TINTAKALTIM.COM-Ketua DPRD Kaltim H Hasanuddin Mas’ud menegaskan, dukungan penyediaan air baku untuk Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) atau PDAM bisa dilakulan lewat program tahun jamak (multiyear). Sehingga, nanti lebih mudah untuk menyelesaikan krisis air khususnya dalam penyediaan kapasitas debit air.
“Masalah air ini sangat menjadi kebutuhan primer. Jadi, Balikpapan harus selesai peningkatan pelayanannya. Tentu, ini semua karena kondisi air baku. DPRD Kaltim support asalkan rencana bisnis (renbis) diajukan. Saya perlu mengetahui isi dan programnya,” kata Hasanuddin saat silaturahmi dengan jajaran direksi PTMB yang dirangkai dengan dinner di Samarinda, Sabtu (11/12).

Hadir dalam acara itu Ketua Komisi II (bidang ekonomi dan keuangan) Fauzi Adi Firmansyah dan anggotanya Taufiqulrahman, Ketua Komisi III (bidang pembangunan) H Yusri, para supervisor (SPV), para manajer di lingkup PDAM serta undangan lainnya.
Dikatakan Hasanuddin, potensi air baku itu sebenarnya ada. Contohnya, ia mendapat laporan dari anggota komisi DPRD Balikpapan yang sudah sowan ke PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT). Di sana ada debit air yang tidak hanya untuk kepentingan kapal-kapal, tetapi bisa dialirkan juga untuk cadangan air baku PDAM Balikpapan.

“Ini hal baru dan menarik. Selain program PDAM Balikpapan yang sudah dituangkan dalam Renbis 2025-2029 untuk menggali potensi air baku. Saya sangat support untuk kepentingan masyarakat Balikpapan. Sebab, ini unjuk kinerja yang baik,” ujarnya.
Masalah air bersih ini kata Hasanuddin, harus diselesaikan. Apalagi superteam PDAM di bawah kepemimpinan Dirut Dr Yudhi Saharuddin sangat solid dan maraton bekerjanya.
“Pak Yudhi baru menjabat dirut di tahun 2024. Harus sukses air bakunya. Karena itu bisa lanjut nanti periodesasi direksi di tahun berikutnya,” kata Hasanuddin seraya disambut senyum Yudhi Saharuddin yang ada di sampingnya.

Kaitan kebutuhan air bersih warga Balikpapan ini kata Hasanuddin Mas’ud yang juga kakak kandung Walikota Balikpapan H Rahmad Mas’ud ini, sudah diketahuinya lama. Apalagi saat kegiatan reses. Ia pernah mendapat keluhan dari warga yang lokasinya tinggi.
“Seperti di kawasan Gunung Bugis Kampung Baru. Mereka harus menunggu air malam hari. Bahkan, bertahun-tahun tak mengalir. Ini harus diselesaikan serius,” pinta Hasanuddin Mas’ud.
Dalam konteks revitalisasi perpipaan, DPRD Kaltim kata Hasanuddin, sudah mengalokasikan anggaran Rp50 miliar. Itu untuk pergantian pipa yang sudah usang. “Infonya pipa PDAM itu terpasang sudah sejak zaman Belanda. Tentu kondisinya keropos,” urainya.
Kalaupun debit airnya tinggi, lalu diatur dengan tekanan yang tinggi untuk distribusi airnya, tak mungkin bisa mengatasi kekuatan tekanan itu pipanya.
“Airnya mengalir, lalu di tengah jalan pasti jebol. Karena, keropos pipanya tadi. Makanya, harus diganti pipanya,” kata Hasanuddin yang mengapresiasi PDAM Balikpapan sudah secara bertahap melakukan revitalisasi pipa-pipa itu.

Sementara itu Fauzi Adi Firmansyah mengatakan, pihaknya di komisi II yang menjadi mitra PDAM akan mendukung kebijakan perusahaan di bawah Pemkot Balikpapan ini terkait Renbis 2025-2029 yang sudah dibuat.
Nanti, akan dilakukan analisa terkait anggaran di APBD Balikpapan. Tetapi, kalau nilainya besar memang harus didukung pula APBN dan kerjasama investasi dengan badan usaha.
“Kami komisi II sudah berkunjung ke PT KKT dan ada lampu hijau (green light) kaitan penambahan debit air ini. Semoga ini juga bisa dimanfaatkan PDAM Balikpapan,” kata Ady.

Sementara itu Ketua Komisi III DPRD Balikpapan (bidang pembangunan), H Yusri sangat mendukung kebijakan PTMB yang dituangkan lewat renbis. Karena itu untuk kepentingan masyarakat.
“Secara aspek pembangunan kita dukung. Karena, air bersih menjadi penting bagi masyarakat. Apalagi ada sejumlah kawasan belum maksimal pelayannya,” ujar Yusri.
Sementara itu, Yudhi Saharuddin menjelaskan kaitan berbagai program yang dilakukan PDAM Balikpapan ke depan sudah tertuang dalam Renbis 2025-2029. Intinya air baku harus maksimal, dan pelayanan di masyarakat bisa terasasi.
“Kami bekerja keras Pak Ketua DPRD Kaltim. Dan, kalaupun ada bully dari masyarakat itulah risiko pelayanan. Kita tidak tinggal diam dan terus mencari solusi bagaimana air baku itu bisa diwujudkan,” kata Yudhi. (gt)












