TINTAKALTIM.COM-Bani Mas’ud atau keluarga Mas’ud menjadi pemrakarsa atau inisiator haul akbar untuk mengenang ulama besar KH Muhammad Husein yang juga kakek dari keluarga asal Balikpapan ini dan pernah besar di tanah leluhur Kecamatan Malunda Kabupaten Majene Sulawesi Barat
Sehingga, selama dua hari 20-21 Oktober 2023, kegiatan keagamaan dan tradisi haul itu digelar di Sulbar yang dirangkai dengan perayaan maulid di Masjid Besar Malunda.

Dan haul sendiri secara umum berarti peringatan atas kematian atau meninggalnya seseorang yang biasanya diadakan selama setahun sekali yang bertujuan untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal beserta ibadah yang dilakukannya dapat diterima Allah dan dapat dicontoh yang masih hidup untuk memperjuang agama Islam
Bani Mas’ud datang rombongan yang terdiri dari H Hassanuddin Mas’ud (Ketua DPRD Kaltim) dan istri, H Rahmad Mas’ud (Walikota Balikpapan) serta istri, dan H Rudi Mas’ud (anggota DPR-RI Komisi III) plus istri, Hj Yuli, anak-anak serta para keluarga lainnya baik dari Balikpapan maupun Sulbar.

Rahmad juga membawa kerabatnya, Asisten I H Zulkifli, Asisten II H Muhammad Yusri, Kepala Disdik Irfan Taufiq, Kepala Dinas Perdagangan H Haemusri, GM Balikpapan Super Block (BSB) Yudhi Saharuddin, H Taher (pengusaha), Tenaga Ahli bidang Kesra H Mustaqim, Dewas Perumda Manuntung Sukses Rosman Abdullah, H Kamal (pengusaha), Andi Welly (pengurus RMC), H Alwi Alqadrie (Ketua Komisi III), Michael (pengusaha) dan undangan lainnya.
Kegiatan haul di Malunda diisi pesan-pesan kebaikan (mauidzatul hasanah) oleh KH Dr Muhammad Ilham Saleh MAg yang dikenal ulama di Malunda. Dan ribuan orang ikut larut menyimak pesan-pesan haul dari ulama yang masuk dalam komunitas tareqat qadariyah atau sebuah tareqat sufi.

“Karena Dr Muhammad Ilham itu ulama yang memang memiliki ilmu agama dan disegani di Malunda. Sehingga harus mengisi makna haul,” kata Hajar Nuhung, keluarga dari Bani Mas’ud menjelaskan figur Muhammad Ilham.
Haul digelar di Masjid Besar Darul Muttahida Malunda. Ini masjid yang pernah terdampak gempa 6,2 magnitudo tahun 2021 lalu. Masjid sempat dirobohkan karena kondisi tidak layak dan renovasi pembangunannya belum selesai. Terlihat baru pondasi dan tiang-tiang saja berdiri karena terkendala dana hingga Pj Gubernur Sulbar Prof Zudan Arif Fakrulloh meminta untuk warga Malunda sedekah harian.

Dalam tausyiah-nya, haul yang dimulai pukul 16.00 Wita hingga usai salat Magrib itu, berlangsung khidmat. Disisipi menggunakan bahasa Mandar dan Indonesia. Bahkan, Bani Mas’ud pun melakukan sedekah
“KH Husein dikenal sabar dan pekerja keras. Dia membela Islam agar tersiar di Sulbar khususnya Malunda. Bapak dan ibu contohlah karakter almarhum,” kata Dr Muhammad Ilham yang ceramahnya pun diselingi joke-joke sehingga membuat jamaah bertahan hingga akhir haul.
Menurut Dr Muhammad Ilham, haul jadi pembeda antara ulama dan Rasulullah. Jika Rasulullah diperingati hari kelahirannya atau maulid, bagi para ulama diperingati hari kewafatannya melalui tradisi haul
Tausyiah itu mengenang Pukkali Malunda yang belajar ilmu agama dari waliyullah Imam Lapeo. Sehingga nilai perjuangannya sangat pantas untuk dicontoh para jamaah.
Sementara itu, Hajar Nuhung kepada media ini menjelaskan, riwayat Pukkali Malunda. Saat menuntut ilmu di Pambusuang, Pukkali Malunda dapat jodoh dan menikah dengan Kappia lalu memiliki tiga anak yaitu Bunga Wali, Muhammad Idris dan Munawarah.

Pukkali Malunda cerita Hajar, sempat ditinggal istrinya yang meninggal dan melamar istri kedua Syarifah Mahliah Alqadrie dan memiliki anak yaitu Hj Sy Adawiah, Hafsah dan Faridah serta Hj Sy Bintang. “Almarhum juga dikenal orang pertama yang mengibarkan merah putih di Malunda,” kenang Hajar.
Pukkali Malunda kata Hajar, sangat ramah dan ulama kharismatik serta hidupnya sederhana, pekerja keras dan sangat menghargai tamu. Dan kebiasaannya selalu bersedekah lewat memberi makan masyarakat.

Ceramah makna haul oleh KH Muhammad Ilham sangat menyentuh warga Malunda. Mereka tidak beranjak hingga tausyiah selesai disampaikan. Apalagi, lebih mengena karena diselingi menggunakan bahasa etnis Mandar.
Di akhir acara, ada pembacaan manaqib atau tradisi pembacaan biografi dan keutamaan orang-orang soleh seperti Pukkali Malunda. Disebutkan, saat itu sang anak ingin menunaikan ibadah haji sang orangtua, tapi pengelola haji tak mengijinkan karena usia Pukkali Malunda sudah tua.
“Saat itu, Pukkali Malunda memberi komentar, jika seandainya dirinya meninggal di Tanah Suci, tak masalah”. Sehingga, kerabat Pukkali Malunda melengkapi proses hajinya. Waktu itu, ongos haji masih Rp3,6 juta.
Menurut Hajar Nunung, ada yang menarik ketika menjelang akan wafat. Dan, sang waliyullah pun bertanya. “Apakah semua anak dan keluarganya sudah berkumpul semua”? Dan ketika semua sudah berkumpul, dalam posisi berbaring, Puang Malunda melakukan gerakan takbir, mendekapkan kedua tangan di dadanya,” cerita Hajar.
Tak lama Pukkali Malunda wafat, pada 27 Juni 1992. Dan makamnya dikebumikan di depan Masjid Malunda. “Pukkali Malunda sudah tahu apa yang terjadi. Sebab, ia begitu sangat yakin dan sebagai wali Allah. Makanya, sebelum meninggal mengumpulkan keluarga,” ungkap Hajar Nuhung. (gt)