Penulis: Munir Asnawi
TINTAKALTIM.COM-Poli maupun klinik urologi di Kota Balikpapan makin sering dikunjungi pasien penderita kelainan pada saluran kemih dan genital. Terkadang juga pada organ reproduksi seperti penis, testis dan kelenjar prostat. Ujungnya berakhir dengan tindakan di meja operasi.
“Kasus batu ureter tergolong cukup banyak, begitu juga dengan lainnya,” ujar dokter spesialis urologi Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), Dr. Eddy Sunarno Sp.U, baru-baru di ruang kerjanya Poli Urologi RSPB.
Dia tidak merinci dengan pasti, berapa banyak pasien penderita batu yang terbentuk dari deposit mineral berlebih itu setiap hari dan minggu yang ditangani di poli urologi RSPB, namun ruang kerjanya silih berganti kedatangan pasien baru dan lama.
Disebutkan, ada beberapa penyebab terbentuknya batu ureter, kasus kelainan pada saluran kemih dan kasus pada organ reproduksi. Karena pola makan, gaya hidup, sejarah keluarga dan asupan air yang kurang.
“Pola makan harus teratur dan seimbang. Protein, karbohidrat, vitamin, lemak, mineral dan lainnya harus cukup dan seimbang berdasarkan pada kebutuhan tubuh. Jangan berlebih, tapi juga kurang. Yang berlebih selalu tidak baik untuk kesehatan tubuh,” kata Eddy mengingatkan.
Pola makan teratur dan seimbang, sebut dia, bukan hanya untuk mencegah kasus batu ureter, genital dan alat reproduksi manusia, tetapi juga penyebab timbulnya penyakit lainnya.
Terkait gaya hidup, dia mengatakan, siapapun butuh olahraga, relaksasi dan istirahat yang cukup. Penting untuk menjaga agar tubuh tetap bugar dan sehat. Tetapi olahraga harus memperhatikan ketahanan tubuh dan usia. Pada usia tertentu harus menghindari olahraga yang berat, cukup berjalan kaki teratur.
Begitu juga, ujar Eddy, kurangnya asupan air ke dalam tubuh. Bukan hanya berakibat pada dehidrasi, buntutnya air urin akan berubah menjadi pekat. Membuat kotoran atau deposit mineral menumpuk di ginjal, juga di buli. Bila mengeras akan membentuk batu ureter atau batu buli.
“Bila asupan air cukup, maka akan melarutkan deposit mineral, lalu terbuang bersama dengan ke luarnya air seni,” imbuhnya, sembari menambahkan manfaat air minum bagi tubuh.
Sementara sejarah keluarga, katanya, apakah ada kesamaan dan bawaan dari pihak keluarga, walaupun kasus ini bisa diatasi dengan pola dan gaya hidup teratur.
Eddy Sunarno menyebutkan, keempat faktor penyebab pembentukan batu ureter dan kelainan saluran kemih lainnya saling terkait. Untuk mencegah pembentukan batu ureter dan kelainan pada saluran kemih, maka siapa saja harus menjaga asupan makan dan minum, berolahraga teratur, istirahat teratur, dan menghindari gaya hidup yang berlebih dan menyimpang.
Diuraikan, batu ureter mupun batu buli bisa terulang kembali. Dalam arti, bahwa batu tersebut bisa terbentuk kembali pada pasien yang telah menjalani tindakan sebelumnya. Dianjurkan, agar pasien harus menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga teratur, asupan makanan seimbang dan teratur, juga menjaga asupan air yang cukup.
TANPA SAYATAN
Dokter spesialis urologi yang selalu ramah pada pasien ini meyakinkan, bahwa tindakan terhadap penderita batu ureter dan kelainan saluran kemih saat ini, tidak harus dengan sayatan atau non-invatif bagian tubuh. Kebanyakan ditangani dengan alat pemecah batu yang dinamakan litotriptor.
Litotriptor membuat gelombang kejut yang tinggi energi elektromagnetik, hingga batu ureter maupun batu buli, yang acap disebut batu marin pecah menjadi butiran kecil dan ke luar bersama dengan ke luarnya air seni.
Prosesnya, adalah pasien di bius dari batas pinggang hingga kaki terlebih dahulu. Lalu dokter memasukkan kateter ke saluran pembuangan air kemih menuju kantung kemih, lantas litotriptor di masukkan ke saluran kateter. Alat yang ujungnya terpasang penghancur batu mendekati batu ureter/buli.
Lantas ujung yang kerjanya mirip tokoh kartun woody woodpeaker memancarkan gelombang ultrasonik maupun elektrohidrolik atau sinar laser disertai daya kejut tinggi, hingga batu ureter pecah menjadi bagian terkecil yang larut dalam kantung kemih. Serpihan batu ke luar bersama air kencing.
“Lamanya pemecahan batu tergantung seberapa besar batu yang akan dipecah, berapa tingkat kekerasannya, serta letak batu. Untuk batu yang cukup keras dan besar, yang digunakan adalah sinar laser,” ungkap Eddy.
Menjawab pertanyaan, apakah tiap rumah sakit memiliki litotreptor? Eddy mengatakan, berdasarkan banyaknya kasus batu ureter dan kelainan pada saluran kemih di Kaltim sebagian besar sudah memiliki, terutama rumah sakit tipe A. “Memang belum semua. Tapi RS tipe A rata-rata punya,” katanya sambil menyebutkan, investasi litotreptor dan biaya perawatannya cukup besar. ***