TINTAKALTIM.COM-Kompak, indah berbagi dan meraih ridha Illahi. Itu yang ingin dicapai shohibul qurban (orang yang berkurban) di kompleks perumahan BTN Gunung IV Kelurahan Margomulyo Balikpapan Barat.
Warga BTN ini, berkurban lewat proses tabungan kurban. Dari 7 ekor sapi yang disembelih, 6 di antaranya berkat ‘gotong-royong’ warga lewat patungan atau tabungan kurban. “Alhamdulillah, tahun ini kita memotong 7 ekor sapi. Tentu, ini kontribusi warga untuk berkurban saat Idul Adha,” kata Ketua Masjid Asy-Syifa H Rahmadi, menjelaskan aktivitas kurban di lingkungannya.
Media ini mengambil istilah Gus Baha atau KH Baharuddin Nursalim. Katanya, dalam Islam ketika seseorang berkurban, terdapat kepercayaan, hewan itu bisa mengantarkan ke surga. Jika seekor sapi yang dari tabungan kurban, maka bisa ‘menggendong’ 7 orang ke surga.
“Kuncinya iklhas, karena segala amal dan urusan masuk surga itu hanya Allah yang punya kehendak,” kata Gus Baha dalam suatu ceramahnya.
Sejak pukul 08.00 Wita, warga yang tergabung dalam panitia kurban sudah berdatangan. Seragam warga merah lengan panjang membuat suasana makin ‘berani’, kendati belakangnya tertulis ASPAL tapi bukan asli tapi palsu.
Sedang hewan kurban terikat di keliling lapangan. Panitia bekerja maksimal, bagian pemotongan, pengulitan, pecincangan daging hingga pembungkusan atau kemasan (packaging) dilakukan dengan cepat.
Ibu-ibu dari RT 38 dan RT 39 begitu sigap membantu. Mereka berada di pelataran masjid depan Pendopo Asy-Syifa. Ada yang menimbang, memotong daging sampai memasukkan daging ke tas kresek.
Dari pemantauan media ini, semua proses terbilang cepat. Berbeda dengan proses pemotongan hewan kurban pada umumnya yang membutuhkan waktu lama. Alat perebah sapi memang membuat sapi tidak stress dan mengamuk.
“Alat perebahnya sangat membantu. Lebih efisien dan efektif,” kata Dedy, yang ikut terlibat dari pemotongan sapi pertama hingga tujuh.
CEPAT DISEMBELIH
Supono, ‘perancang’ alat perebah sapi juga menyebut bahwa perbandingan waktu penyembelihan dengan konvensional atau manual berkisar 30 menit. Sekarang hanya 15 menit. Kelebihan lain, sapi tidak meronta karena langsung terjepit dengan alat perebah
“Alhamdulillah sekarang sapinya tidak stress. Tinggal dipotong dan dikuliti oleh petugas. Semoga di tahun-tahun mendatang jumlah pengurban (shohibul qurban) lebih banyak lagi,” kata Supono.
IBU-IBU CEKATAN
Sementara itu, proses pemotongan hewan kurban di Masjid Asy-Syifa didukung ibu-ibu yang terlihat sejak pagi hingga siang terus berupaya agar daging-daging itu selesai dibungkus.
“Wah ibu-ibu cekatan sekali. Inilah kalau ibu-ibu sudah kerja, semua jadi beres dan cepat,” kata H Suwadi, warga RT 38 dan jamaah Masjid Asy-syifa yang terlibat di panitia dan ikut juga berkurban.
Gatot penjagal yang memang memiliki skill terus melakukan pekerjaan. Sapi yang disembelih setelah itu ‘dilempar’ ke bagian pengulitan. Di sana petugas menguliti hingga membongkar jeroan dan penanganan daging secara higienis dilakukan karena didukung air yang bersih dan terus mengalir.
“Semua berjalan lancar. Ini pemotongan yang menerapkan konsep ‘ASUH’ (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Sebab, sapi sejak dibeli sudah sehat karena tidak terkena penyakit kuku dan mulut (PKM),” kata H Sukamto
Terlihat juga H Ardian yang ikut membantu bahkan membawa pisau jagal berupa mandau yang berumur ratusan tahun dan sekaligus jadi jagal, termasuk sejumlah panitia yakni Rudy, Yanto, Hendra ‘Ahok’ , Ali Akbar, Prayitno, Abi, Haidir, H Samud, Hery, Herlambang dan lainnya.
Dari ketujuh sapi yang disembelih, ada kurban keluarga H Jamaluddin dan Sarifah. Ia warga yang tinggal di RT ‘luar BTN’ tetapi sebagai jamaah Masjid Asyifa. “Alhamdulillah saya bisa berkurban di BTN. Semoga jadi berkah,” ungkap H Jamaluddin.
Secara keseluruhan, proses penyembelihan berjalan lancar. Hingga Koordinator Distribusi Daging Irvan dan Iwan pun harus bekerja maksimal sampai pukul 16.00 Wita.
“Saya menunggu warga yang belum mengambil daging. Ini ada 4 kantong belum diambil,” pungkas Iwan dan Irvan yang terlihat lelah tetapi tetap semangat. (gt)