TINTAKALTIM.COM-Kebakaran kilang Pertamina Balikpapan juga menjadi sorotan sejumlah pihak, dinilai perusahaan migas ini gagal mempertahankan nihil kecelakaan (zero accident). Apalagi, dalam 3 bulan telah terjadi 2 kali kebakaran di kilang yang sama.
“Kita terkejut saja. Apalagi sebagai warga Balikpapan jika kilang terbakar tentu sangat was-was. Sebab, itu objek vital nasional (obvitnas). Harusnya dalam industri perminyakan dan gas, zero accident itu harus dipastikan. Sebab, ada standar operasionalnya,” kata Ketua Gerakan Rakyat Anti Korupsi Indonesia Kaltim Edy Suwardi mengomentari kebakaran kilang itu.
Kebakaran kilang itu menyebabkan 5 orang dilarikan ke Rumah Sakit (RS) dan seorang lainnya meninggal dunia. Kebakaran terjadi pada Minggu (15/5) pukul 11.31 Wita yang terjadi di plant 5.
Menurut Eddy, Pertamina Balikpapan ini perlu dievaluasi, karena ini masalah serius. Dan perlu dilakukan investagasi yang maksimal untuk disampaikan ke masyarakat.
Ditambahkannya, Pertamina sangat diacungi jempol dan menjadi pioner untuk memperingati bulan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hanya, sangat disayangkan dalam 3 bulan sudah 2 kali terjadi kebakaran kilang.
“Saya ingin mengingatkan, kinerja yang didukung dengan penerapan impelentasi tata kelola perusahaan yang baik, juga harus patuh terhadap prosedur K3. Dan komitmen dari top management harus maksimal,” urai Eddy.
Karena, kebakaran kilang kendati disebut musibah harusnya tak perlu terjadi jika penerapan K3 itu benar-benar dilaksanakan. “Ada istilahnya itu roadmap zero accident. Ada peta jalan nihil kecelakaan. Tentu, sebelumnya penghargaan zero accident award sering diraih Pertamina, mengapa sekarang jadi begini,” tanya Eddy.
Dalam kebakaran yang baru terjadi di plant 5, dari data yang diterima Eddy, itu sangat rawan sebab plant itu menghasilkan bahan baku gasoline. “Ini kan bahan berbahaya. Apalagi dalam prakteknya Pertamina sebelumnya telah melakukan gugus kendali mutu (GKM). Tentu orientasinya juga zero accident,” tanya Eddy.
Justru, sebelum ada proyek Refinery Development Master Plant (RDMP), Kilang Balikpapan selalu juara dalam penghargaan Zero Accident Award. “Jangan sampai muncul asumsi di masyarakat, apa karena RDMP. Kita tidak menuding, tetapi hendaknya ini jadi perhatian,” jelasnya.
Karena menurut Edy, ada informasi harusnya Kilang Balikpapan sudah melakukan pekerjaan besar atau biasa disebut turn around (TA), di mana dilakukan perawatan skala besar. Sebab, Kilang Balongan sejak terjadi kebakaran sudah ada program TA.
“Tentu asumsi TA terlambat bisa dijadikan dugaan-dugaan kebakaran. Karena, kilangnya mengalami berbagai persoalan. Apalagi sampai terjadi 2 kali kebakaran. Ini hanya asumsi. Sebab, kalau TA selain secara teknis melakukan perawatan, juga menolong warga mengurangi pengangguran, karena mereka ikut kerja,” tambah Eddy.
Kendati kata Eddy, melansir keterangan Manager Commrel & CSR Refinery Unit V Balikpapan PT Kilang Pertamina International, Ely Chandra pasokan BBM selama musibah kebakaran tidak terganggu.
“Kami apresiasi kinerja Pertamina, kendati terjadi kebakaran, tapi pasokan BBM ke masyarakat lancar. Hanya, harusnya malu karena kebakaran 2 kali yang jaraknya dekat sekali dan zero accident lepas,” pungkas Eddy. (gt)