TINTAKALTIM.COM-Mereka tak berjuang memikul senjata. Ingatannya ke pejuang yang sudah membuat Indonesia merdeka. Sehingga, sepakat untuk ingat pesan moral Jas Merah atau Jangan Melupakan Sejarah. Makanya, kompak warganya untuk gotong-royong memasang bendera dan umbul-umbul.

Itulah warga RT 39 Kelurahan Margomulyo Kecamatan Balikpapan Barat Kompleks Perumahan BTN. Mereka berbaur di lapangan hadir untuk memenuhi imbauan jadwal gotong-royong ketua RT-nya Neneng Zulaiha atau biasa disapa Bu Ipon pada Minggu (6/08/2023)

Sejak pukul 07.00 Wita, satu per satu warga menuju lapangan. Mereka melakukan aktivitas gotong-royong membersihkan lingkungan. Didukung juga mahasiswa-mahasiswi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mulawarman (Unmul). Ada yang menyapu, mengangkut sampah sampai memasang bendera dan umbul-umbul.
Suasana pagi itu, ibarat ‘family gathering’ karena masing-masing warga dari komunitas keluarga berkumpul. Ada canda, ada tawa dan ada sisi silaturahmi. Mereka yang tak hadir mewakilkan keluarga di rumahnya.

“Kita hanya menjalankan surat edaran (SE) Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud SE ME kaitan membersihkan lingkungan dan memasang bendera merah putih serta umbul-umbul dari 1-31 Agustus 2023. Karena, RT adalah kepanjangan tangan pemerintah untuk melakukan aktivitas sosial-kemasyarakatan,” kata Ipon.
Terlihat ikut gotong-royong dan pasang bendera, Ketua Masjid Asy-Syifa H Rahmadi, imam masjid H Nursalim, Dedy, H Haidir, Yoni Supriyono, Prayitno, Rachyudi, Rudi, Supono, Darto, H Rugito, Hendra Ahok, Samuel Kaloke, H Siswanto yang diwakilkan sang istri Bu Sis, Iwan Iman, Uus, Agus, Soegianto, Arif Fadillah, dr Ahyar dan lainnya.

Kendati dengan diselingi guyonan tapi tampak raut wajah mereka semangat bekerja dan bahu-membahu superteam untuk memoles lingkungannya dan menghiasi dengan bendera serta umbul-umbul.
Ada yang memotong bambu. Lainnya memasang umbul-umbul di tiang bambu. Nampak, Rachyudi, Dedy, Nursalim, Yoni Supriyono ‘semangat 45-nya’ muncul, kendati dulu bukan pejuang. “Lho kita pejuang, tapi pejuang dalam rumah tangga pencari nafkah. Sekarang, menghargai pejuang karena kemerdekaan,” kata Yoni Supriyono.

Tiang bendera digunakan dari potongan pohon bambu yang ada di sekitar lingkungan lewat ‘tangan tangkas’ Prayitno, satu per satu dipasang umbul-umbul warna-warni dan merah putih. Dipasang di sudut-sudut jalan dan melingkar di sekitar lapangan.
“Ayo semangat, jelang Agustusan harus warnai kampung dengan umbul-umbul dan bendera. Agar semangat kemerdekaan pun muncul. Yo kita nggak perang toh. Hanya pasang bendera saja,” kata Nursalim, imam masjid yang selalu hadir jika ada jadwal gotong-royong.
Mereka semua terinspirasi dengan tagline HUT ke-78 RI tahun 2023 yakni Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Tafsirnya, ‘Kampung BTN’ juga masuk wilayah Indonesia dan ingin maju.

