TINTAKALTIM.COM-. Tak mudah menjaga kepercayaan. Kuncinya transparan, jujur dan menjadikan orang-orang yang terlibat adalah saudara. Termasuk mengurus koperasi yang bergerak dalam bidang simpan-pinjam.
Merangkul anggota dan bermanfaat melihat dari berbagai sisi. “Kuncinya koperasi harus bermanfaat. Diajak juga agar anggota itu seperti keluarga. Tahu hak dan kewajibannya. Bukan nasabah. Sehingga, sama-sama enak,” cerita Ketua Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Kowapi) Balikpapan Hj Suharti MBA kaitan koperasi karyawan Kowapi yang dikelolanya.
Kepercayaan itu, datang dan dijalankan Suharti. Ia sudah 25 tahun malang-melintang mengurusi ibu-ibu yang membutuhkan bantuan. Tentu bantuan usaha dan lainnya. Apalagi di era pandemi covid-19, pengambilan dari koperasi melonjak seiring tekanan kondisi ekonomi dan faktor sentimen dari sejumlah kasus gagal bayar.
“Ada yang datang. Dia pengusaha usaha mikro dan kecil (UMK). Kita melihat penjelasannya perlu dana bergulir agar dapat menjalankan usahanya yang stagnan. Ini harus dibantu. Asalkan komitmen kedua belah pihak disepakati,” urai Suharti, istri pengusaha H Andri Syarifuddin yang dikenal rendah hati (humble) ini.

Suharti dan stafnya Ita Masitah harus sedikit ‘cerewet’ jika urusan pinjam-meminjam. Bukan membuat regulasi ribet, tetapi ini persolan komitmen. Karena, jika merasa menjadi anggota, maka dia akan patuh ketentuan. Punya semangat sama-sama membesarkan koperasi.
“Seluruh anggota saya anggap anak sendiri. Nah, analoginya anak itu harus patuh dan nurut hal-hal baik orangtuanya. Saya melihatnya, anggota dan pengurus itu bagian dari pola kerja superteam. Sehingga, tidak ada yang merasa ‘dihantui’ perasaan yang macam-macam,” ujar Suharti ditemui di ruang kerjanya, beberapa waktu lalu.
Perasaan yang muncul dalam persepsi bahwa pengurus koperasi ‘judes’ dan atribut lain yang diarahkan, sebenarnya keliru. “Koperasi itu kan organisasi kekeluargaan. Nah, kalau pengurus mengingatkan tanggung jawab itu sah-sah saja toh. Ingatkan antara ibu dan anaknya,” urai Suharti kaitan program simpan-pinjam yang dikelolanya sangat sukses.
Sarananya sekarang mudah. Ada jalur komunikasi menggunakan aplikasi WhatsApp (WA) group. Sehingga, hal-hal yang berurusan dengan anggota dapat disampaikan. “Diingatkan batas jatuh tempo atau lewat untuk setoran. Supaya semua punya kesadaran bersama. Kalaupun telat tak masalah, asalkan berkomunikasi,” ujarnya.

Sebab kata Suharti, ada anggota yang cuek. Di WA tak dibalas, ditanya tak dijawab. “Padahal, saling mengingatkan toh. Ini yang perlu dibangun kesadaran sebagai keluarga besar koperasi,” ungkapnya.
KENDALA
Menurut Suharti, mengelola koperasi harus sabar. Tak semuanya berjalan mulus. Ia dibantu stafnya Ita Masitah yang sangat rajin, ulet dan regulatif merangkap kasir. “Ya kendalanya kalau ada yang macet. Ada pula yang tiba-tiba menghilang. Padahal pinjamnya dengan nominal besar,” kata Suharti dengan nada senyum.
Suharti mengatakan, koperasi yang dipimpinnya sangat berguna. Tidak boleh mengalami persoalan yang serius. Jika ingin besar dan berjalan sehat, anggota juga harus mengetahui kewajibannya. “Saling kerjasama, istilahnya sinergi antara anggota dan pengurus. Anggap koperasi itu juga ‘ladang amal’ dan ‘ladang kehidupan’,” urai Suharti secara filosofi.

Suharti menjelaskan, rapat anggota tahunan (RAT) beberapa bulan lalu sudah membukukan Sisa Hasil Usaha (SHU). Berkisar Rp500 juta lebih. “Dan Kowapi itu sehat. Dan tidak ada utang. Bahkan, kita pernah dapat dukungan modal Rp1,5 miliar. Tetapi, berkembang hingga memiliki ruko dan disewakan sebagai aset,” kata Suharti dibenarkan Ita Masitah.
Pesan Suharti, jika anggota ingin menjadikan Kowapi sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah dan berusaha, maka komitmen, kebersamaan dan juga kepercayaan saling dijaga. “Ini kan usaha kepercayaan yang sifatnya keluarga. Ayo terus jaga kekompakan,” pungkas Suharti, ibunda anggota DPRD Balikpapan H Andi Arief Agung dan dikenal cukup ulet berorganisasi kendati mendekati usia lanjut. (gt)