Rahmad: Berpolitik Itu Santun,
Kritik ‘Vitamin Demokrasi’
TINTAKALTIM.COM-Eranya sekarang sudah masuk ‘demokrasi digital’ tentu tidak terbatas ruang dan waktu. Ini karena lahirnya media sosial (medsos), sehingga orang begitu bebas menyampaikan pandangan. Ada yang mem-bully tapi tak boleh mencemooh sesukanya tanpa etika. Sebab, ada hukum yang akan mengadili. Apalagi berpolitik, harus dilakukan dengan santun.
Itulah pandangan Ketua Partai Golkar H Rahmad Mas’ud SE ketika berbicara dalam kaitan kebebasan berpendapat di era sekarang. Ia pun memaklumi kalau ada kritik, apalagi dirinya seorang eksekutif atau orang pemerintah. “Jangan alergi kritik atau anti-kritik. Karena, sejatinya manusia itu tempatnya lemah. Kalau ada penilaian A, B dan C jadikan instrospeksi atau muhasabah diri,” kata Rahmad kepada Tintakaltim.Com di sela waktu santainya.
Ungkapan wakil walikota yang biasa disapa dengan inisial RM ini, ingin memberi penjelasan ke publik terkait etika berkomunikasi di masyarakat. Ia mengajak berpolitik santun. Sebab itu membutuhkan etika. Sehingga, kritik itu dinilai penting dan sebagai ‘vitamin demokrasi’ dan cermin introspeksi.
Hanya, kritik yang didasari atas kebencian, akan mengubah suasana apalagi dibumbui dengan pembunuhan karakter dan membentuk opini negatif. Black campaign misalnya, itu melakukan pembunuhan karakter dan cenderung fitnah. Kalau kritiknya konstruktif atau membangun itu bagus, sebab sudah bukan zamannya ada pejabat ‘anti-kritik’.
Rahmad juga menyinggung kaitan bully, dalam hal ini, ia berpendapat dilihat dari konteksnya. Jika ‘menyerang’ pribadi dan cenderung ujaran kebencian, tentu harus disikapi. Itu masuk ranah hukum. Hanya tak boleh gegabah dan emosi “Kalau saya ini orangnya enjoy saja. Jika ada yang tidak suka saya, lah itu wajar. Dalam keluarga saja ada karakter berbeda-beda. Di Balikpapan ini ratusan ribu orang, nggak mungkin senang Rahmad semua toh,” kata Rahmad menganalogikan sifat manusia.
Sebab, calon Walikota Balikpapan 2020 mendatang ini, menyadari keberadaan manusia yang tak luput dari kesalahan. Kalau dirasa pribadi saya salah ya minta maaf, itu bukan menunjukkan kelemahan tapi justru sikap heroik. Karena, ia pun sadar tidak ada yang sempurna di dunia.
Apakah karena penilaian mahasiswa saat itu yang disebut pecintraan? Rahmad tertawa. Dia menilai justru itulah sikap mahasiswa, kritis serta idealis tapi dari hati dia yang paling dalam tak ada niat untuk pencitraan. “Saya ingin menunjukkan rasa kebersamaan jadi berbaur bersama mereka, tapi kalau dinilai pencitraan yo monggo. Itu hak mereka kan. Saya atas nama pribadi dan pemerintah jika salah minta maaf. Gitu toh. Jujur saya alergi dengan yang namanya pencitraan,” kata Rahmad sambil tersenyum.
ZAKAT TIAP TAHUN
Figur Rahmad dan ‘Bani Mas’ud’ selalu diidentikkan dengan sikap memberi, salah satunya lewat zakat. Itu katanya meneruskan amanah orangtuanya. Karena, orangtuanya mendidik agar salat lima waktu dan zakat. Jika punya kelebihan harta, wajib hukumnya untuk disalurkan zakatnya. “Orangtua saya selalu mengingatkan agar mengeluarkan zakat itu proses pembersihan jiwa dan membuang kotoran dalam jiwa manusia. Sehingga, itu harus dilakukan,” kata Rahmad.
