TINTAKALTIM.COM-H Hajar Nuhung SH, politisi yang juga mantan pimpinan DPRD di Kabupaten Majene Sulawesi Barat (Sulbar) kini mengejar cita-citanya ingin kembali terjun di dunia politik praktis. Kendati, sekarang sudah menduduki posisi direksi di salah satu perusahaan swasta bidang perkapalan.
Hajar, memiliki kualifikasi dan pernah menjabat ketua DPRD dan Wakil Ketua (pimpinan) di Majene. Tetapi, saat itu ia masuk dan bergabung sebagai politisi Partai Demokrat. Setelah ‘pindah perahu’ ke Partai Golkar Balikpapan, ia mendapat perintah partai untuk nyaleg.

“Saya ini pekerja partai. Karena, pimpinan Partai Golkar menghendaki saya untuk maju ya kita akan sama-sama berjuang dengan kader lainnya. Sebenarnya sudah ingin istirahat di dunia politik,” kata Hajar menjelaskan niatnya maju kembali sebagai caleg di daerah pemilihan (dapil) Balikpapan Timur.

Bagi Hajar, dirasa berat untuk berkompetisi dengan kader-kader Golkar lainnya di Balikpapan Timur. Apalagi, ia mengetahui kursi yang tersedia pun tidak banyak. Hanya 6 kursi dan ada pula incumbent. Itulah yang dia sebut kompetisi internal dan eksternal berat.
“Hanya, kalau caleg Golkar di Timur seluruhnya bekerja maksimal, maka ekspektasi atau harapan meraih 3 kursi itu bukan mustahil. Intinya banyak-banyak mendulang suara,” kata Hajar.

Menurut Hajar, siapapun yang jadi caleg ingin lolos. Termasuk juga dirinya. Hanya tetap melihat kekuatan di masing-masing dapil dan langkah pemetaannya (mapping). Di Dapil Balikpapan Timur, Partai Golkar sudah menurunkan kader-kader terbaiknya.
Ada sisi popularitas dan elektabilitas yang diserahkan semuanya kepada masyarakat. Caleg Partai Golkar yang maju di dapil ini adalah Suriyani, Gasali, Nurliah Kadir SPd, Suwandi SE, Hajar SE dan Aisyah Eka Fitri SE
Dikatakan Hajar, jika bicara kapasitas, maka dirinya memahami tentang kerja-kerja sebagai anggota DPRD. Apalagi strategi politik. Sebab, selain dirinya pernah menjadi pimpinan DPRD, sang istri juga mantan anggota DPRD Provinsi Sulbar.

Menurut Hajar, sistem pemilu proporsional terbuka, caleg harus paham kaitan metode konversi suara menggunakan Sainte Lague. Ini agar persepsi sama dan tak ada kesalahpahaman penentuan kursi legislatif.
Metode Saint Lague ini kata Hajar, menggunakan angka pembagi untuk mengalokasikan kursi yang diperoleh setiap parpol dalam sebuah dapil.
Angka yang digunakan untuk pembagi adalah angka ganjil (1,3,5,7 dan seterusnya). Jumlah suara yang telah dibagi oleh angka ganjil tersebut akan diperingkatkan dan menentukan siapa saja partai atau caleg yang lolos.

“Jadi kalau Partai Golkar mau merebut kursi ketiga, itu dibagi dengan 5 dari total perolehan suara. Kalau perolehan besar, bisa berkompetisi dengan partai lainnya. Hanya, jika partai lain besar tentu saja peluang merebut kursi itu akan sulit. Ini yang perlu disamakan persepsinya. Intinya ayo sama-sama berjuang agar Partai Golkar di Balikpapan Timur mendapat suara besar,” kata Hajar.
Hajar ikut berdoa dan berusaha, agar Partai Golkar Balikpapan harapannya dapat 18 kursi, sehingga masing-masing dapil memperoleh 3 kursi. Tetapi, parpol lainnya di luar Golkar pun bekerja menggunakan strategi. “Makanya tidak bisa nyaleg itu setengah-setengah. Saya juga akan all out, sebab ini perintah partai. Prinsipnya bekerja saja maksimal. Ikhtiar dilakukan, kalau hasil belum dicapai, itu berarti takdir dan garis tangan Allah,” ungkap Hajar yang juga pengurus DPD Partai Golkar Kota Balikpapan ini. (gt)