TINTAKALTIM.COM-Kementeriaan Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Ramadan 1443 H, tetapi di Balikpapan akan ada metode penentuan rukyatul hilal (pemantauan hilal) yang digelar di Gedung Graha Nahdlatul Ulama (NU) kawasan Jalan Soekarno Hatta, Jumat (1/03/2022) lantai paling atas.
Penentuan Awal Ramadan dan Idul Fitri biasanya selain rukyatul hilal, juga hisab wujudul hilal yang dilakukan ormas Muhammadiyah. Namun secara popularitas, survei keberagaman muslim Indonesia menunjukkan umat Islam lebih memilih berpedoman pada rukyatul hilal.
Rukyatul hilal di Gedung Graha NU merupakan kegiatan Kantor Kementerian Agama Balikpapan yang digelar mulai pukul 16.00 Wita sampa selesai. Pihak undangan yang akan ikut adalah Kabag Kesra Balikpapan, Pengadilan Agama Balikpapan, BMKG Balikpapan, Ketua MUI Balikpapan, Ketua PCNU Balikpapan, Ketua PD Muhammadiyah Balikpapan, Kepala KUA Kecamatan Balikpapan, Ketua DMI Balikpapan, Ketua Baznas Balikpapan dan pokjalur agama Islam Balikpapan.
“Ya kita dipilih untuk tempat saja. Sebelumnya juga pernah dilakukan di Gunung Kemendur, apartement dan sekarang Graha NU. Harapan kita 1 Ramadan 1443 H tidak berbeda,” kata Ketua NU Balikpapan KH Muhlasin.
Sementara itu, Ketua Lembaga Falakiyah NU Balikpapan Ibnu Sina menyebutkan, rukyatul hilal untuk melihat bulan baru tanda masuknya awal pausa Ramadan 1443 H.

“Penentuan awal Ramadan memang perlu didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung. Dan yang dilihat bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru. Dan itulah yang disebut dengan hilal,” kata Ibnu Sina.
Dalam rukyatul hilal nanti, akan menggunakan alat bantu teropong. Diharapkan, kegiatannya berjalan tuntas dan final. Sebab, sejauh ini di Kota Balikpapan kendati sudah digelar rukyatul hilal berkali-kali tetapi tetap tak melihat bulan, sementara daerah atau titik lain bisa melihat.

Menurut Ibnu Sina, ada kesalahan prosedur di dalam rukyatul hilal. Biasanya, saat terbenam matahari langsung diumumkan ke wartawan. “Harusnya tunggu dulu. Jika salat Magrib pukul 10.21, maka 15 menit kemudian baru disimpulkan. Biasanya bulan terlihat kalau daerah lain sudah terlihat,” ujar Ibnu Sina.
Memang katanya, pola rukyatul hilalnya saat matahari terbenam atau saat ghurub. Hanya, ada waktu penantian untuk melihat itu sampai final. “Biasanya hilal itu muncul sebentar saja dan akhirnya ikut tenggelam juga bersama matahari karena gerak rotasi bumi lebih cepat daripada gerak revolusi bulan,” kata Ibnu Sina.
Ditambahkan Ibnu Sina, jarak ideal mata telanjang bisa melihat hilal adalah 7 derajat. Kurang dari itu maka diperlukan alat bantu teleskop. “Semoga kegiatan rukyatul hilal oleh pemerintah (Kemenag) di Graha NU bulan dapat dilihat. Kalau tidak, tentu acuannya daerah lain. Kalau tidak juga, berarti 1 Ramadan 1443 akan mengalami perbedaan,” pungkas Ibnu Sina. (gt)