Dirinya dan keluarga melihat zakat itu karena memiliki harta yang cukup dan memenuhi syarat. Melihat kesenjangan sosial. Karena, kalau punya harta kata Rahmad, Allah meminta bahkan disuruh ambil harta itu. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan dan menyucikan mereka,” ungkap Rahmad mengutip Surah Albaqarah ayat 103.
Melalui organisasinya yakni Rahmad Mas’ud Centre (RMC), proses pengelolaan zakat itu dilakukan. Bahkan, hingga sampai ribuan yatim piatu, fakir miskin dan kaum dhuafa disantuni . Bukan itu saja, ada juga yang bersifat pengembangan usaha sehingga, yang awalnya orang itu penerima zakat (mustahik), karena bantuan Rahmad Mas’ud akhirnya menjadi orang yang mengeluarkan zakat (muzzaki).
“Itu bagian dari dakwah saya. Di zaman Rasulullah ada sahabat bernama Abdurrahman bin Auf, ia juga rajin berzakat. Dan dijamin masuk surga. Saya boleh kan mencontoh amalnya, kan ingin masuk surga juga bersama keluarga,” jelas Rahmad.
Ia dan keluarga tak akan pernah berhenti untuk berzakat. Sebab, dinilainya Allah telah menjadikan dia ‘agen Allah’ untuk berzakat. Diberi rezeki berlebih sehingga harus disalurkan. Hanya, ia pun sadar masih banyak yang belum dapat disantuni. “Tentu, tidak hanya lewat zakat, saya juga jika memang ada yang minta bantuan dan itu rasional dan perlu dibantu mengapa tidak. Selama itu untuk kepentingan manusia secara umum,” ujarnya.
Disinggung apakah banyak proposal masuk meminta bantuan? Dirinya memahami sikap masyarakat. Ibarat peribahasa ada gula, ada semut. Jadi, kalau dirinya menolong, itu wajar. “Hanya saya ini keluarga besar. Sehingga, harta itu tentu harta keluarga bukan pribadi Rahmad Mas’ud saja. Jadi mohon maaf kalau ada yang tidak dapat dipenuhi,” ungkapnya.
Disebutkannya, dalam alokasi anggaran tentu saja sebagai orang yang berumah tangga, sama dengan orang lainnya. Ada manajemen keuangan yang diatur. “Saya juga harus mendengar saran istri saya dalam alokasi anggaran, sebab ada skala prioritas. Insya Allah jika memang ada kita bantu meskipun nilainya tidak seperti yang diharapkan. Kan harta kita ini bukan tanpa batas (unlimited),” kelakar Rahmad Mas’ud.
Dia pun banyak mendengar ada suara ‘miring’ di luar tentang dirinya kaitan zakat. Tapi itu tak masalah baginya. Intinya tak ingin riya dan berzakat niatnya ikhlas karena Allah. “Saya sering mendengar kalau saya itu janji-janji, nah sebutkan mana yang saya janji. Lalau bertemu dengan saya dan komunikasi, saya welcome saja kok,” ujar Rahmad.
POLITIK DINAMIS
Disinggung atmosfir Pilkada 2020, Rahmad tetap melihat situasi dan menununggu restu keluarga. “Saya sudah sampaikan berkali-kali, menunggu keputusan keluarga,” ujarnya singkat.
Hanya ia menyebut, politik itu dinamis. Tidak menutup kemungkinan bangunan koalisi dapat terjadi. Apakah Partai Golkar dengan PDI Perjuangan? “Detik per detik berubah. Itu tadi saya sebut politik dinamis. Semua bisa terjadi. Kami juga perlu partai lain lah, kendati cukup mengusung calon. Kuncinya Partai Golkar tidak mau jumawa atau sombong. Semua parpol adalah sahabat saya dan kawan dalam menentukan sikap politik ke depan,” pungkas Rahmad Mas’ud. (git)