TINTAKALTIM.COM-Ustad Abdul Somad (UAS) menilai, kampus itu tempat peradaban. Sehingga, ketika dirinya hadir di kampus termasuk kampus Universitas Balikpapan (Uniba) dapat menghilangkan labeling terhadap dirinya yang ‘dicap radikal’. Karena, kampus adalah pusatnya peradaban, tempatnya orang berpikir dan merupakan agent of change (agen perubahan).
Ustaz Somad bicara santai ketika ada orang-orang yang menyematkan dirinya dengan label radikal. “Duduk di samping kanan saya Pak Ketua Yayasan DR Rendi, kiri saya Rektor Uniba. Saya di-labeling radikal. Hari ini saya hadir di kampus Uniba,” cerita UAS membuka kuliah umumnya.

Menurut UAS, kehadiran dirinya di kampus Uniba ada dua kemungkinan. Pertama hilang label dari dirinya terkait radikal. “Atau, kedua pejabat Uniba tadi dapat label baru dicap radikal,” kelakar UAS disambut tawa hadirin.
KOCAK
Intelek dan kocak. Itu jika Ustaz Abdul Somad (UAS) sudah memberikan tausyiah. Ia cerita peradaban tetapi ‘dibumbui’ hal-hal yang membuat jamaah tertawa. Salahsatunya ungkapan ‘Ormas’.

“Peradaban itu juga harus berani memakai baju atau kaus ada tulisan Ormas. Pasang besar-besar, Ormas begitu. Artinya ‘Orang Masjid’,” kata UAS yang disambut tawa mahasiswa dan hadirin yang ada di dalam Masjid Amirul Haq, kawasan Kampus Universitas Balikpapan (Uniba).

UAS hadir di Uniba untuk ikut meresmikan Masjid Amirul Haq. Ia juga memberikan kuliah umum berjudul: Perguruan Tinggi sebagai Pusat Pembangunan Peradaban Manusia Modern yang Berakhlaqul Karimah.
Ia disambut Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kaltim (Yaptenti-DWK) Uniba DR Rendi Susiswo Ismail SE SH MH, Rektor Uniba DR Isradi Zainal ST, MT MH MM DESS, IPU, A Eng, Walikota yang diwakili Asisten II Budi Prasetyo, Ketua Panitia Acara DR Sugianto, para dosen dan seluruh civitas akademika.

Hadir juga di acara itu Ketua MUI Balikpapan KH Habib Mahdar Abubakar Alqadrie, jajaran Dewan Masjid Indonesia (DMI), pengurus Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan undangan lainnya.
UAS menilai, peradaban itu hasil cipta, rasa, karsa dan karya manusia. Ada fisik dan non-fisik. Itu lahir juga dari bahasa Arab yakni hadharah (hadir) yang berarti orang yang hadir atau menetap di suatu tempat. Lawannya adalah badawah atau badui yang artinya berpindah-pindah atau dalam bahasa lain disebut nomaden.

“Tapi, hadharah itu juga bisa disebut civilization. Karena, memiliki karakter fisik, ilmu dan teknik yang ada di masyarakat. Orang menyebutnya fase kemajuan, moral, intelektual, fisik atau materi,” urai Abdul Somad.
UAS mencontohkan peradaban fisik. Firamida yang dibangun Firaun. “Kalau peradaban non-fisik itu akhlakul karimah. Masjid itu peradaban karena di situ jadi penempaan moral umat,” ujarnya.
Ada dua hal yang tercipta dalam sejarah Islam fisik-nonfisik. Dulu kata UAS, di Kalbar ada sosok Habib Husein sebagai mufti dan memiliki anak Habib Abdurachman Alqadrie yang membangun istana dan masjid di tepi sungai.
Masjid dan istana itu sebagai nafas dari doa rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhiroti hasanah waqina adzabannar. Makanya, fiddunya hassanah istana dan fil akhiroti adalah masjid.
Sehingga, UAS berharap mahasiswa untuk memanfaatkan masjid jadi tempat mencari solusi. “Masjidnya indah. Kita berharap seperti taman dari taman-taman surga Raudhah. Sehingga, orang yang duduk dan beribadah di Masjid Amirul Haq merasakan ketenangan seperti tenang dan tenteramnya di surga,” kata Abdul Somad.
UAS juga berdoa mahasiswa yang memiliki iman dan memakmurkan Masjid Amirul Haq, maka ke depan akan lahir pemimpin di negeri ini dari mahasiswa Uniba. “Kalau ada pembatasan jamaah karena covid-19, percayalah, mahasiswa yang hadir 500 orang ini menjadi 500 ribu. Sebab, 1 mahasiswa menjadi representasi 1.000 mahasiswa,” kata UAS disambut tepuk-tangan jamaah.

