TINTAKALTIM.COM-Selain memikirkan air baku, jajaran direksi dan dewan pengawas (dewas) juga fokus menurunkan non revenue water (NRW) atau angka kehilangan air. Targetnya, dari 33 persen menjadi 29 persen. Ini merupakan program kerja Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) atau PDAM tahun 2024-2030 mendatang.
Direktur Utama PTMB (PDAM) Yudhi Saharuddin mengatakan, penurunan NRW menjadi program strategis karena, itu upaya efesiensi. Karena, selisih pengukuran antara jumlah air yang dikirim dan jumlah air yang tercatat pada meteran, akan sangat merugikan perusahaan.
“NRW tinggi maka mengurangi pendapatan (income). Makanya, kami sepakat agar seluruh pegawai PDAM konsentrasi menurunkan NRW ini,” kata Yudhi di hadapan puluhan wartawan saat jumpa pers, Minggu (3/06/2024) di Gedung Tirta Graha kawasan Ruhui Rahayu.

Yudhi didampingi Kepala Bappeda-Litbang Hj Murni, Ketua Dewan Pengawas (Dewas) PDAM Agus Budi Prasetyo dan stafnya menyampaikan program untuk tahun 2024-2030 PDAM itu yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang.
Menurut Yudhi, selain kehilangan air fisik, ada juga non-fisik seperti adanya sejumlah pihak yang tidak bertanggungjawab melakukan pencurian air (ilegal connection). Dan, ini sudah diamati di lapangan untuk dicarikan solusi.
Hanya selain fokus penurunan NRW, di tahun 2024 ini kata Yudhi, akan membuat regulasi memasang tandon-tandon di wilayah sulit jangkauan dan bekerjasama pemanfaatan sumur warga dan penambahan kapasitas IPA dengan mengoptamilisasi reservoir
“Di tahun 2025 nanti baru dilakukan desalinasi air payau, desanalisasi air laut serta revitalitasi sumur dan penambahan sumur baru dan juga pemasangan sistem Scada di seluruh IPAM yang ada milik PDAM,” ujar Yudhi.
JARINGAN
Sementara itu revitalisasi jaringan pipa PDAM kata Agus Budi Prasetyo tetap dilakukan, karena itu juga merupakan program dari PTMB (PDAM).
“Jariangan pipa transmisi ini penting untuk peningkatan air ke pelanggan. Sebab, ini program lama yang harus segera dieksekusi,” kata Agus Budi.

Revitalisasi kata Budi, sangat mendesak sebab pipa yang tertanam sudah usang dan keropos. Makanya, sering rentan memicu kebocoran, standar pipa juga sudah tidak sesuai karena dulu dipasang atas program hibah Bank Dunia yakni Kalimantan Urban Development Project (KUDP).
Dengan revitalisasi pipa ini kata Agus, juga dapat menekan angka kebocoran dan implikasinya pada penurunan NRW, sehingga dapat memberi kontribusi peningkatan debit dan tekanan ke pelanggan, pada gilirannya air dapat digunakan untuk kepentingan pelanggan lainnya. (gt)