TINTAKALTIM.COM-Perayaan 17 Agustus bagi Indonesia adalah momentum mengingat sejarah. Merdeka tak mudah, perlu jerih payah. Sehingga, anak-anak kita harus diingatkan lewat sarana fun games atau permainan yang gembira tetapi harus juga ‘berjuang’ untuk menang.
Mereka harus juara. Tapi didahului melewati proses, bukan seperti membalikkan telapak tangan. Itulah refleksi makna perjuangan yang diwujudkan lewat lomba-lomba kemeriahan Agustus atau fun games di lingkungan kompleks BTN Gunung IV RT 39 Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat.
Sejak pagi, kendati dibalut hujan rintik, panitia 17 Agustusan tandem ketua Rosdiana Mardyani dan sekretaris Helen didukung ibu-ibunya, terjun langsung mengemas acara. Sejak awal, ketua RT-nya Neneng Zuleha memberikan support lewat penghimpunan swadaya lewat iuran warga.
Nilainya juga hanya Rp100.000. Tentu, itu bisa diasumsikan ikut berjuang membalas jasa pejuang. Mengapa disebut hanya? Sebab, tak sampai menumpahkah darah dan nyawa para pejuang yang sudah membuat Indonesia Merdeka. Jika dikonversi dengan rupiah, maka tak ada batasnya (unlimited) dengan pahlawan yang sudah gugur di medan perang.
Tujuannya pun kata Neneng Zuleha dari warga, oleh warga dan untuk warga yang dilabelisasi dengan ikhlas serta sukarela untuk membuat gembira anak-anak dan orangtua sebagai puncak perayaan Agustusan di BTN.
Makanya, rapat panitia lebih mengutamakan lomba untuk anak-anak. Sebab, mereka adalah penerus tonggak estafet perjuangan. Berjuang pendidikannya, berjuang aspek mentalnya, berjuang bagaimana menjadi juara dan ikut merayakan sebagai bentuk bahwa negaranya sudah Merdeka.
“Lomba anak-anak itu kan meriah. Wujudnya perayaan Kemerdekaan HUT ke-79 RI. Dominan anak-anak agar mereka paham bahwa tokoh-tokoh pejuang dulu membuat Indonesia merdeka juga tak gampang, harus dilalui dengan misi perjuangan. Nah, permainan itu pun makna perjuangan,” kata Rosdiana.
Panitia mengakui, lombanya masih bersifat permainan yang gembira. Agar anak-anak bisa ikut terlibat karena pesertanya beragam usia yang masih belia. Hanya, ada semangat yang muncul dari mimik mereka ketika harus mencapai titik puncak menjadi pemenang dan ditetapkan juara oleh panitia.
Sejak pagi, hingga menjelang siang anak-anak dipandu panitia terlihat riang. Pilihan lombanya ada yang mengambil ganda karena memang hanya cocok untuk anak-anak.
“Tapi kalau orangtua mau daftar boleh. Misalnya menjepit sedotan dengan hidung. Pak Ali Humbri kan bisa umpat (ikut),” kelakar H Rahmadi yang menyaksikan kegiatan lomba itu di gazebo bersama bapak-bapak lainnya seperti Herlambang, Ardiansyah sambil tersenyum.
Terlihat juga di bagian depan, Bu Siswanto, Bu Narta, Bu Ernawati, Bu Ita saling memberikan spirit peserta lomba. Apalagi saat memindahkan bola dengan mata ditutup corong. Tentu, agak sulit. Sebab, harus satu per satu. Hanya, peserta ingin cepat menang diboyong bola itu sebanyak-banyaknya.
“Eh satu-satu nggak boleh sekaligus banyak,” pinta panitia yang terlihat super sibuk ngurusi tingkah-polah anak-anak itu.
Panitia memang sudah menetapkan jenis lomba seperti kupas telur, memindahkan bola, menyusun warna, makan kerupuk, menjepit sedotan dengan hidung, injak balon, bola corong, memindahkan gelas dengan bola.
Kegembiraan, keceriaan terpancar dari wajah anak-anak, kendati ada yang coba-coba ikut lomba dan belum mengerti maksudnya. Sehingga, matanya harus melihat teman di sebelahnya. Tetapi, itulah anak-anak. Orangtuanya mendorong dan memang ada yang punya rasa takut karena kurang percaya diri.
Tapi sang orangtua tetap meminta anak untuk mencoba. Sebab, jangan sampai keluar ungkapan dari anak-anak itu ‘tidak bisa’ padahal mereka belum mencoba.
Yang terjadi, kompetisi antaranak terlihat sangat ketat. Bahkan, mereka saling berusaha agar bisa jadi juara walaupun hanya ‘juara lomba kelas RT’.
Hanya, perasaan senang anak-anak terlihat sebagai bentuk bahwa kemerdekaan itu memang harus dirayakan karena Indonesia bebas dari belenggu penjajah.
Suka-ria anak-anak pun pertanda bahwa Belanda sang penjajah itu sudah hilang dari Bumi Pertiwi sehingga mereka melampiaskan lewat senang daripada terkekang. Alasannya mendasar, jika Indonesia belum merdeka, justru Belanda yang merajalela dan yang tampil dalam lomba adalah Sinyo dan Noni Belande untuk perayaan yang mereka buat.
25 AGUSTUS
Sementara itu, pihak panitia mengimbau kepada seluruh warga BTN RT 39 untuk mengikuti acara puncak perayaan HUT RI dengan kegiatan jalan sehat. Orangtua, anak, cucu harus berbaur sebagai wujud rasa persaudaraan pada Minggu (25/8) pukul 07.00 Wita di lapangan area masjid.
“Kecuali bagi lanjut usia (lansia) tak dipaksakan. Silakan menunggu di garis finish dan kupon diberikan ke panitia. Karena, ini sifatnya hanya jalan sehat kekeluargaan,” kata Rosdiana.
Suasana happy diharapkan bisa muncul di kegiatan jalan sehat itu. Sekaligus kata Bu RT-nya Neneng alias Ipon untuk silaturahmi. “Seger pikiran, bertemu tetangga dan membakar lemak. Juga ikut merayakan Dirgahayu RI,” ujarnya.
Nah, bagi adik-adik yang juara panitia akan membagikan hadiah. Juga masih ada lomba khusus anak-anak usia 3-4 tahun sehingga orangtuanya bisa mendaftar. Yuk Jalan Santai Merdeka Antarkeluarga dan jangan lupa kuponnya dibawa. Salam Merdeka. (gt)