelola secara profesional,” kata Rendi saat bersilaturahmi dengan jajaran pengurus LDII Balikpapan di Ponpes Bairuha medio Februari 2024 belum lama ini.
Rendi saat berkunjung ke Ponpes Bairuha diterima Ketua LDII Balikpapan H Herry Fathamsyah SE, Wk Ketua Laode Beni, Ketua Yayasan Tri Sukses Generus Balikpapan H Munawar Cholil dan sejumlah pengurus lainnya bahkan sempat pula meninjau sejumlah bangunan yang ada di lingkup Ponpes Bairuha.

Rendi yang dikenal memiliki komitmen dalam memajukan dunia pendidikan dan sangat ‘bertangan dingin’ ini, berhasil mengembangkan Universitas Balikpapan (Uniba) yang sekarang menjadi universitas swasta terbaik di Provinsi Kaltim.
Bahkan ia dipercaya menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi (Yapenti) Uniba dan ketika amanah itu diberikan kepadanya, kini Uniba yang terletak di Jalan Pupuk Balikpapan maju pesat. Saat ini ia bersama timnya mengembangkan fakultas kedokteran.
“Saya ikut berjuang agar moratorium(penundaan) fakultas kedokteran itu dicabut. Sebab, di Kaltim sejalan dengan dibangunnya Ibu Kota Negara (IKN), maka sangat mendorong perguruan tinggi membuka program studi kedokteran. Dan Uniba pun saat ini membuka fakultas kedokteran,” kata Rendi di hadapan pengurus LDII Balikpapan.

Menurut Rendi, sejumlah universitas sempat terkendala untuk membuka fakultas kedokteran karena ganjalannya pada moratorium yang diberlakukan sejak tahun 2016. Tetapi, ia berjuang bersama rekan seperjuangan universitas akhirnya berhasil dicabut moratorium itu.
“Akhirnya setiap provinsi mulai diwajibkan untuk memiliki fakultas kedokteran. Sebab, di provinsi Kaltim pun kurang dokter spesialis,” ujar Rendi
Syaratnya kata Rendi memang panjang. Tetapi, Uniba sekarang ini sudah bekerjasama dengan rumah sakit (RS) untuk pendidikan di Kaltim. “Ini saya sampaikan karena diri saya sangat peduli akan pendidikan anak-anak Kaltim termasuk di LDII,” ungkap Rendi.

Menurut Rendi, ke depan LDII harus dikembangkan menjadi pusat percontohan. Sebab, sejauh ini sudah melakukan program pendidikan yang sudah seharusnya pemerintah hadir di dalamnya untuk memberi kualifikasi terkait pembinaan karakter.
Dikatakannya, dirinya maju sebagai calon anggota DPD Kaltim pun, karena dilatarbelakangi dengan misi untuk memajukan dunia pendidikan di Kaltim. “Tentu, ini visi dan misi saya. Sebab, saya orang pendidikan. Saya berjanji untuk memperjuangkan dunia pendidikan di Kaltim maju dan setera dengan daerah lainnya. Bahkan menjadi world class,” ujar Rendi yang pernah pula nyantri di LDII ini.
Menurut Rendi, LDII dan dirinya sebanarnya punya camestry. Karena, dulu dirinya pun pernah belajar di LDII dan mempelajari program LDII bahkan sempat diskusi dengan para petinggi di LDII Pondok Labu Jakarta.
“Saya ini sebenarnya santri LDII. Hanya, tidak tamat karena banyaknya kesibukan. Santri yang ‘nakal’ dikit begitu,” kelakar Rendi disambut tawa jajaran pengurus LDII saat bincang di VIP Room Ponpes Bairuha.

Bagi Rendi, spirit anak muda di LDII juga tinggi. Ia memberikan apresiasi karena ditempa dengan kegiatan ekstrakurikuler seperti pencak silat, olahraga dan pengembangan kreativitas lainnya. Bahkan, Rendi pun bercerita kaitan pengembangan pencak silat ASAD yang dikenal sebagai perguruan seni bela diri dengan aliran silat cimande, garuda mas, kunto dan lainnya.
“Ya kebetulan saya dipercaya menjadi Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Balikpapan, sehingga paham sekali kaitan silat ASAD itu,” urai Rendi yang juga Direktur Rendi Institute ini.
Rendi memang seorang organisatoris. Ia pernah menjabat selaku Ketua HMI Balikpapan, Sekretaris ICMI Balikpapan, Sekretaris Gapensi, Ketua KPU Balikpapan, Ketua Kadin Balikpapan, Ketua Kosgoro Kaltim dan mantan Ketua KNPI Balikpapan selama 2 periode.
“Saya silaturahmi ke LDII ini untuk juga mendapat informasi kemajuan yang sudah dibangun LDII. Khususnya di dalam mengembangkan karakter anak bangsa,” ujar Rendi yang mengusung calon DPD Kaltim nomor 16 ini.
KOLABORASI
Sementara itu Ketua LDII Balikpapan Herry Fathamsyah menegaskan, kehadiran Rendi Susiswo Ismail ke LDII jadi spirit untuk menjalin kolaborasi di bidang pendidikan. Sebab, Rendi dinilainya sarat dengan kemampuan pengembangan pendidikan.
“Kami atas nama pengurus berterimakasih Pak Rendi bisa silaturahmi. Sebab, ini langkah awal untuk menyamakan persepsi bahwa pendidikan anak bangsa khususnya di bidang karakter yang dikembangkan LDII bisa ditindaklanjuti,” kata Herry.

Herry menambahkan, pendidikan karakter di LDII menjadi skala prioritas. Sebab, hasil akhir yang ingin dicapai adalah mencetak SDM yang profesional dan relegius. “Dua karakter ini kita padukan. Dan sudah jadi sistem yang harus bekerjasama dengan multi-stakeholder lainnya,” ujar Herry.
Hal senada juga disampaikan Laode Beni dan Munawar Cholil. Yang menilai, gagasan atau ide cemerlang Rendi Ismail sangat tepat dengan program-program yang digencarkan di LDII.
“Pendidikan itu ada yang basis agama dengan mencetak karakter. Dan ini sudah jadi role model di LDII. Makanya, kita semua sepakat dan mendukung gagasan Pak Rendi,” kata Laode dan Munawar.
Silaturahmi Rendi diakhiri dengan meninjau Masjid Luhur di Ponpes Bairuha dan melihat bantuan tempat penginapan yang direalisasikan Kementerian PUPR. (gt)