“Luar biasa bapak dan ibu warga RT 39. Saya berterimakasih atas dukungan gotong-royong dan memasang bendera serta umbul-umbul. Terkhusus adik-adik KKN dari Unmul,” kata Bu Ipon.
Menurut Ipon, dirinya mengajak warga gotong-royong, karena Surat Edaran Walikota juga mengimbau untuk menciptakan keindahan lingkungan. Mengibarkan bendera merah putih serentak di lingkungan masing-masing.
“Wis pokoknya the best warga RT 39. Semoga ini juga jadi spirit warga lainnya yang mungkin berhalangan untuk gotong-royong di kemudian hari dapat berbaur. Sebab, kita ini mahluk sosial yang harus saling hidup bertetangga dengan baik,” ungkap Ipon
GAZEBO SNACK
Di samping masjid, ada gazebo yang dipenuhi snack. Inilah tempat nongkrong warga usai gotong-royong menikmati makanan ringan sambil ngeteh dan ngopi. Apalagi, dimanfaatkan untuk diskusi dan juga wadah silaturahmi sampai cerita penuh humor yang narasinya ‘tertawa ala Madura’ diungkap oleh penulis.

Gezebo ini sebenarnya jadi saksi bisu mereka yang tak kerja bhakti. Tapi, bersyukur bisa datang bersilaturahmi kendati hanya ‘setor muka’ dan menikmati makanan ragam rasa. Sebab, kehadiran warga pun dibuktikan dengan tanda tangan, makanya harus datang ke gazebo.
“Eh tandatangan dulu. Absen diisi, karena jadi bukti untuk pihak kelurahan bahwa RT 39 gotong-royong dan memasang bendera di lingkungan perumahan,” kata Ipon.
ONGOL-ONGOL
Makanan itu gratis. Tapi, bisa jadi memoles mulut jadi manis. Darto pun mengambil jenis makanan lembut dari adonan tepung yang dilumuri gula dan parutan kelapa namanya ongol-ongol. Kabarnya, ini makanan khas Jawa Barat. “Ini bukan ongol-ongol. Tapi, ada namanya apa ya,” kata Darto.
Darto pun ‘diserang’ oleh sejumlah warga lewat lontaran kalimat apa nama lain selain ongol-ongol. Semua warga dari Jawa, Banjar, Manado menyebutnya tetap ongol-ongol.
Tapi Darto berkeras bukan. Ia pun berpikir sampai tersandar badannya di bangunan rumah kaum. Ingatannya entah kemana, berpikir apa nama lain ongol-ongol.
Hanya, hingga bubar gotong-royong, Darto pun sulit menyebutnya itu makanan apa? Mungkin saat di rumah, Darto juga sampai saat ini masih berpikir? Apakah gerangan nama lain ongol-ongol? Sudah dapat jawaban mas (ha ha).

Itulah potret nilai persaudaraan jika warga RT 39 berkumpul. Tetapi, gotong-royong dan pasang umbul-umbul dan bendera berjalan penuh keakraban. Bu RT pun mendampingi anak-anak KKN Unmul yang sangat rajin sejak pagi hingga tuntas waktu kerja bhakti.
Di bagian akhir, episode ‘nasi kuning dan pecel’ datang. Tapi, warga satu per satu sudah beranjak dari lokasi gotong-royong untuk pulang. “Wah rezeki yang masih tinggal, maaf agak terlambat,” kata Ipon yang mendatangkan makanan itu entah dari mana.

Intinya, gambaran gotong-royong pagi itu penuh enerjik dari warga. Sampai-sampai Bu Siswanto pun menyapu dari ujung ke ujung. “Ya maaf, Pak Sis nggak bisa hadir, jadi saya yang harus turun gotong-royong,” kata Bu Siswanto.
Terakhir, sapu lidi datang dibawa Bu RT. “Ini untuk aset RT, sumbangan dari Pak Nursalim. Trims ya pak,” ujar Ipon yang membawa 4 sapu lidi.
Merah Putih berkibar di BTN, Gotong-royong simbol menyatukan perbedaan. Hanya kita tidak berbeda tapi sama untuk menghargai pahlawan yang telah mendahalui kita. Dirgahayu ke-78 Bangsaku. Maju Indonesiaku, Maju Kampungku. (gt)