TINTAKALTIM.COM-Guru Besar Universitas Bhayangkara Jakarta, Prof Hermawan Sulistyo menegaskan, jika kehidupan masyarakat kacau, jangan bermimpi untuk menghadirkan polisi sebagai malaikat.
“Hentikan sudah stigma negatif terhadap Polri. Karena, kalau ingin polisinya baik, masyarakatnya jangan brengsek. Tak mungkin polisi hadir seperti malaikat,” ujar Hermawan yang biasa disapa Kiki ini dalam dialog publik bertema Polisi Unggul yang Presisi dan Humanis yang digelar Divisi Humas Polri di Jakarta, Rabu (21/06/2023) secara online (zoom meeting).

Prof Kiki menyampaikan, sorotan ke polisi sering terus-menerus dilakukan. Ia menyebut, kritikan sah-sah saja, untuk kebaikan. Tetapi, ketika terus disampaikan maka itu tidak fair. Sebab, masyarakat yang mengritik juga tidak mau mentaati aturan.

Polisi kata Prof Kiki sangat diperlukan masyarakat. “Bayangkan kalau polisi mogok tiga hari saja, apa yang terjadi di Indonesia. Makanya, harus fair dan berimbang,” ujar Penasehat Ahli Kapolri ini.
Acara Divisi Humas Polri itu juga digelar di ruang rapat Kapolda Kaltim lantai 2 Gedung A Polda Kaltim yang dihadiri Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Yusuf Sutejo, belasan tokoh masyarakat, komunitas dan organisasi masyarakat (ormas).

Disebutkan Prof Kiki, dari hasil surveinya, polisi terkadang sering dimaki-maki tetapi pada kenyataannya diperlukan masyarakat. Padahal, ia mengungkapkan terkadang polisi mendapat ‘tekanan’ dari oknum anggota DPR. Itu jika saat penerimaan polisi.

“Sebenarnya predator utama di masyarakat itu oknum anggota DPR. Bayangkan, kan sering nitip-nitip calon untuk meloloskan keluarganya, calon mantunya dan lainnya. Benar toh,” kelakar Prof Kiki sambil melirik anggota DPR yang juga narasumber di sampingnya.
Hanya Kiki juga mengingatkan, polisi era sekarang kalau mau humanis jangan sombong dan mentang-mentang Letakkan pondasi profesionalisme saja maka akan disenangi masyarakat.
Sebab katanya, reformasi di internal kepolisian itu lebih ditujukan untuk kepentingan sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan pelayanan.
SURVEI
Sementara itu Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dr Sandi Nugrohyo SIK SH M Hum dalam sambutannya yang dibacakan Karo Penmas Polri Brigjen Pol Dr Ahmad Ramadhan SH MH MSi mengatakan, dialog publik tujuannya untuk mengkonstruksi pendekatan polri dengan masyarakat dalam mewujudkan Polisi Unggul yang Presisi dan Humanis.
“Polisi unggul dan humanis dambaan masyarakat. Sehingga personel polisi dapat memiliki standar pelayanan prima sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing,” kata Ahmad Ramadhan.
Menurut Ahmad, Polri terus berkomitmen dan bertekad dalam mewujudkan polisi unggul dan humanis dengan tidak melindungi oknum anggotanya yang terlilit kasus serta memproses sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
“Termasuk di tahun politik, personel Polri harus profesional serta menjaga netralitas dari godaan-godaan kekuasaan dan tetap fokus kepada upaya peningkatan perlindungan, pengayoman dan pelayanan serta penegakan hukum,” kata Ahmad Ramadhan.

Sementara itu, Kabag Pangkat Robinkar SDM Polri, Kombes Pol Harry Haryadi SIK MHum yang menyampaikan paparan Asisten SDM Kapolri Irjen Pol Prof Dr Dedi Prasetyo MHum mengatakan, tingkat kepercayaan publik terhadap Polri mengalami peningkatan hingga mencapai 73,2 persen. Hal itu didasarkan hasil survei yang dirilis lembaga Indikator Politik Indonesia.
Menurut Harry, hasil survei lembaga yang dikomandoi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo itu, dilakukan Februari 2023 sebesar 70,8 persen, kini meningkat 73,2 persen. “Itu kaitan program polisi Presisi dan juga manfaat program Polri di bidang pelayanan,” ungkap Harry.

Harry juga menyampaikan, stigma negatif ke polisi itu selalu didengungkan dan digunakan orangtua kepada anak-anaknya. Terkadang, orangtua menakuti anak dengan mengatakan akan dilaporkan ke polisi.
“Kalau sejak usia dini terus ditanamkan dan ditakut-takuti, hingga dewasa maka stigma negatif itu melekat. Ini yang sulit untuk diubah,” kata Harry.

Di sisi lain, Harry juga mengatakan, saat ini jumlah polisi 460 ribu jiwa atau baru mencapai 68 persen dari kebutuhan. Karena, jumlah rekrutmen setiap tahun tidak sebanding dengan yang keluar.
“Setiap tahun yang keluar 11 ribu personel, sementara jumlah yang direkrut 10 ribu. Jadi kalau tidak ada anggota yang pensiun saja, jumlah ideal Polri butuh waktu 30 tahun,” katanya.
Makanya kata Harry, Polri sedang gencar-gencarnya melakukan peningkatan SDM Polri, melalui pendidikan kepada anggota dan perbaikan sistem rekrutmen untuk anggota baru
Sementara itu, Aba Subagja dari Kementerian PAN-RB mengatakan, peran Polri sangat dibutuhkan masyarakat. Dan ia memberi apresiasi saat ini Polri sudah terbuka dan terus meningkatkan kompetensi anggotanya dalam mengantisipasi perkembangan teknologi.
POLISI HUMANIS
Sedang anggota DPR-RI Komisi III, Andi Rio Idris Pandjalangi SH MKn mengatakan, DPR terus mendukung Polri memulihkan stigma negatif agar persepsi positif di masyarakat terus meningkat. Itu karena, DPR punya fungsi pengawasan dan anggaran, sehingga siap mendukung upaya menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap Polri.

Dalam konteks polisi humanis, menurut Andi Rio, masyarakat jangan melihat kondisi polisi di kota-kota besar. Ternyata, di daerah-daerah ada yang sangat memberi manfaat masyarakat.
Seperti misalnya, di Kabupaten Bulukumba, ada anggota polisi yang menambah jalan. Termasuk polisi santri yakni imam salat di Palopo yang melakukan bedah rumah orang tak mampu dengan menggunakan gaji sendiri.
“Ini dahsyat, bisa jadi inspirasi lainnya. Sehingga, menilai polisi itu tidak dapat digeneralisir. Masih banyak polisi baik di negeri Indonesia ini,” ujar Andi Rio. (gt)