TINTAKALTIM.COM-Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) atau PDAM Yudi Saharuddin SE MM menegaskan, harus ada perubahan distribusi air bersih di masyarakat. Sejauh ini, reservoar (bak penampungan sementara) milik perusahaan ini yang terpasang belum maksimal.
“Reservoar itu harusnya jadi cadangan air baku di masyarakat. Sehingga, jangan sampai tak terisi. Tetapi, terkadang sebelum masuk ke reservoar, maka air sudah tersedot dan dimanfaatkan di masyarakat,” kata Yudi dalam penjelasannya di Podcast PAS Bos Balikpapan Pos, yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube Balpos Official, pekan lalu.
Yudi –sapaan akrabnya– bicara panjang lebar kaitan bagaimana persepsi masyarakat juga harus melihat PDAM bukan hanya kekinian, tetapi ia mendesain 5 tahun ke depan. Makanya, dalam rencana bisnis (renbis) limatahunan dibuatnya lompatan besar bagaimana penyediaan air baku dilakukan.
Problem mendasar Kota Balikpapan dalam konteks air bersih yakni air baku. Debit air yang tersedia hanya berkisar 1.500 liter per detik, tetapi penduduknya yang sebelumnya hanya 800 ribuan, dengan adanya Ibu Kota Negara (IKN) di Kaltim dan sejumlah proyek strategis seperti RDMP Pertamina, kebutuhan air meningkat.

Bahkan, lompatan penduduk yang belum tercatat di Disdikukcapil Balikpapan berkisar sudah 1 juta lebih. Mereka juga menggunakan air PDAM, sehingga kebutuhannya meningkat yang tidak bisa hanya bicara masa lalu. Sementara, air baku terus diperjuangkan.
Menurut Yudi, PDAM tidak tinggal diam dan terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mencarikan air baku. Tentu, tidak dapat dengan cepat karena memerlukan kajian. Sebab, tak mudah air baku itu tetapi renbis sudah menetapkan sejumlah program
“Kalau dulu saya menjadi pimpinan di swasta itu mudah membuat program dan cepat. Karena, posisi keuangan itu tergantung owner. Kalau di PDAM karena menggunakaan keuangan yang sahamnya milik pemerintah, tentu regulasi harus ditaati agar tak terjadi masalah,” kata Yudi lewat Podcast yang dipandu host Ajid Kurniawan, Dirut Balikpapan Pos (Balpos)
Dijelaskan Yudi, ia sudah melakukan kajian dan rapat-rapat untuk membahas Rencana Keuangan Anggaran Perusahaan (RKAP). Banyak hal khususnya untuk membenahi pipa transmisi dan distribusi atau revitalisasi pipa lama, karena banyak pipa yang usang dan itu ada kaitannya dengan tak maksimalnya reservoar.
“Termasuk mengubah budaya kerja dan mindset yang ada di PDAM. Tentu, untuk menjadi lebih baik dan mengikuti eranya. Sekarang ini kan sudah era digitalize,” ujar Yudi.
PERDIR
Menurut Yudi, ketika ia masuk di PDAM harus membenahi regulasi kaitan peraturan direksi (perdir). Banyak perdir yang harus direvisi dan mengeluarkan perdir baru agar linier di dalam bekerja. Sebab, itu akan jadi dasar hukum dalam pengelolaan anggaran serta tata kerja lainnya
“Terhitung sejak 2 Januari 2024 saya mulai bergabung dan dipercaya Kuasa Pemilik Modal (KPM) untuk membawa PDAM bersama direksi dan dewas ke depan lebih baik. Tentu juga harus dukungan elemen masyarakat,” kata Yudi.
Selama 8 bulan menjabat dirut, banyak pekerjaan yang harus jadi target diselesaikan yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah. Karena, jika sudah diidentifikasi, maka 50 persen pekerjaan itu dianggap selesai.

Seperti bagaimana membedah pipa transmisi dan distribusi. Karena, itu krusial dan ada korelasinya dengan manajemen tekanan (pressure management) air yang dialirkan ke pelanggan.
Korelasi lainnya adalah, bagaimana dengan pembenahan di berbagai sisi itu mampu menurunkan non revenue water (NRW) atau angka kehilangan air. Sebab, itu menjadi ‘jantung’ PDAM.
“NRW atau air yang tak berekening itu jika besar maka berdampak pada cash & flow perusahaan. Makanya harus ditekan. Dulu berkisar 38 persen dan Alhamdulillah bersama tim PDAM lainnya bisa diturunkan menjadi 26 persen,” kata Yudi yang jika mengacu pada NRW nasional itu 20 persen.
Menurutnya, penurunan NRW juga menjadi program krusial selain penyediaan air baku. Sebab, ketika NRW tinggi, maka misi berperusahaan pun tak tercapai sebab ada capital atau modal yang juga perlu dipersiapkan untuk maintenance berbagai hal dukungan produksi, distribusi dan teknik.
Berbagai cara dilakukan Yudi sebagai dirut, bersama direksi dengan meminta dukungan berbagai pihak. Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) dengan PPU dan Kukar dalam kaitan penyediaan air baku dari Bendungan Sepaku juga ditempuh.
“Juga desanilasi (penyulingan air laut menjadi tawar) serta mendorong agar bisa PDAM Balikpapan melakukan program pemipaan (pipanisasi) dari Balikpapan-Samarinda untuk memanfaatkan air Sungai Mahakam lewat SPAM regional,” ujarnya.
Intinya kata Yudi, menyelesaikan masalah PDAM bukan hanya sekadar diwacanakan, tetapi perlu aksi lapangan dan itu pelan tapi pasti sudah dilakukan. Tinggal, momentum waktunya saja.
“Renbis 5 tahunan itulah sebagai wujud kinerja kita. Karena, PDAM Balikpapan masalah besarnya adalah air baku. Ironi memang jika masyarakat tak bisa dilayani. Itulah saya memiliki fighting spirit bersama teman-teman lainnya dan didukung Pemkot Balikpapan menyelesaikan kaitan kontuinitas air bersih ke pelanggan,” pungkas Yudi. (gt)