BALIKPAPAN-TINTAKALTIM.COM-Menjadi sukses itu harus kerja keras. Kadang kisah sukses itu harus dimulai dari nol dan melewati jalan panjang dan berliku yang akhirnya meraih kesuksesan dan jadi inpriasi semua orang.
Terlahir dari keluarga sederhana, dari pasangan istri Ratimala yang bekerja di Pertamina Hulu Mahakam (PHM), dengan dikarunia 3 anak, inilah sosok perwira TNI yang santun, ramah dan disiplin. Letkol Drs KH Solehuddin Siregar MM atau biasa disapa Ustaz Siregar. Ia adalah tentara militan andalan Kodam VI Mulawarman. Dan pernah ditugaskan mengikuti operasi perang di Timtim.
Tidak hanya persoalan fisik, mental tapi juga skill yang dimiliki. Apalagi diberi tugas di daerah konflik. “Saya dapat pengalaman berharga ketika di Timtim. Kalau negara luar tentaranya mengerjakan empat tugas. TNI itu bisa sampai 10 tugas, dan TNI itu jadi idola negara lain, karena sangat aktif dan produktif,” kata Siregar ketika berbincang pengalamannya dengan Tintakaltim.com, ketika ditugaskan di Timtim.
Siregar bangga jadi TNI. Sebab dilatih begitu lengkap. Karena TNI terus meningkatkan kemampuannya dan terlibat dalam banyak operasi, baik perang maupun non-perang. “Pengalaman di Timtim meningkatkan kewaspadaan dan membuat orang mawas diri. Saya begitu bangga sebagai prajurit TNI. Sebab TNI merupakan benteng NKRI. Saya pikir sekarang hampir tidak ada lagi gerakan seperatis bersenjata yang mengancam NKRI seperti dulu,” cerita Siregar.
Dalam kaitan kekuatan TNI, itu yang dapat menciptakan orang-orang TNI kalau menjadi leader atau pimpinan dipastikan andal. Sebab kata Siregar, TNI terdepan dalam segala hal. Apalagi penanganan bencana. Kemampuan SAR TNI sangat membantu masyarakat. Istilah Siregar, TNI itu ‘tahan banting’ dalam segala cuaca.
Mengapa TNI diistilahkan Siregar ‘tahan banting’? Ya karena katanya, harus siap dan telah memiliki skill ditempatkan di mana saja. Termasuk di birokrasi. Sebab, TNI itu dinilai punya kapasitas mengisi jabatan birokrasi. “Coba kita lihat pendahulu kita, Pak Tjutjup Suparna, itu TNI dan mampu memimpin birokrasi selama 2 periode. Bahkan, kariernya bagus selama jadi Walikota Balikpapan. Itu karena apa, ya karena sudah punya jenjang kepemimpinan dan organisasi yang sudah bagus. Jadi kalau ditempatkan di birokrasi pasti lincah,” kat Siregar.
Kisah sukses TNI ini kata Siregar, bisa jadi inspirasi semua orang. Sampai saat ini sebenarnya kalau ada orang yang ‘alergi’ dengan kepemimpinan TNI salah besar. Bahkan di Indonesia, para calon yang ikut pertarungan politik berasal dari berbagai latar belakang termasuk kalangan TNI. Ada juga yang Polri. “Pemimpin Indonesia sebelum Pak Presiden Jokowi adalah dari TNI. Susilo Bambang Yudhoyono. Selama 2 periode memberikan inspirasi Indonesia, termasuk Presiden Soeharto,” ungkapnya.
Siregar bercerita kepemimpinan orang-orang TNI ini sebenarnya sebagai wujud pengalaman. Karena, dalam konteks kepemimpinan tidak boleh ada dikotomi atau perbedaan. Kuncinya ada di rakyat. “Sosok TNI yang melenggang menjadi pemimpin daerah adalah Edy Rahmayadi, yang sebelumnya Pangkostrad berpangkat Letjen. Sekarang terpilih oleh rakyat di Sumatera Utara (Sumut) jadi gubernur,” ujar Siregar yang pernah menamatkan pendidikan S-I di IAIN Padang Sidimpuan dan S-2 di Universitas Jenderal Soedirman di Banyumas, Jawa Tengah ini.
