TINTAKALTIM.COM-Saat sedang bekerja di depan laptop, ponsel berdering: “Assalamualaikum Mas”. Salam Jumat Berkah” Ayo sarapan”. Demikian, sahabat saya Faisal Tola mengajak sarapan pagi.
Tak ada basa-basi. Singkat kalimatnya. Tapi, ajakan itu seolah ada sisi spritualnya. “Jumat Berkah harus banyak beramal”. Begitu ketika sahabat saya yang biasa disapa Fastol itu menutup teleponnya sambil berjanji bertemu di suatu tempat.
Bertemu, lalu mobil berjalan. Keliling kota mencari tempat sarapan. Yang dituju tutup. Tetapi, menuju tempat itu di perjalanan, Fastol memberi tausyiah alias wejangan Jumat.
Gayanya sederhana: Celana pendek: Tapi, ia meminta maaf jika dirasa tak sopan. “Sarapan dulu, pulang, mandi, potong kuku lalu salat Jumat,” katanya, seraya mengutip hadist Rasulullah apa yang harus dilakukan di hari Jumat.
Fastol menyebut, ada istilah amal jariyah. Tetapi, dia ternyata sudah menyerap informasi kaitan aktivitas hubungan hati dengan akhirat yang lagi trend disebut ‘Spiritual Saving’ alias tabungan spiritual atau tabungan akhirat.
“Ada tradisi di keluarga saya. Dan, saya mengajarkan ke anak-anak jangan sampai lepas di hari Jumat untuk tidak bersedekah. Itu tadi tabungan spiritual. Ngajak sarapan kan juga sedekah,” cerita Fastol yang menambahkan kalau pola sedekahnya itu berganti-ganti orang.
Ungkapan Fastol kaitan ‘Spiritual Saving’ menjadi menarik untuk penulis narasikan dalam bentuk cerita. Setidaknya juga bisa jadi contoh bagi dermawan lainnya. Sebab, bagi Fastol relasi dengan Tuhan itu wajib dilakukan umat Muslim. Ya seperti salat, puasa, haji, zakat.

“Tapi ini relasi saya dengan manusia. Kan bisa dilakukan lewat amalan baik memberikan manfaat bagi hidup orang lain. Nah, karena saya ingin bersedekah pagi maka saya yang mendatangi atau menjemput. Jangan orang yang datang,” paparnya.
Fastol melakukannya dengan ikhlas. Karena, dia yakin amalan ‘spiritual saving’ itu bagi seseorang akan mendapat pahala dari Tuhan. Sepertinya, Fastol ingin investasi terhadap Allah lewat ganjaran kebaikan.
Dalam kegiatan sehari-hari, rezeki yang didapatkan Fastol harus ‘dikoleksi lewat amal kebaikan’ . “Sekaligus minta dijauhkan bala, aib dan musibah. Makanya, sedekah itu di hari Jumat berkah ya meraih berkah,” ungkap owner Lingkar Group yang usahanya bergerak di bidang transportasi ini.
Tempat sarapan yang dipilih Fastol juga sederhana: soto lamongan dan rawon. Lokasinya di bilangan dekat eks kantor Total Indonesia tembus ke Karang Bugis. “Sarapan itu kesukaan orang, jangan kesukaan saya. Nah, ini pasti enak,” Fastol memarkirkan kendaraannya dan tempat itu memang legend dan kuliner enak yang penulis juga suka.
Klop! Lidah bergelora karena soto Lamongan dan rawon panas tersaji. Proses perjalanan ‘spiritual saving’ cara sedekah Faisal Tola berjalan sesuai dengan yang diniatkan, dilaksanakan sampai akhirnya menikmati bersama.
“Enak yang Mas. Nanti jangan lupa bungkus untuk keluarga di rumah. Itu bagian sedekah juga lho. Kita makan enak dan keluarga juga harus mencicipi,” ujar Fastol sambil pesan makanan yang dibungkus.
Jumat berkah ala Fastol, tentu menjadi inspirasi tersendiri. Gambarannya, kalau saving money, uang bisa habis entah untuk apa belum tentu jelas. Ini spiritual saving, pasti ukhrawi oriented alias orientasi akhirat. Berkah Pak Fastol! (gt)