UAS hadir ke kampus Uniba sangat surprise. Karena, sampai diingat waktunya empat tahun, dua bulan kurang dua hari yang disatukan dengan merealisasikan pembangunan masjid oleh ketua dewan pembina.
“Masjid kampus tidak hanya untuk tempat salat, harus menjelma jadi kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan. Dan masjid itu perannya strategis membentuk karakter mahasiswa untuk peradaban Indonesia yang unggul,” kata Somad yang lulusan S-1 Universitas Al-Azhar, S-2 Darul Hadist (Maroko) dan S-3 di Universitas Islam Omdurman, Sudan.
USTAZ PUNYA KAPASITAS
Sementara itu Ketua Dewan Pembina Uniba DR Rendi Susiswo Ismail menyebutkan, UAS selalu dilabeling dengan ustaz radikal. Ini dituduhkan oleh kelompok tertentu.
“Saya ingin menyampaikan. Yang kami hormati Prof Ustadz Abdul Somad Lc MA PhD. Saya harus sebut lengkap gelar akademik beliau. Ini penegasan ustaz punya kapasitas ilmu luar biasa bukan ustaz abal-abal. Sebagai ustaz, dosen, guru dapat dipertanggungjawabkan keilmuannya,” ujar Rendi.
Karenanya kata Rendi jika ada pihak yang menyebut Ustaz Abdul Somad radikal, sebenarnya orang yang menyebut itulah radikal. Sebab, belum tentu keilmuan agamanya jelas.

“Radikal itu stigma orang di luar Islam atau orang Islam sendiri agar Islam ini intoleran. Kata radikal adalah kata yang sengaja digunakan untuk membangun stigma Islam intoleran. Padahal, Islam dengan tegas mengajarkan rahmatan lil alamin yakni rahmat untuk semesta alam,” ujar Rendi.
Menurut Rendi, Masjid Amirul Haq bisa terwujud karena berkat doa juga Ustaz Abdul Somad. “Empat tahun lalu saya mengundang UAS. Ia ingin diundang lagi bukan untuk meletakkan batu pertama. Tetapi, untuk meresmikan masjid,” kata Rendi yang tertantang ucapan UAS sehingga merealisasikan masjid kampus itu.
Hanya, Rendi mengingatkan mahasiswa untuk ikut memakmurkan masjid, sebab Masjid Amirul Haq akan jadi pusat kegiatan keumatan. “Masjid ini bukan untuk kegiatan ibadah wajib, harus jadi sentra kegiatan keumatan,” ujar Rendi.
Lalu Rendi berpesan untuk seluruh mahasiswa muslim untuk ikut memakmurkan masjid. “Tolong makmurkan masjid. Karena, masjid ini nanti manajemennya juga mengadopsi Masjid Jogokariyan Jogyakarta yang manajemennya dari KH Muhammad Jazir. Dan nanti kita terapkan juga di Masjid Amirul Haq,” ujar Rendi.
Bagi Rendi yang sudah menyiapkan fasilitas masjid, dan mahasiswa, dosen dan semuanya harus memakmurkannya. Karena, kelak semua dimintai pertanggungjawaban. “Saya sudah menyerukan, menyiapkan masjidnya, kalau saya ditanya di yaumul akhir nanti, gugur kewajiban saya,” kata Rendi memberi ilustrasi dan menyebut Masjid Amirul Haq juga akan jadi percontohan Rumah Ibadah Ramah Anak (RIRA).
Sementara itu, Rektor Uniba Isradi Zainal berharap mahasiswa juga memanfaatkan masjid dengan maksimal. Bukan hanya sekadar untuk ibadah tetapi juga dijadikan sentra kegiatan umat. “Kami mendukung setiap kegiatan mahasiswa yang positif untuk mengangkat citra kampus dan meningkatkan kualitas mahasiswa,” ujar Isradi. (gt)