Sosok kepemimpinan di dalam sosok Siregar telah ada. Sebab ia pernah mengikuti Sekolah Perwira Prajurit Karir Tentara Nasional Indonesia (SEPA) di tahun 1993 dan lulus dengan nilai baik. “Semua ini saya lakukan karena giat di TNI dan harus tunduk dan patuh dengan pimpinan,” ungkapnya.
Figur Siregar di Balikpapan sudah tidak asing. Ia dikenal sebagai orang yang mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai kebhinekaan lewat sejumlah aktivitas non-militer. Bahkan dalam aktivitas Islam, ia dikenal ‘bertangan dingin’ meski sosok TNI. Misalnya, di saat Walikota Balikpapan H Rizal Effendi menunjuknya sebagai Ketua Masjid Agung Attaqwa. Kini, kegiatan di masjid ini cukup intents. Bahkan, jamaah semakin banyak. .
Bukan itu saja, Siregar juga dipilih oleh pengurus 427 masjid untuk menjadi pemimpin yang mengendalikan aktivitas masjid di Balikpapan sebagai ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) selama dua periode 2013-2018 dan 2018-2023. Selama kepemimpinannya ini, suasanya sejuk dan persaudaraan terjalin dari masjid ke masjid. “Saya berterimakasih kepada masyarakat yang terus menjaga kondusifitas dan itu lahir dari masjid,” ungkap Siregar yang pernah jadi Dosen di LP31 di tahun 2008 ini.
Siregar juga dikenal kental dengan organisasi. Ini menunjukkan kapasitas dirinya sangat mumpuni. Sebut saja sekarang ia dipercaya untuk menjadi Pembina pengasuh beberapa majelis talim di Kota Balikpapan. “Dulu saya pernah sebagai Ketua GP Ansor Padangsidimpuan tahun 1989 dan Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Padang tahun 1987,” jelasnya.
Di akhir obrolan dengan Tintakaltim.com, Siregar sempat menyinggung estafet kepemimpinan di Kota Balikpapan. Sepertinya sosok Siregar juga diperhitungkan oleh masyarakat. “Apa melirik untuk terjun ke politik Pak Siregar,” tanya Tintakaltim.com. Ia secara politis juga menjawab: “Wah itu urusan orang-orang politik. Saya kan nggak punya partai,” timpal Siregar yang sekarang menjabat sebagai Kabalak Bintaljarah Bintaldam VI/Mulawarman.
Tetapi, obrolan itu ‘pecah’ ketika Siregar mengatakan bahwa untuk menjadi pemimpin di Balikpapan itu ada 2 jalur. Satu, jalur politik dan kedua jalur independen. Sehingga, kalau rakyat berkehendak, maka semua itu bisa saja terjadi. “Semua itu kita serahkan kepada rakyat. Kalau ternyata saya didesak untuk maju jalur independen, why not atau kenapa tidak? Itu kan maunya rakyat. Tapi, ingat semua tergantung kepada Allah. “Semua atas Izin Allah. Sebab itu sudah ada dalam Surah Al-Furqon ayat 2. Yang artinya kalau tak salah: Kepunyan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, kekuasan Allah itu tinggi. Dan Allah telah menciptakan segala sesuatu dan menetapkannya,” kutip Siregar yang menambahkannya, bahwa manusia itu hanya beriktiar. “Istilah saya ada tanda tangan tapi ada garis tangan. Itu urusan Allah,” tutup Siregar sambil tersenyum dan santai saat Tintakaltim.com menyambangi kediamannya di Jln Tanjungpura IV No H 18 Balikpapan. **
PENULIS: Sugito SH