TINTAKALTIM.COM-Keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), bukan tugas polisi saja. Peran pendidik lewat guru-guru dan kepsek serta komite sekolah sangat besar. Sehingga, sinergi itu harus dilakukan . Istilahnya ada ‘5 rumah’ yang bisa mendukung program itu

Demikian disampaikan Kapolda Kaltim Irjen Pol Imam Sugianto MSi yang diwakili Direktur Pembinaan Masyarakat (Dirbinmas) Kombes Pol Anggie Yulianto Putro saat membuka acara Jumat Curhat di Aula Imam Mundjiat SMK Pangeran Antasari Jumat (4/08/2023).

Jumat Curhat itu dihadiri Kepala Sekolah (Kepsek) SMK Pangeran Antasari Imam Rachmad S Sos MSi, dewan guru, komite sekolah, Ketua RT 38, Lurah Klandasan Ilir, LPM Klandasan Ilir serta siswa-siswa pramuka sekolah itu.
Dari jajaran Polda Kaltim, hadir AKBP Harun (Ditreskrium), AKBP Sugeng Soebagyo (Ditpam Obvit), AKBP Fajar Nuwardini SH MH (Ditserse Narkoba), AKP Hari P (Ditlantas), Kompol Machfud (Ditpolairud), AKP Soetopo (Ditreskrimsus), AKBP Setyarso (Ditsamapta), AKBP Anharnoor (Ditbinmas) dan undangan lainnya.

Menurut Anggie, kelima rumah itu adalah rumah tangga. Semua di rumah ini, terdiri dari orangtua dan anak harus punya komitmen untuk taat menjaga keamanan. Juga menghindari berbagai hal pelanggaran. Kemudian, rumah ibadah. Ini rumah, menunjukkan bahwa masyarakat itu beragama, sehingga hal-hal baik akan muncul dan tumbuh di rumah ini. Apapun agamanya.

Berikut juga rumah adat. Ini terkait dengan kebudayaan. Ada budaya-budaya yang harus dijaga termasuk budaya menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat.
“Karena kita sedang Jumat Curhat di sekolah, rumah pendidikan juga penting. Karena, anak didik itu sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Dari pukul 08.00 Wita sampai pkl 16.00 Wita. Jadi, pembentukan karakter anak-anak itu lebih banyak di sekolah daripada di rumah. Inilah kita berterimakasih kepada guru-guru,” ujar Dirbinmas.

Dalam dukungan lainnya, peran pemerintah juga penting di dalam menjaga kamtibmas. Sehingga, ‘rumah pemerintah’ itu diperlukan. Ada camat, lurah, ketua RT dan seterusnya. “Intinya itulah 5 rumah tersebut. Kalau semua tidak tertib dan melanggar, jangan sampai ke rumah tahanan,” ungkap Dirbinmas.
Anggie juga menaruh harapan besar kepada kepsek dan dewan guru serta komite sekolah. Bahwa, pendidikan anak-anak itu sangat penting untuk membentuk karakter. “Jumat Curhat ini sebagai upaya ingin mendengar keluhan, kritikan dan polisi ingin dinilai keberadaannya. Jangan dipuji,” ungkap Anggie.
MENGAYOMI
Sementara itu, dalam konteks mengayomi kata Anggie, tugas polisi diatur dalam UU Nomor 2 Tahun 2002. Di sana polisi memelihara kamtibmas, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayom masyarakat dan pelayanan. “Kalau di luar negeri polisinya ada dua yakni to safe dan to protect. Artinya memberi keamanan dan perlindungan. Nah, mengayomi itu di Indonesia. Sehingga, polisi harus benar-benar humanis,” ujar Anggie.

Anggie juga mendapat pertanyaan, kaitan masuk polisi yang diduga masih ada ‘titipan’ dan membayar dengan dana besar. “Ada informasi kalau nggak siap uang Rp250 juta nggak bisa masuk polisi. Ini bagaimana pak,” kata Agus Santoso, guru SMK Pangeran Antasari.

Anggie melakukan counter. Ia menyebut, anaknya saja tidak lolos. Meski dia polisi. Selisihnya hanya 0,5 sekian nilainya. Sebab, jalurnya panjang ada tahapan tes administrasi, pemeriksaan kesehatan, tes psikologis, tes akademik. “Dan semua sistem gugur. Kalau formasinya 5, maka yang urutan 6 tak lolos. Itu anak saya. Dan, sejak awal saya tak ingin ikut campur dalam ujian masuk polisi itu. Kalau nggak lolos, ngulang tahun depan,” urai Anggie.

Di bagian lain, guru SMK Pangeran Antasari Titi menyebutkan, program Jumat Curhat di sekolahnya sangat positif. Sebab, semua jadi mengetahui ragam informasi dari satuan kerja (satker) Polda Kaltim.
“Kami berterimakasih dan memberi apresiasi. Kepsek kami Pak Imam Rachmad pun berterimakasih sampai merekam kegiatan jalannya Jumat Curhat lewat ponsel,” kata Titi.
Menurut Titi, semoga diskusi yang berkembang di Jumat Curhat, bisa di-follow up. Tetapi setidaknya, ada upaya kerjasama polisi juga menjaga nama baik sekolah. “Sering pak, nama sekolah ini kebawa-bawa. Netralisirnya sudah sulit jika menyebut sekolah. Padahal, ada orang yang tak waras berbuat dekat sekolah tetapi persepsi masyarakat, oh itu dilakukan siswa sekolah. Inilahlah peran polisi harus bisa menjaga sekolah,” kata Titi.
Disebutkan Titi, jika sudah pukul 08.00 Wita hinga sore, dan anak didik sudah masuk sekolah, maka pagar dikunci. “Tetapi, ada yang menawarkan bisnis menyediakan wifi. Ini juga memancing anak-anak untuk ikut bermain. Tak salah bisnis itu, tetapi kita harus ekstra keras memberi pemahaman dan mendidik anak-anak agar tidak bolos dan mau sekolah,” kata Titi.

Menurut Anggie, pihak sekolah dapat bekerjasama dengan bhabinkamtibmas di kelurahan yang masuk lingkup sekolah. “Dilaporkan saja jika ada potensi gangguan. Kita sama-sama menjaga anak didik, sekolah dan polisi sifatnya melindungi tadi,” pungkas Anggie.
Acara diakhiri dengan foto bersama sekaligus penyerahan sarana kontak atau cindera hati kepada SMK Pangeran Antasari dari Polda Kaltim berupa 6 bola masing-masing 2 bola voley, 2 bola basket dan 2 bola futsal. (gt)