TINTAKALTIM.COM-Ada yang menarik pada perayaan maulid Nabi Muhammad SAW 1434 H di Masjid Jami Al-Ula Kampung Baru Balikpapan Barat. Dalam masjid, muncul ‘Kapal Ribuan Telur’ yang didesain cukup apik dan menarik.
Kapal itu dihias dengan pernik-pernik kertas warna-warni tetapi ribuan telur digantung mengelilingi yang jumlahnya nyaris sekitar 3.000 butir. Kapal buatan itu bertuliskan PL Berkah Mutiara Perjuangan Doa Masyarakat Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW RT 07 Baru Ulu.
Hiasan itu secara tradisi banyak sebutannya, ada yang menyebutnya tiri, maudu dan lainnya. Intinya tradisi itu sudah berjalan bertahun-tahun. “Kalau di Masjid Al-Ula tidak ada nama. Sebutannya ya telur hias. Sebab, masjidnya semua etnis suku ada. Ya ada Mandar, Makassar, Sinjai, Barru, Jeneponto bahkan Jawa dan Banjar. Jadi namanya ‘telur bhineka tunggal ika’,” kata Sekretaris Umum Masjid Al-Ula H Aswad menjelaskan rangkaian telur yang dihias itu.
Sejak menjelang Ashar telur hias itu sudah ada. Sehingga, jamaah yang salat menjadikan spot foto dan dishare ke sosial media (sosmed). Apalagi dari pantauan media ini, ada sekitar 20 ‘pohon telur’ itu didatangkan dari kontribusi warga. Coraknya beragam dan warna-warni membuat suasana jadi indah. Ada merah, hijau, unggu yang didesain masing-masing sesuai selera pemiliknya.
Aswad mengatakan, anak-anak riang-gembira ketika perayaan maulid dilakukan. Wajar, karena ingin mendapatkan telur. Dan telur sendiri maknanya pun beragam. “Telur itu makanan enak, kalau mengkonsumsinya untuk menguatkan tubuh, jadi sumber protein terbaik. Cocok untuk anak-anak,” cerita Aswad.
Dijelaskan Aswad, maulid bertujuan untuk lebih dapat menimbulkan rasa kecintaan kepada Rasulullah SAW sebagai aktualisasi mahabbah (rasa cinta dan sayang). Karena, Aswad yakin pada hadist siapa yang mencintai Rasulullah akan bersama Baginda Rasul di surga.
UKHUWAH UTAMA
Dalam kaidah filosofi, telur juga mempererat persaudaraan. Karena, ada simbol cangkang telur, telur putih dan kuning.
“Itu makna ukhuwah. Dan di Masjid Al-Ula ada sejumlah mahzab atau aliran, ya sekitar 7 begitu. Tetapi, mereka kita akomodir intinya mau jamaah dan memakmurkan masjid. Tak perlu untuk membuat perbedaan,” urai Aswad.
Sebagai pengurus masjid, Aswad tak ingin ada perbedaan kuat (khilafiyah), karena sampai kiamat tak pernah berakhir. Kuncinya, mau berjamaah, menjaga persaudaraan. “Kalau imamnya pakai qunut, kita ikut pakai, tetapi kalau nggak ya nggak pakai juga. Sederhana toh beragama itu. Tak perlu dibesar-besarkan perbedaannya. Kuncinya persamaan, sama-sama memakmurkan masjid,” ujarnya.
Masjid Al Ula kata Aswad, pelopor berdirinya bangunan masjid-masjid lainnya di Balikpapan. Karena usianya sudah ratusan tahun sejak pemerintahan Belanda. Dan, tradisi hiasan telur sejak dulu dilakukan.
“Kalau anak-anak minta telur, harus kita beri. Itu makna maulid. Tujuannya, agar anak-anak cinta dan mau ke masjid. Sebab, mereka adalah generasi mendatang yang ikut memakmurkan masjid,” ungkapnya.
Setiap ada kegiatan, di Masjid Al-Ula selalu ramai. Tetapi, Aswad menyebut jangan dibandingkan dengan masjid di lingkungan lainnya. Misalnya kompleks elit. Karena, di Kampung Baru penduduknya juga beragam pehamahaman agamanya.
“Masjid Al Ula ini, kami memang membiarkan anak-anak meramaikan masjid. Anak itu anguerah Allah sekaligus amanah. Anak juga investasi akhirat. Jadi tingkah-polahnya dimaklumi sambil terus dibina,” cerita Aswad.
Kalau orangtua bawa anaknya ke masjid, memang bertanggungjawab menjaganya. Tetapi, kalau anak itu punya tingkah lain, pengurus masjid harus mendidik penuh kelembutan dan kesabaran. Supaya anak tidak kapok berangkat ke masjid. “Intinya kalau ribut diingatkan jangan sampai mengganggu jamaah lainnya,” pungkas Aswad.
BIBIT BAGUS
Sementara itu menurut pandangan 3 jamaah masjid yang saat itu salat di Masjid Al-Ula di antaranya Ustaz Mustaqim Lc MM (Pengasuh Sekolah Peradaban Bani Mas’ud), Syarifuddin (pengusaha) dan Ir Patman Parakassi (sekretaris Gapensi Balikpapan), bahwa hiasan telur saat maulid maknanya beragam.
“Telur itu makanan bergizi dan jadi bibit yang bagus. Sebagai lambang kelahiran itu baik. Bentuknya bulat bermakna dunia tempat dilahirkan manusia dan tempat kehidupan mereka, kulit telur disimbolkan iman, putih telur adalah Islam dan kuning telur ikhsan.
“Kalau putih telurnya kesucian. Biarkan anak-anak usia dini ramai meminta telur. Karena, mereka masih suci untuk datang ke tempat suci (masjid), agar jadi generasi mencontoh tauladan Rasulullah,” urai Patman.
Demikian pula kata Ustaz Mustaqim, kehadiran telur di acara maulid sebagai wujud rasa syukur menyambut kelahiran Rasulullah teladan umat. Sehingga diwujudkan dengan rasa gembira melalui simbol aneka kertas dan hiasan telur. “Orangtua yang lahir anaknya saja gembira. Apalagi ini yang lahir Rasulullah, tentu harus dirayakan sesuai tradisi daerah masing-masing,” jelas Mustaqim.
Sedang Syarifuddin menyebutkan, saat penyebaran Islam itu tak dapat dilepaskan dengan tradisi termasuk merayakan maulid. Sehingga, ada makna simbolik telur, pohon pisang maupun songkolo.
“Kalau songkolo itu kan dari ketan, melekat. Itu menggambarkan ukhuwah Islamiyah yang kokoh dan utuh. Umat Islam itu harus bersaudara, jangan sampai terpecah-belah. Makna songkolo itulah ada dalam acara maulid. Persaudaraan terjaga untuk sama-sama mengikuti baginda Rasulullah sebagai tauladan hidup,” kata Syarifuddin.
Sementara itu, maulid diisi tausyiah oleh Habib Ali Ridho bin Yahya dari Jawa Barat yang meminta jamaah masjid selalu berselawat atas Rasulullah. Juga menjadikan contoh kehidupan baginda nabi. “Carilah berkah Allah lewat selawat nabi. Amalkan dalam kehidupan,” pesan Habib. (gt)